30

42 7 3
                                    

Di dunia yang penuh gemerlap ini, Zeref telah diajarkan bahwa kekuatan adalah segalanya-galanya.

Apabila ada yang memanggilnya, bahkan ibunya sendiri, itu tidak lebih dari sebuah formalitas untuk menghadiri sebuah agenda yang sudah terencana. Sama seperti hidupnya, bagaikan agenda yang sudah di susun rapi dari awal hingga akhir.

Meskipun begitu, sepanjang hidupnya, Zeref tidak pernah memahami apa arti keluarga dan hubungan kasih sayang antara manusia yang sebenarnya. Namun, saat melihat senyum tulus yang dilayangkan ibunya padanya, tiba-tiba Zeref merasa hangat dan terus menginginkannya lagi. Sayangnya, hal itu hanya terjadi sekali dalam hidupnya. Perasaan hangat itu menjalar di seluruh darahnya, bulunya meremang, itu terasa seperti pelukan dewi, dan dia semakin ingin mengalami kehangatan dalam dunianya yang dingin. Namun, Zeref tahu, kalau kehangatan ibunya pun bukan dirinya. Dia sadar. Karena itu, Zeref tidak merasa berhak untuk sedih dalam kematian ibunya. Karena memang bukan dia yang diinginkan Bartha.

Setelah mencari tahu apa makna kehadirannya selama bertahun-tahun, Zeref akhirnya mengerti kalau dia hanya dipandang sebelah mata. Sebagai alat untuk mencegah hewan lain menguasai wilayah kelahirannya, tanpa harus menumpahkan darah. Sebagai kekuatan semu yang bisa ditumbangkan kapan saja.

Dia harus sempurna, tidak boleh memiliki celah, kelemahan, bahkan perasaan hangat, untuk menjadi pion yang kokoh bagi kerajaan.

Namun, di medan perang yang senyap ini, Zeref tahu kalau dia tidak memiliki apapun selain gelarnya untuk berpijak. Kehangatan yang dia inginkan lama-kelamaan menjadi buram, dan bahkan menjadi asing untuk waktu yang sangat lama. Semua saling mengawasi, dan tidak ada yang melindunginya. Mereka saling menunggu waktu yang tepat untuk menumbangkan rantai puncak makanan. Mereka menunggunya untuk jatuh di tempat yang dingin dan acuh ini. Karena itu, Zeref sadar kalau dia butuh orang yang berpihak pada dirinya dan selalu mengutamakan dirinya, meski mereka adalah seorang penjilat dan penggogong seperti anjing dijalanan, Zeref tidak peduli pada alasannya,

Karena yang dia lihat hanyalah ...

Ketulusan.

Awalnya dia kira, Ryby hanyalah satu dari banyaknya orang yang masuk dan pergi begitu saja dari kehidupannya. Tetapi, semakin jauh dia menyelidikinya, dia semakin tertarik dan terus memperhatikannya. Sampai-sampai, Zeref lupa pada masalahnya sendiri.

Ini memang alasan yang cukup sederhana bagi orang-orang, namun bagi Zeref itu berbeda.

Ryby tertegun, tetapi segera tersenyum tipis, "Karena dia memiliki nilai yang dalam di hati saya, Pangeran."

Zeref tertegun, terhenyak di tempat.

Tatapan mata yang lembut, tetapi juga tegas. Tatapan yang begitu hangat, tetapi juga tulus pada seseorang itu ....

"Gawat sekali ... "

Padahal, aku tidak ada niat untuk jatuh sebegitu dalam padanya. 

"Sepertinya aku benar-benar menginginkanmu."

Karena ketulusan yang selalu dia inginkan, telah berada begitu dekat dengannya. Dia tidak bisa membiarkannya dan menahannya lagi, selama, hati orang itu belum terisi. Dia menatap Ryby dengan tatapan lurus yang lembut. Dia ingin egois, dia ingin menjadi serakah, dia benar-benar ingin memiliki segalanya dari gadis asing di depannya. Ketulusannya, kehangatannya, senyumnya, wajahnya.

Semua untuk dirinya.

Zeref ... ingin memonopoli Ryby hanya untuk dirinya sendiri. Hanya untuk dirinya.

"Pangeran? Maksud Anda?" tanya Ryby.

Zeref mendekati dia, mencium telapak tangan Ryby dan menggigitnya hingga darah keluar. Gadis itu menampilkan reaksi meringis dan terkejut, sementara Kairos dan Shoren segera menarik Zeref dan merasakan amarah yang begitu besar pada dirinya.

THE WIZARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang