CHAPTER 5

15.9K 1.2K 7
                                    

Terik matahari yang seenaknya masuk melalui cela tirai mengganggu tidur seseorang. Seseorang yang baru tertidur selama beberapa jam, namun seakan telah mengalami mimpi panjang.

Dea yang saat ini telah kembali ke kehidupan nyata dan berada di tubuh Libitina. Perlahan membuka mata dan melenguh pelan khas orang bangun tidur. Matanya kembali tertutup dengan sekejap begitu menangkap terangnya cahaya sang Mentari, lalu lengannya naik menutupi matanya.

Kesunyian pagi yang cerah itu terasa begitu berat bagi Dea—Libitina—yang baru saja mengalami mimpi panjang. Tak ada suara selain kicauan burung pagi yang mencari makan, nampak ketenangan di luar namun begitu berisik batinnya. Libitina memikirkan banyak hal pasca mimpi panjangnya dengan Libitina asli.

Kembali mengingat setiap adegan dalam mimpi itu. Perasaan yang entah apa dan terasa aneh baginya membuat Libitina tidak mampu mengatakan apapun. Perasaan itu seperti menindih hatinya hingga terasa berat dan sesak. Ia bernafas dengan normal, namun rasanya sulit untuk mengambil oksigen. Keheningan merajalela di ruangannya, hingga akhirnya keheningan ruangan itu terpatahkan dengan suara ketukan.

"Masuk." Jawab Libitina dengan suara serak khas orang bangun tidur sembari bangkit untuk duduk.

.

Kepala Pelayan masuk tanpa ragu, memasang wajah datarnya seperti biasa. Dia berdiri tegak beberapa langkah dari kasurku, netranya yang tak pernah menatap langsung mataku dengan benar karena diriku adalah seorang Kaltain. Bawahan paling setia milik keluarga ini, Oryn. Si Pria Tua sekaligus Anjing Setia Merikh.

Helaan nafas kesal keluar begitu saja, aku turun dari ranjang. "Ada apa, Oryn?" tanyaku sambil berjalan melewati Kepala Pelayan itu dan masuk ke kamar mandi. Sebelum masuk, aku mendengar suara yang tak jadi dikeluarkan. Sepertinya Oryn hendak menjawab pertanyaanku namun urung.

"No-nona ... "

Aku tidak menghiraukan panggilan Oryn dan pergi membasuh tubuhku. Aku merasa sepertinya pikiran-pikiran yang mengerubungi kepalaku akan hilang dengan guyuran air hangat.

Beberapa menit kemudian diriku keluar dari kamar mandi, mengenakan gaun— yang memang disiapkan di kamar mandi setiap pagi —kasual yang usang, rambut basah dan meneteskan air. Oryn tetap berdiri tegak di samping tempat tidurku, mengejutkan melihatnya terlihat seperti patung yang secara mengerikan bisa menggerakkan matanya kesana-kemari.

Jika dia benar-benar patung, maka akan menimbulkan suasana menyeramkan seperti di film horor.

"Kau masih di sini, Oryn?" Dia kemudian melirik ke arahku.

"Kepala Keluarga memanggil Anda, Nona," katanya.

Aku bergumam sebagai jawaban. Oryn mengerti dan langsung berbalik, ia keluar dari kamarku tanpa sepatah katapun. Dia benar-benar tahu bagaimana membaca situasi dan suasana hati tuannya. Benar-benar penurut, cekatan, dan kompeten. Entah kenapa aku jadi menginginkannya.

Berhenti memikirkan Oryn, diriku mulai berpikir alasan mengapa Merikh memanggilku. Aku tak membuat masalah sejauh ini, lagipula tidak mungkin membuang bubur menjijikkan itu akan menimbulkan masalah. Jika iya, maka Merikh adalah bajingan yang paling parah seumur hidupku.

Apakah aku dipanggil karena Zagreus telah kembali dari perang? Tidak mungkin secepat ini, kecuali dirinya hanya memerintah bawahannya tanpa mengawasi atau ikut andil. Aku yakin Zagreus tidak se-bajingan Merikh, setidaknya tidak cukup bajingan. Lalu apakah timbul fitnah? Jika iya, maka pelakunya hanya tiga. Si Wanita Ular —Merletta, si Anak Manja— Rubinna, atau si Pewaris Utama— Duncan. Hanya tiga orang itu yang akan terus mengusik hidupku. Ck.

Entah apapun alasannya, dipanggil pagi-pagi buta seperti ini benar-benar hal yang menjengkelkan.

"Ada apa, Yang Mulia?" tanyaku langsung begitu sampai di depan meja kerja Merikh.

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTERDonde viven las historias. Descúbrelo ahora