31

34 5 2
                                    

Ryby terdiam sesaat, kemudian langsung memeluk tubuhnya sendiri. "Senyumnya mengerikan sekali."

Tanpa mengindahkan keinginan leluhurnya, dia pergi menjelajahi ruangan gelap itu. Dia merasa aneh. Bukankah harusnya dia kembali pada kesadarannya setelah bertemu Raleygris? Apa ada seseorang lagi yang ingin menemuinya? Ryby khawatir jika dia berada terlalu lama berada di alam bawah sadar, waktu di realitas akan berjalan begitu cepat, dan Ryby tidak ingin melewatkan masa-masa kritis dari Thesarant.

Dia harus segera bangun. Namun, suara sayup itu memanggilnya lagi. Kali ini, suaranya lebih merdu, lebih lembut, dan lebih megah. Semakin dekat, dan semakin dekat. Seperti sapuan angin lembut dari barat yang mengelilingi kulitnya.

Ryby yakin bahwa kali ini dia tidak salah melihat dan mengenali. Rambut emas itu hanya di miliki oleh keturunan-keturunan karma. Tapi, karma yang asli pun tidak memiliki surai berwarna emas. Karena, Surai itu diturunkan langsung oleh Sang Merchëars.

Dewi yang menjadi awal mula semua kutukan berasal dan kehidupannya berada. Merchëars, ibu dari seluruh ibu, dan ratu dari seluruh ratu.

Dewi Emas yang luhur. Manusia yang diciptakan langsung oleh Tuhan.

"Pasti membosankan untuk melakukan pembukaan yang sama."

Ryby terhenyak. Lututnya tertumpu di lantai dan kepalanya menunduk. Kekuatan ini tidak mencekik seperti dendam besar Raleygris, tetapi diam-diam menelusuk ke seluruh tubuh dan menyedot jiwa secara perlahan.

Emas mengulurkan tangannya dengan ekspresi yang dingin. "Bangun, Relysiar."

Suara itu bagai sebuah perintah mutlak untuk Ryby. Tubuhnya berdiri tegap tanpa komandonya.

Saat ini, dia bisa melihat dengan jelas bagaimana Dewi yang dikatakan seperti malaikat. Semua dari dirinya memang pantas digambarkan sebagai Dewi. Mata emas yang bertaburan bintang, pakaian megah dari surga, dan tubuh sehalus sutra langit. Semua dari dirinya sangat menakjubkan.

"Kau harus tahu, kalau aku membantu leluhurmu karena dia memiliki kemiripan denganku. Namun, aku tidak pernah mencintai seseorang sampai menjadi bodoh. Kalimat leluhurmu, tidak pernah menjadi bagian dari tugasmu. Namun, kalau kau tidak menepatinya, artinya kau mengkhianati darah."

"Dewi, bagaimana kau masih ... berada di dunia ini?" Daripada menjawab perkataan Emas, Ryby lebih memilih menanyakan hal lain yang terus berputar di benaknya.

Emas tersenyum tipis. Kedua sudut matanya terangkat seperti bulan sabit. "Kau memang berbeda. Aku bukan Dewi, aku hanya manusia yang diberkahi. Cukup panggil aku Emas."

Ryby mengangguk, kemudian Emas mendekat.

"Aku akan memberimu satu rahasia, rahasia yang hanya boleh diketahui olehmu."

Ryby diam, mendengarkan.

"Kutukannya sudah berjalan, namun, aku tahu apa niatmu. Kau tidak seperti yang lain, yang terjebak dalam perasaan semu. Kau hanya ingin ... kehidupan."

Itu benar, Ryby menginginkan kehidupan lebih dari siapapun.

Karena, Sang Karma tidak bisa hidup jika tidak ada Keturunan Emas, dan dia tidak bisa mati jika tidak karena dia.

Dia hidup hanya untuk mengirim penebusan dosa bagi para Keturunan Emas yang terkutuk. Kemudian, mati sebagai salah satu tebusan pula.

Menurut Ryby, itu takdir yang tidak adil.

"Aku mengerti, karena itu. Apakah kau menyadarinya?" Emas bertanya.

"Dia ... aku pernah melihatnya bersedih."

THE WIZARDWhere stories live. Discover now