26

42 10 0
                                    

"Kakak!"

Keempat orang di meja segera memalingkan kepala saat melihat lelaki muda dengan seragam berburunya yang mempesona. Lus berlari ke arah Ryby dengan semangat dan terjun ke pelukannya dengan senang hati.

Ryby membalas pelukannya dengan penuh kasih. "Apakah kau sudah siap untuk pergi?"

Lucian mengeratkan cengkeramannya pada tangan Ryby, menatap ketiga lelaki yang duduk di meja dengan rasa kemenangan. "Tentu saja, aku selalu siap untuk memenangkan pertandingan."

Kairos memiringkan kepala dengan tatapan tajam, sementara Zeref tersenyum sambil berkata, "Ini dia, perusak suasana yang selalu kau cari." Dia menopangkan dagunya dengan satu tangan.

"Baiklah, sepertinya pertandingan akan segera dimulai. Mari kita pergi," kata Kairos seraya bangkit dari kursinya.

Lus mendengarkan, meskipun ia agak terganggu. "Kakak, apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?"

"Pertandingan akan dimulai, jangan terlalu banyak bicara," jawab Kairos sambil menarik paksa kerah Lus, memisahkannya dari pelukan Ryby. Ketika Lus hendak memberontak, ia terkejut ketika melihat Ryby tersenyum riang.

"Nah, ini untukmu. Semoga membawamu ke kemenangan," kata Ryby sambil menyerahkan sebuah miniatur pedang berbilah merah kepada Lus.

Lus menggenggam miniatur itu dengan erat dan mengangguk tulus. "Terima kasih! Aku tidak akan mengecewakanmu! Sampai jumpa!"

Ryby melihat pergi mereka dengan pandangan haru. Ketika ia hendak kembali ke kursinya, Shoren masih duduk di sana, menyeruput secangkir teh rosela dengan tenang. Ketika Ryby melewati meja Shoren, suara lelaki itu menyapu lembut di telinganya, lemah tapi jelas. "Kau mungkin akan menyesal ... terus mengulanginya."

Gadis itu terdiam sesaat, dan kemudian melanjutkan langkahnya lagi.

Shoren tersenyum, melirik sedikit ke arah punggung Ryby yang mulai menjauh. "Tapi melihatnya yang sombong merayu, mungkin akan cukup menghibur."

***

Ryby mengawasi Lucian yang sudah masuk ke dalam hutan bersama pengawalnya. Dia merasa sedikit bangga tetapi juga cemas dalam waktu bersamaan. Ryby berdoa, semoga firasat buruknya tidak menjadi kenyataan. Meski dia tahu,

Bahwa itu akan terjadi.

"Lady Biulen, perkenalkan saya adalah Liane Vesilian."

Ryby membalikkan tubuhnya, menatap Liane yang memakai gaun cokelat cerah. Setelah kematian dan kejahatan Roder, Liane sekarang dirawat oleh pamannya yang merupakan seorang Count. Harta kekayaan, dan kasta yang turun tentu harusnya membuat Liane malu. Jadi, Ryby sudah tidak kaget ketika Liane bergabung, atau menjilat Diana.

"Salam untuk Lady Liane, apa ada yang bisa saya bantu?" balas Ryby.

Liane tersenyum manis. "Saya penasaran, apakah Lady Biulen bisa melayani rasa penasaran para Lady sosialita? Kami sangat terkejut dengan berita Anda yang muncul tiba-tiba."

Ryby tersebyum tipis. Melayani, ya? Belum apa-apa, Diana sudah merasa tersaingi olehnya. Yah, itu juga salah Kairos yang membuat dia terlihat seperti seorang selingkuhan secara terang-terangan. Namun, lelaki itu sama gilanya seperti Diana. Mungkin Ryby bisa membantu mereka berdua untuk menjadi lebih dekat, kalau saja tidak ada Takdir Emas.

Ruby sedikit menunduk, memejamkan mata dan mengembuskan napas.

"Tentu Lady, tetapi maaf kalau jawaban yang rendah ini tidak bisa memuaskan kalian."

THE WIZARDWhere stories live. Discover now