25

57 13 2
                                    

Pada dini hari sebelum matahari muncul di langit, Calez sudah berada di kediaman Biulen untuk menyapa Lus dan Ryby. Besok, acara berburu akan diselenggarakan dan semua bangsawan wajib hadir untuk mengajukan satu wakilnya. Peraturan baru ini tentu mendapat ketidaksetujuan dari para bangsawan, tetapi tentu saja mereka juga tidak bisa menolak titah raja. Lalu, karena acara perburuan wajib diikuti oleh laki-laki, Ryby tidak mungkin untuk mendaftarkan diri, sehingga terpaksa Lus lah yang harus maju. Mungkin, dia adalah kontestan termuda dalam perayaan tahun ini, dan fakta itu telah mampu mengundang kecemasan dalam diri Ryby.

"Kau tidak perlu cemas, Nona Lysiar. Lucian akan dijaga oleh prajurit secara diam-diam."

"Benar, tenang saja Kak! Aku janji akan memenangkan pertarungan!" kata Lus riang.

Ryby tahu kalau anak itu hanya berusaha menenangkannya. Sebagai penyihir, Ryby juga tidak bisa mengetahui segalanya.

Namun, perasaan itu jauh lebih pekat. Dan firasat buruk terletak di tempat yang jauh lebih dalam.

Ryby menghela napasnya. "Baiklah, saya akan berusaha untuk menjaganya. Untuk Duke Baltimor, semoga perjalanan Anda lancar."

Inilah yang Ryby benci, dia lebih suka berjalan sendiri daripada memiliki hal yang mulai berharga baginya.

Calez mengangguk, kadang sedikit aneh ketika merasakan perasaan Ryby untuk Lus begitu besar. Namun, sepertinya dia bisa merasa lega kalau begitu. Calez tersenyum. "Saya percaya padamu, Nona Lysiar."

***

Ryby memandangi menara Arsham yang menjulang tinggi dihadapannya.

"Nona Relysiar? Tuan Shoren sudah menunggu Anda. Saya adalah Weylil, asistennya. Mari lewat sini."

Ryby menatap laki-laki bersurai abu-abu dan bernetra perak, penampilan yang cukup langka di benua Megaloth. Setelah dia berjalan, Ryby mengikutinya dari belakang, mengamati Arsham yang tidak bisa ditelusuri oleh orang-orang secara sembarangan. Pintu setinggi lima meter ditingkat tertinggi menara di buka, Ryby terkesima dengan keelokan tempat ini yang menampilkan rasa kebijakan. Tempat yang terasa asing tetapi familiar baginya.

"Kemarilah."

Pintu dibuka, Ryby masuk ke dalam tanpa Weylil. Shoren yang duduk di sofa membuka tangannya lebar-lebar, menanti Ryby untuk menyambut ulurannya. Gadis itu masuk ke dalam uluran Shoren yang merengkuhnya, dan memeluknya hangat. Laki-laki bersurai emas itu menyandarkan kepalanya di bahu Ryby dan wajahnya menatap Ryby.

Shoren tersenyum lembut. "Sudah pasti kamu memilihku, Mœuncher. Sang Karma, tapi siapa kamu saat ini, hm? Karma atau Relysiar atau mungkin Ryby?"

Ryby berbalik memeluknya erat. Ketika Shoren tidak lagi menatap wajahnya, Ryby mengembalikan ekspresi dinginnya. "Mungkin Ryby yang telah memiliki ingatan Dewi Kemarahan."

Itu bohong.

Shoren tertegun. Dia terhanyut.

"Sekarang, beritahu aku, apa yang kamu ketahui tentang aku, Shoren?"

Laki-laki itu melepaskan pelukan Ryby. Dia menatap Ryby yang tersenyum dingin padanya. "Kamu ... melampaui ekspetasiku."

"Jangan kecewakan aku," kata Ryby.

"Baiklah, sesuai perkataanku, aku akan memberi tahu, sampai mana aku tahu tentang dirimu." Shoren berkata. Namun, matanya menyiratkan sedikit kekecewaan. Kemudian, dia mulai bercerita, yaitu ......

THE WIZARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang