7

168 46 0
                                    

Awalnya, Ryby sudah memperkirakan semuanya ketika dia menemui Olinder dan membawanya ke kamar Liane. Dia sudah mengetahui perihal Kairos, beserta daftar bangsawan lain yang hadir di pesta. Setidaknya, lelaki itu berguna baginya sebelum Ryby membawanya pada malaikat kematian. Akan tetapi, lagi-lagi Kairos melewati batas itu. Dia kembali membuat Ryby menoleh kebelakang untuk membuang waktunya diantara pacuan jarum yang terus bergulir. Namun, Ryby tak bisa menyangkal ketertarikannya pada apa yang terjadi pada lelaki di depannya.

Meskipun Ryby mampu membaca pikiran seseorang, dia tidak bisa menggunakannya pada Kairos. Sebuah kutukan bagi seorang penyihir.

"Apa Anda akan menyalahkan saya?" Kairos bertanya.

Ryby tersenyum dibalik topengnya. "Huh, lebih baik mari pikirkan bagaimana caranya agar lepas dari bandit."

"Mereka adalah bandit Zenith. Saya lupa jika wilayah Marquess Vesilian berbatasan langsung dengan wilayah Baron Lupir yang menjadi target para bandit Zenith."

Kairos dengan mudah melepaskan tali pada tangan dan kakinya, lalu menatap Ryby dengan senyum hangat, dan mengulurkan tangannya. "Apakah Anda takut?"

Ryby tercengang. Dia baru kali ini melihat Kairos menunjukkan ekspresi seperti itu, ekspresi penuh perasaan yang ternyata hanyalah cangkang kosong. Ryby menggeleng dan menghela nafas. "Tolong lepaskan ikatan tali di tangan saya dulu agar saya bisa meraih uluran tangan Anda."

Karena Kairos tak mampu memahami perasaan manusia yang semestinya menjadi tugas sebagian besar dari otaknya, peran tersebut beralih pada kemampuannya dalam mempelajari secara logis dan mengartikulasikannya secara realistis. Kairos telah mempelajari perasaan manusia sepanjang hidupnya sebagai manusia terkutuk. Meskipun Ryby selalu tersenyum, dia menyadari bahwa di balik topengnya, Ryby memiliki topeng lain.

"Saya tidak bilang untuk melepaskan ikatan tangan Anda," ujar Kairos sambil melepas ikatan pada kaki Ryby. Lalu, dengan mudah, dia mengangkat Ryby di pelukannya. "Saya akan memamerkan kehebatan saya pada Anda."

Ryby mendengkus. "Beberapa saat lalu Anda bahkan berbicara dengan tidak sopan, sekarang Anda berkata ingin pamer? Saya memang tidak bisa memprediksi Anda."

Kairos tersenyum tipis. "Memangnya Anda penyihir yang bisa memprediksi sesuka hati?"

"Mungkin saja," balas Ryby.

Kairos mengabaikannya dan membobol pintu dengan satu tendangan. Bandit Zenith di luar pintu terkejut dan waspada melihat Kairos yang menggendong Ryby. Lelaki berambut hitam itu menatap Ryby lagi, lalu mengucapkan kata-kata yang membuat Ryby terdiam.

***

"Tuan! Syukurlah Anda sudah kembali, kami semua khawatir karena Anda tidak kunjung pulang. Astaga! Kenapa baju Anda kotor seperti ini? Tua—hishh!"

"Berikan aku laporan Baron Lupir sekarang juga."

Derian menelan ludah ketika menyadari betapa gelapnya ekspresi Kairos saat ini. Kenapa bisa tuannya begitu marah ketika baru kembali ke mansion? Apa dia telah mengalami suatu hal melihat kotornya pakaiannya?

"B-baik, Tuan! Saya akan memanggilkan pelayan untuk segera menyiapkan pakaian Anda juga."

Ketika pintu tertutup, Kairos menghela napas. Dia merebahkan diri di sofa dan kembali merenungkan kejadian dari malam sebelumnya. Lagi-lagi Ryby memberikan dia kejutan yang tak terduga. Bagaimana bisa seorang wanita biasa memiliki pengetahuan seperti itu? Jika dipikir lebih lanjut, Ryby seakan-akan terlibat dalam masalah ini, tetapi Kairos tidak tahu letak hubungan sebenarnya dengan gadis itu. Dia tidak memiliki cukup bukti untuk membawanya ke kediamannya. Ah, sepertinya Kairos lupa, wanita itu bukanlah orang biasa.

THE WIZARDWhere stories live. Discover now