32

36 4 1
                                    

"Silahkan masuk, Nona. Tuan sudah menunggu Anda." Derian berkata sambil membukakan pintu kerja milik Kairos.

Ryby mengangguk padanya dan berjalan dengan langkah yakin ke dalam. Apapun yang terjadi, dia harus berhasil melakukannya kali ini. Ketika dia melihat Kairos, Ryby berhenti sejenak dan memberi salam padanya.

"Oh, apa kau sudah siap?" tanya Kairos.

"Saya, siap."

Kairos memicingkan matanya, "Bahasamu berubah lagi."

Ryby meringis, dia tidak tahu kalau Kairos bisa mengingat sedetail itu. "Maksud saya, aku, siap, Tuan."

"Duduklah, di sana," kata Kairos sambil menunjuk sofa di depannya.

"Eh? Tapi, 'kan ... ?"

Masalahnya, Kairos telah mengatakan bahwa mereka akan bermain peran jahat dengan terang-terangan berselingkuh di depan Diana yang hari ini akan datang berkunjung ke Nordryen. Namun, jika Ryby duduk di sofa ... bukankah itu sangat terlihat tidak natural? Lagipula keduanya sudah dirumorkan sejak dulu. Sepertinya menjadi gila sedikit tidak apa-apa.

"Kenapa kau tetap berdiri?" tanya Kairos.

Kairos pun telah memikirkan, jika dia ingin menghentikan Haldriss, dia harus memutuskan hubungan sesegera mungkin. Karena Ardent sudah tiada dan kekuatan Castilia belum seimbang, dia harus mengurangi kekuatan Haldriss sebanyak mungkin dengan Ratu Thesarant. Walaupun, Archen sudah sembuh total, keadaan belum kondusif dan kerajaan masih goyah. Persidangan tinggi telah dilakukan setelah hal lalu diselidiki, dan hasilnya sesuai yang Kairos perkirakan. Kekuatan Castilia sedang diambang kejatuhan. Investor asing yang tadinya berbondong-bondong untuk mendanai perusahaan telah hilang dalam sekejap, bahkan investor lama. Kalau ini terus terjadi, bisa-bisa kerajaan Thesarant tidak seimbang untuk waktu yang lama. Lalu, bukan mustahil jika kerajaan lain melihat celah ini untuk invasi. Entah dengan cara lembut, maupun kasar.

"CK, ck, ck, bagaimana kita bisa disebut selingkuh jika duduk saja berjauhan seperti ini?"

Kedua alis Kairos naik keatas, merasa penasaran. "Maksudnya?"

Ryby dengan sigap menggeret satu kursi mendekati tempat duduk Kairos. Namun, saat dia menyadari itu tidak akan bekerja, dia menghentikan aksinya dan memilih mendekati Kairos lalu duduk di pegangan kursi kerja Kairos.

Kairos cukup terkesiap dengan aksi gadis itu dan tidak habis pikir. "Kau ... apa maksudnya ... ?

Ryby tersenyum manis padanya, lalu menggandeng tangan Kairos. "Ini baru namanya kekasih."

Aneh, Kairos merasa ada yang aneh dengan gadis ini. Biasanya dia akan menolak ketika hal itu menyangkut tentang hubungan seperti ini. Tapi mengapa tiba-tiba .... ?

"Apa aku boleh bersandar di bahumu?" tanya Ryby dengan riang.

Kairos diam, tidak menjawab sebab keterkejutan masih memenuhi benaknya, sehingga Ryby memilih untuk melakukannya.

"Apa aku harus memakai bahasa yang sopan padamu?"

"Terserah."

"Hm, apa kau suka ditempeli seperti ini?"

"... Ya."

Ryby tergelak, dan menepuk pelan bahu Kairos. "Astaga, Anda ternyata pria murahan ya!"

Tanpa merasa ada yang lucu, Kairos mengernyit. "Hei, kenapa mulutmu kurang ajar sekali?"

"Aku cuma bercanda, kok, hehe!"

Kairos memicingkan mata. Dengan niat jenaka, dia melepaskan tautan Ryby dan menarik gadis itu hingga terjatuh di pangkuannya.

THE WIZARDWhere stories live. Discover now