4

180 45 0
                                    

Setelah pulang dari pusat Moregan, Ryby langsung menuju rumahnya yang dikenal sebagai seorang 'penyembuh'. Meskipun tidak setiap malam ia memiliki tamu, ia selalu berada di sana untuk berjaga-jaga. Terkadang orang akan meninggalkan pasien di depan pintunya begitu saja untuk mendapatkan jasanya.

Kekuatan penyembuhan Ryby yang mirip dengan seorang løira, ilegal jika digunakan untuk kepentingan pribadi. Kekuatan ini terlalu besar untuk digunakan dengan egois, oleh karena itu siapa pun yang memiliki kekuatan ini harus pergi ke kota suci Alayan untuk pendidikan dan pemurnian diri, atau yang disebut Ryby sebagai 'pencucian otak'.

Ketika suara pintu terbuka terdengar, Ryby berdiri dan melihat seorang lelaki berambut pirang yang tergeletak seperti pingsan di depan pintu. Ryby melihat bayangan lain yang pergi setelah meninggalkan kantong cokelat di atas tubuh lelaki itu. Dia merasa tidak senang dengan praktek seperti ini. Karena beberapa orang takut diketahui terlibat dalam praktek ilegal, sehingga mereka hanya meninggalkan pasien di depan pintu begitu saja sehingga Ryby harus membawa mereka ke dalam rumahnya secara mandiri. Namun, Ryby juga harus berhati-hati untuk mengidentifikasi apakah mereka mata-mata atau bukan.

Yang membuat Ryby kesal bukanlah itu, melainkan ukuran tubuh lelaki tersebut yang sangat besar. Beberapa waktu lalu, Ryby sudah mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi tidak berhasil. Beruntung rumah Ryby terletak di Jalan Irish yang gelap dan agak jauh dari rumah warga lain, sehingga tidak terlalu mencolok bahwa ia memiliki tamu.

"Hei, apa kau benar-benar tidak sadar?" Ryby menepuk pelan pipi lelaki itu. Dia memang tidak merasakan apapun dari lelaki ini kecuali perasaan tenang seperti pingsan pada umumnya.

Ryby menggulung lengan gaunnya dan melangkah menuju lengan kiri lelaki itu. Dengan tenaga yang kuat, dia menarik tubuh lelaki berambut pirang untuk membawanya ke dalam rumahnya. "Pyu, mengapa kau tidak membantu Tuanmu?"

Seekor rubah putih kecil memutar matanya, sedang menjilati ekornya ketika Ryby menginterupsinya. Dengan langkah malas, rubah itu mendekat dan dengan mudah menarik kerah leher lelaki berambut pirang itu masuk ke dalam rumah. Bibir Ryby berkerut, bukankah rubah ini terlalu tidak berterimakasih padanya?

Ryby tersentak saat merasakan sesuatu muncul dalam diri lelaki itu, dia segera menoleh pada Pyu. "Pyu—"

"Mau kemana?"

"Ugh!"

Ryby melenguh ketika lelaki itu mencengkram dagunya dan menarik tubuhnya ke sofa. Tangan lain lelaki itu mencengkeram Pyu yang sedang berjuang dan mengamatinya. Manik emasnya berkilat pada rubah putih kecil itu. Di dunia ini, memangnya ada rubah sebesar lengannya dapat memiliki kekuatan seperti itu?

"L-lepaskan rubah itu," desis Ryby. "Jika dia mati, Anda akan menyesal berurusan dengan saya."

Zeref kini mengalihkan pandangannya pada Ryby, lalu memicingkan matanya sehingga cahaya keemasan berkilat dengan aneh di sana. "Katakan, apa .. dia makhluk sihir?"

Ryby menggemeretakkan gigi, semua ini telah berada di luar prediksinya. Zeref semakin menguatkan cengkeramannya pada Pyu, sehingga rubah putih itu berubah menjadi ungu perlahan. Melihat ekspresi Ryby yang tidak berdaya, senyum lelaki itu kian melebar. "Katakan, padaku."

Pyu menggeram, memberi sinyal pada Ryby untuk membiarkannya mati. Namun, Ryby nampaknya memiliki rencana lain. "Ya, dia adalah makhluk sihir, sekarang lepaskan dia."

Senyum Zeref mengendur, dan membuang Pyu secara sembarangan. Dia mendekatkan wajahnya pada Ryby, ingin melihat seperti apa sosok dibalik topeng merah itu. Akan tetapi, Ryby menahan tangan Zeref tepat sebelum dia menyentuh topengnya. "Anda akan sangat menyesal setelah membukanya. Saya memperingatkan."

THE WIZARDOnde histórias criam vida. Descubra agora