12

126 36 0
                                    

Lora adalah istilah bagi laki-laki yang bekerja di bawah pimpinan Imam Agung, sedangkan lira adalah istilah bagi para wanita. Mereka pekerja yang diberi imbalan berupa pendidikan, ataupun upah uang, karena telah berkontribusi dalam kota Alayan. Mereka akan dibayar sesuai dengan kinerja dan kemampuan mereka. Jika yang bekerja adalah orang-orang muda, mereka mungkin dapat mengenyam pendidikan dan mendapat posisi yang lebih penting di pemerintah kota. Apabila yang bekerja orang-orang tua, mereka akan bekerja sebagai pelayan, pembersih, sesuai kemampuan mereka sebelumnya. Namun tidak selalu pasti seperti itu. Mereka bebas memilih ingin mendapat bayaran upah ataupun pendidikan. Kemudian, semua lora dan lira memiliki derajat yang sama di Alayan.

Mayoritas lora dan lira berasal dari penduduk kota Alayan asli. Biasanya jika mereka tidak memiliki tempat tinggal, mereka akan berdiam di Arsham, tempat Imam Agung tinggal. Arsham merupakan nama dari bangunan pusat Mosk yang berada di Alayan. Arsham adalah bangunan besar seperti istana, tetapi bentuknya seperti menara besar dan luas yang bertingkat-tingkat dan menjulang tinggi. Ada tiga bangunan Arsham yang berada di Alayan. Satu, sebagai tempat tinggal Imam Agung, lora, lira, sekaligus tempat ibadah. Kedua, sebagai akademi bagi yang ingin mencari ilmu, akademi Arsham. Ketiga, sebagai tempat utama pemerintahan Alayan di jalankan.

Saat ini, Kairos dan Ryby sedang menuju kediaman Imam Agung, untuk merumuskan beberapa hal. Khususnya tentang kasus sengketa tanah Kairos melawan Marquess Vesilian.

"Setelah semua bukti histori dihancurkan di kerajaan maupun di Nordryen, hanya tersisa catatan Arsip di Alayan yang ada," kata Kairos membuka pembicaraan.

Ryby di seberangnya mengangguk. Setelah pergerakan pihak Vesilian dan Lupir tertangkap, mereka segera mengikuti rencananya. Derian telah memberi kabar apabila Putri Baron Lupir, Vridian Lupir, tiba-tiba saja  dipindahkan menjadi seorang lira di Arsham. Hal yang janggal ini tentu menandakan sesuatu yang besar, sebuah rahasia. Namun, alasan semua dokumen sejarah tentang Remia dihapuskan memang sengaja Kairos biarkan, bahkan dia membiarkan Ian menghancurkannya di kediaman Nordryen. Ini adalah langkah cepat menuju kehancuran. Palsu.

"Daripada memenangkan pertarungan kecil dan saling berhadapan, bukankah lebih mudah mematahkan lehernya ketika dia sedang mendongak?"

Setelah Ian setuju bergabung, semuanya berjalan lancar. Akan tetapi, mereka juga tetap waspada pada kemungkinan yang akan terjadi. Alasan Kairos membiarkan Ian menghacurkan semua dokumennya, hanya agar musuh semakin percaya kepada kinerjanya.

"Mereka mungkin berpikir jika situasi ini terlalu mudah bagi Ian, ataupun kemampuannya yang terlalu hebat. Dan itu jelas tidak bagus." Ryby mengkerutkan dahi, berpikir. Bagaimanapun, lawannya adalah pihak yang besar. Ryby menduga jika Kairos pun juga sudah mengetahuinya. Namun bagi orang-orang seperti mereka, bidak seperti Ian jelas menandakan sebuah ancaman. Tidak boleh terlalu bodoh, dan tidak boleh terlalu pintar. Itulah yang mereka inginkan, agar sang pion tidak merusak rencana, dan tidak menggigit tuannya.

Kairos mengangguk enteng. "Ya, jika semuanya terlihat terlalu mudah juga tidak bagus. Maka dari itu, bukankah ini alasan kita ke Arsham?"

Ryby mengenakan pakaian putih polos dengan topeng putih. Kali ini, dia akan menyamar sebagai seorang lira sementara Kairos akan menemui Shoren, Imam Agung. Dia akan mengkorek informasi dari Vridian dan mendekatinya. Kairos sendiri tidak paham bagaimana metode Ryby untuk melakukannya. Jadi, lelaki itu tidak tahan untuk bertanya. "Bagaimana caramu untuk membuatnya bersuara?"

Ryby menarik sudut bibirnya sedikit. "Dengan bakat bawaan saya."

Kairos jelas tidak puas dengan jawaban itu, sehingga dia hanya menghela napas. Ternyata dia masih belum bisa menggali apapun tentang Ryby. Gadis ini cukup lurus dengan rahasianya. "Aku kira kita sudah menjadi rekan."

THE WIZARDWhere stories live. Discover now