19

79 25 0
                                    

Kalau bukan bandit milik Kairos, orang ini pasti musuh miliknya. Namun, kenapa harus Ryby yang diculik? Mengapa harus dia? Apa karena dia di asumsikan sebagai kekasih Kairos? Tapi, dari mana hal itu berasal? Apa karena dia berjalan bersama Kavi? Benar, itu karena Kavi. Orang-orang ini pasti mengincar 'orang penting' secara keseluruhan. Mereka adalah orang yang menginginkan kehancuran keluarga Thornev.

Yang lebih aneh, Ryby tidak bisa menggunakan sihirnya sama sekali. Orang ini, bukanlah musuh seperti yang dia pikirkan.

Suara decitan kursi kayu yang digeser membuat Ryby kembali fokus pada keadaan sekitar. Mata dan tangannya telah diikat oleh kain hitam, beserta kedua kakinya. Yang Ryby rasakan, dia berada di sebuah ruangan gelap cukup besar dengan lantai marmer. Padahal sebelumnya ini adalah tempat perjanjian Ryby dengan penculik palsunya. Namun, Ryby tidak menduga kalau dia hanyalah sebuah perangkap. Untungnya, Ryby sudah bertemu dengan Lus terlebih dahulu.

"Haruskah aku memanggilmu Nona Ryby?" Suara pria yang berat menggema di ruangan.

"Kau bisa menyebutnya seperti itu," sahut Ryby tenang. Keadaan ini agaknya mengingatkan dia akan kenangannya dengan Kairos dulu.

"Hm," gumamnya, "kau sangat tenang untuk ukuran seorang gadis biasa yang sedang diculik."

"Apa kau mengharapkan aku memberontak? Keadaan akan lebih sulit diantara kita jika begitu."

Pria itu mengangguk, menyetujui perkataan Ryby. "Masuk akal. Aku tidak akan berbicara terlalu banyak. Apa kau adalah seorang penyihir?"

Penyihir, orang ini bahkan memiliki dugaan jika Ryby adalah seorang penyihir. Jadi, sebenarnya siapa pihak orang ini? Di dunia ini, tidak banyak yang mengetahui identitasnya sebagai penyihir sejak kepunahan para Thevölda. Hanya segelintir orang yang tahu, kecuali mereka juga bagian dari penyihir. Atau, mereka adalah pihak 'Verdeux?' yang selama ini selalu membuntuti alam bawah sadar Ryby?

"Menurutmu bagaimana?"

Pria itu tertawa renyah. "Dugaanku benar. Kau adalah keturunan Raleygris yang keluar dari garis takdir. Namun, pada akhirnya, takdir tetap menuntunnya kembali kepada sang Keturunan Emas."

Ryby mengernyitkan dahi, "Sebenarnya siapa dirimu? Apa kau seorang Verdeux?"

"Hahahahaha! Tidak aku sangka kau mengetahui lebih banyak daripada yang aku kira. Ryby ... takdirmu harus selalu berada dalam keinginan Dewi, kau itu diciptakan dari belulang Karma untuk menciptakan kehancuran. Namun, apa sekarang kau sedang merencanakan sesuatu yang menentang Sang Dewi?"

Ryby mendesis, "Kau ... kau bukan seorang Verdeux!"

Pria itu mengacungkan pedang di depan leher Ryby sehingga kepala gadis itu sedikit mendongak. "Lihatlah surai emas yang membuat orang tidak bisa lupa ... yang membuat orang tidak bisa berpaling darinya. Sampai kapan kau ingin terus bersembunyi dalam kemarahanmu?" Pria itu mencium helaian rambut emas Ryby dengan lembut. "Tidakkah kau merindukan aku? Rajamu, Merchëars? Kamu harus senang karena aku akan segera membuatmu bertemu denganku."

" ... Aku bukan Merchëars!" hardik Ryby. Tubuhnya gemetar. Dia paling membenci segala hal tentang takdirnya. Juga, yang berhubungan dengannya.

Manik abu-abu pria itu memancarkan cahaya hitam yang pekat. Jari panjangnya mengusap air mata di wajah Ryby dengan lembut. "Tenang, waktunya masih lama. Kau bisa menyelesaikan tugasmu di sini, Relysiar. Tapi, yang perlu kamu tahu adalah, aku selalu mengawasimu di mana pun. Jadi, jangan sekali-sekali mencoba memberontak lagi dari kehendak takdir."

Pria itu menyeringai dan berbisik di telinga Ryby. "Karena pada akhirnya hanya kematian yang menunggumu!"

Mata Ryby berpendar emas, tubuhnya terasa panas dan kosong.

THE WIZARDWhere stories live. Discover now