17

90 31 1
                                    

Pagi itu, suasana tenang telah mengisi ruangan kerja Kairos di istana Nordryen. Sementara itu, Derian sibuk berurusan dengan berbagai tamu yang mencari penjelasan mengenai masalah tanah Nordryen dengan Vesilian. Kekalahan tak terduga Vesilian telah mengguncang warga, dan reaksi Kairos yang memberi hukuman mencium sepatu kepala kebun Nordryen telah memicu kegemparan di antara mereka. Akan tetapi, yang lebih mengejutkan adalah ketika Kairos memberikan tanah kepada Vesilian sebagai tindakan penebusan.

Masyarakat mungkin berpikir bahwa Kairos adalah pribadi yang sangat baik hati karena memberikan tanah secara cuma-cuma, terutama tanah sebesar itu. Namun, ketika ditanya mengapa dia melakukannya, Kairos menjawab, 'Aku memberinya tanah agar dia tidak menjadi pengemis dan penipu lagi'. Kata-kata ini membuka mata orang-orang akan sisi sombong dan kebanggan diri Kairos. Namun, garis keturunan bangsawan Kairos yang mulia tampaknya memainkan peran yang lebih besar, sehingga anehnya sikap Kairos mendapat pujian yang lebih besar dari masyarakat.

Di sisi lain, Derian menyadari bahwa tidak hanya Kairos yang terperangkap dalam kesombongannya, tetapi juga rakyat Nordryen. Keduanya terikat seperti api dan minyak. Oleh karena itu, Derian cukup mengerti kenapa Nordryen terletak di Moregan.

"Yang Mulia, bagaimana Anda berencana menangani rumor tentang hubungan rahasia ini?" tanya Derian.

Kairos meletakkan kedua tangannya di depan wajahnya. "Pertama, kita akan memberikan Ryby identitas bangsawan. Jika memungkinkan, kita akan mencari bangsawan yang menjadi korban di Alasgar. Namun, orang-orang masih belum tahu seperti apa penampilan kekasihku. Oleh karena itu, pesta ulang tahun raja adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkannya."

"Eh?" Derian merasa bingung. Selama dia bekerja sebagai asisten Kairos, dia yakin bahwa Kairos sangat anti terhadap wanita. Bahkan ada rumor bahwa Kairos lebih tertarik pada sesama pria.

"Apakah aku harus mengulanginya?" tanya Kairos.

Tapi sebelum Derian bisa menjawab, pintu tiba-tiba terbuka lebar.

Seorang perempuan paruh baya dan seorang pria dengan wajah yang mirip dengan Kairos muncul di ambang pintu. Mereka memasuki ruangan tanpa izin dan berdiri di depan meja Kairos. Derian tahu bahwa beberapa saat waktu ke depan akan sulit, sehingga dengan bijak dia segera meninggalkan ruangan-meninggalkan Kairos sendirian.

"Ibu, apakah Anda telah melupakan etika?" tanya Kairos dengan tenang.

"Anak kurang ajar!" Rylle mengamuk.

Alger, ayah Kairos, mencoba menenangkan istrinya. "Sabarlah, sayang. Dia adalah anak yang tidak tahu diri. Apakah kamu ingin memberinya hukuman cambuk karena perkataannya?"

"Saya hanya mengungkapkan kenyataan," pungkas Kairos.

Rylle yang kesal akhirnya mengalah dan duduk di kursi. Dia melipat tangan dengan rasa marah yang masih tersisa. "Jelaskan apa maksudmu memiliki kekasih gelap, Kairos!"

Kairos duduk di depan ibu dan ayahnya dengan tenang. Meskipun ada perdebatan tentang hubungannya dengan seorang wanita, Kairos memutuskan untuk tetap tenang. "Ya, berita itu benar. Saya memiliki kekasih gelap."

Rylle memandangnya dengan sinis. "Seriuslah!"

Bibir Kairos terkulum tipis, menciptakan senyuman ironis. "Jangan khawatir, aku sangat menyukai dia."

Tangan Rylle mengepal, dan tubuhnya gemetar marah. Meskipun dia ingin membantah, dia tahu bahwa anaknya masih memiliki kekuatan untuk membongkar rahasianya.

"Tenang, Rylle," kata Alger tiba-tiba.

Perempuan itu mengambil napas dalam-dalam, merilekskan genggaman tangannya yang tegang. "Jangan berpikir bahwa aku tidak mengetahui apa yang sedang kau lakukan, Kairos. Aku akan mendukungmu, asalkan kau tetap dalam batas."

THE WIZARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang