21

86 23 0
                                    

Setelah Kairos memisahkan Ryby dari Shoren, lelaki itu membawa Ryby masuk ke dalam kereta kudanya.

Hari ini, puncak dari semua masalah yang telah dihadapi Kairos akan terjadi.

Sebuah pemberontakan.

Marquess Vesilian yang akan memberikan hadiah, akan menjadi pemimpin utama pasukan ini. Mereka adalah prajurit bayaran terkenal dari Kerajaan Lumaria, yang berarti Prisna adalah orang yang paling mungkin mempekerjakan mereka.

Setelah melakukan beberapa penyelidikan atas pergerakan kapal, baik ilegal maupun legal, yang membawa beberapa ribu imigran asing langsung, Kairos tahu tidak hanya prajurit, mereka juga membeli puluhan ribu senjata yang dialihkan ke wilayah Volfos dan Gordon. Setengah senjata yang dikirim ke wilayah Volfos diharapkan dapat menutupi setengahnya yang datang ke wilayah Gordon. Namun, Kairos sendiri sudah memiliki mata-matanya.

Masalah seperti sengketa tanah, pembunuhan di kota Revised, hanyalah masalah palsu untuk menutupi panggung yang sebenarnya. Setelah membuat masalah kecil untuk menurunkan reputasi Kairos, mereka akan melakukan pemberontakan pada Nordryen dengan masalah palsu sebagai alasan untuk menurunkan Kairos dari jabatan Duke. Dengan begitu, niat Prisna yang sebenarnya untuk merebut wilayah Nordryen akan tertutupi, karena orang-orang akan berpikir kalau pemberontakan memang masuk akal dilakukan. Ditambah, dengan Hutred yang diartikan memasuki sisi Prisna membuat Ratu Thesarant tersebut bisa bergerak dengan bebas.

Selain itu, Kairos masih bingung mengapa mereka memilih menyandera Ryby. Ada sandera lain yang lebih berharga seperti orang tuanya. Tetapi mengapa pasukan dari Kerajaan Lumaria memilih Ryby? Ini adalah pertanyaan yang mengganggu Kairos. Terutama, jika pilar Thesarant mengetahui bahwa prajurit dari Lumaria menyerangnya, ini bisa memicu perang antara kedua kerajaan. Situasi akan semakin berbahaya jika Ryby terus di sampingnya.

Sementara di sisi lain, Ryby merasa risih karena Kairos terus-menerus menatap dirinya. "Katakan saja kalau Yang Mulia ingin memarahi saya."

Kairos tersedu dari lamunannya dan mengangkat alisnya. "Oh, jadi kamu ingin aku memarahimu?"

"Bukankah seharusnya begitu? Apakah Yang Mulia tidak marah karena saya gagal?" Ryby bertanya.

Tawa kecil lolos dari bibir Kairos. "Jangan khawatir, aku selalu mengekspektasikan hasil yang paling buruk. Jadi, hasil seperti itu tidak akan menggoyahkan diriku."

"Baik .... itu sangat bagus," kata Ryby dengan heran.

Kairos diam dan tidak menjawab. Sehingga keheningan mulai menelusup di antara mereka.

"Relysiar, apa kamu mengenal Shoren?"

Ryby cukup terkesiap pada nada serius yang dialunkan Kairos. Anehnya, dia merasa lelaki ini seperti sedang marah. "Saya tidak tahu, saya bahkan baru tahu wajahnya ketika Yang Mulia mengajak saya pergi ke Arsham."

"Lalu, kenapa kau berbicara dengannya di taman tadi?"

"Oh ... dia yang menghampiri saya." Ryby berujar. Pembicaraan yang dibawa Shoren tadi tentu memberi pertanyaan besar di benaknya. Tidak ada orang yang mengetahui jati dirinya kecuali mendiang ibunya.

Kairos di sisi lain tidak menjawab dan hanya diam. Dia merendahkan tatapannya dan menatap kearah jendela. Lelaki bermanik emas itu memiliki sebuah dugaan. Jika rumor yang dimiliki Shoren adalah sebuah kebenaran, pasti lelaki itu yang telah menyebabkan Ryby kehilangan kepingan. Namun, Kairos tidak tahu apa motif Shoren melakukan itu. Tapi ada satu hal yang cukup jelas, Kairos tidak akan meminta bantuan Imam Agung itu sampai kapanpun. Dia adalah musuhnya.

THE WIZARDWhere stories live. Discover now