23

71 17 0
                                    

"Apa itu Arkheris?"

"Arkheris ... katanya itu adalah nama dari keluarga tertinggi yang dipanggil sebagai Dewa dan Dewi dulunya."

Pada beberapa hari yang lalu, ketika Mahrez menghabiskan waktunya tenggelam di perpustakaan, tanpa sengaja dia menemukan sebuah buku bertajuk; kisah keabadian, yang merujuk pada nama Arkheris.

Setelah melepas sponsornya dari bangsawan Vesilian, kini Mahrez belajar dibawah asuhan Einar. Seorang alkemis terkenal dan sejarawan cerdas.

Dahi Mahrez mengkerut. "Bukannya Imam Agung sudah melarang untuk mengucapkan hal itu?"

Einar mengendikkan bahu. "Yah, aku tidak peduli, sih."

Lelaki bermanik hijau itu menghela napas. Orang yang memiliki kekuasaan memang berbeda. Apalagi keluarga yang berada dipuncak dan menggerakkan roda kerajaan. Pasti mereka bisa melakukan hal-hal sesukanya.

Seakan mengingat sesuatu, Einar melanjutkan. "Selain itu, Arkheris juga merupakan nama Tanah para Dewa dan Dewi yang subur. Katanya, Tanah mereka sebesar beberapa kontinen yang disatukan. Walau sampai saat ini kita bisa belum menemukan kontinen lainnya."

Mahrez angkat tangan. "Apa Anda tahu nama Dewa dan Dewi itu?"

Kepala Einar menggeleng. "Tidak, aku malas mempelajarinya. Tapi dalam salah satu buku disebut sebagai Merchëars. Apa ada pertanyaan lagi?"

"Saya."

Ekspresi Einar berubah dengan cepat, lagi-lagi dia merasa bingung dan jengah pada kehadiran bocah di depannya. Padahal orang-orang di luar mati-matian memasuki Arsham karena ingin diajar olehnya, tetapi lelaki itu malah menolak ketika Einar menawarinya untuk belajar. Lalu, sekarang dia tiba-tiba datang dengan dalih ingin menambah ilmu pengetahuan lagi. Einar merasa sedikit kesal karena itu!

"Apa arti kata dari Mœuncher?" tanyanya.

"Kata itu berasal dari Arkheris. Artinya adalah kekasihku." Kata Einar, kemudian alisnya berkerut lagi. Pemandangan ini masih membuat matanya tidak terbiasa dan cenderung sakit. "Lagipula kenapa kau tiba-tiba berada disini, Kairos?"

"Oh, saya juga ingin belajar. Apa tidak ada arti lain selain kekasih?" tanya Kairos lagi.

"Sepertinya memang itu saja artinya."

"Pasti ada arti yang lain." Kata Kairos sambil mengetukkan jarinya di meja. Alisnya menukik, tanda dia sedang berpikir keras untuk melihat arti lain yang memungkinkan.

"Hei, bocah! Kau kira kau bisa seenaknya menambahkan arti lain? Kau kira kau ini dewa?" geram Einar padanya. 

Kairos mendengkus. "Kalau saya ingin, saya akan membuatnya begitu."

Einar merasa emosinya naik kembali. Bisa bisanya orang keras kepala seperti Kairos memasuki kelasnya. Namun, dia tidak bisa menampik fakta bahwa keponakannya itu lebih berkuasa daripada dirinya. Hal itu hanya membuat Einar ingin menggigit jarinya saking kesalnya.

Karena merasa tidak menemukan inspirasi, Kairos berdiri dari duduknya. "Kalau begitu saya pamit, saya ada urusan."

"Apa kau kesini cuma ingin menanyakan itu saja?!"

"Benar."

"Dasar anak kurang ajar!"

Kairos keluar dan menutup pintu Einar dengan segera. Dia tidak ingin mendengar celotehan lelaki tua itu lagi. Adapun Mahrez juga ikut keluar karena waktu pembelajaran sudah habis.

Mahrez mendekati Kairos yang telah berjalan di depannya. "Salam, semoga Duke muda Nordryen selalu diberi berkah oleh Tuhan. Apa yang Anda lakukan di sini Duke Kairos?"

THE WIZARDWhere stories live. Discover now