CHAPTER 23

8.5K 1.1K 65
                                    

Tanpa memedulikan Roux yang masih terpaku nan lumpuh, diriku berjalan menuju peti mati batu yang retak itu.

Roux terkutuk sebagai makhluk abadi yang tinggal dalam cincin laksana jin dalam botol. Raganya mati membusuk di suatu tempat selagi jiwanya berada di dalam cincin kuno yang entah terbuat dari apa. Selama ribuan tahun hanya memangsa Mana dan kehidupan manusia yang berani masuk ke dalam inti hutan Kegelapan.

Keberadaan Roux yang terkutuk lah yang menjadi penyebab dari rumor mengerikan yang beredar dari mulut ke mulut masyarakat.

Mitos, tidak akan keluar jika masuk ke dalam hutan lebih dari sepuluh meter itu benar adanya, karena mereka pasti dilahap oleh Ahmya atau terhisap kehidupannya oleh Roux.

Potongan demi potongan mulai bersambung, menyatu layaknya puzzle. Satu-persatu kejanggalan hutan ini mulai terpecahkan.

Diriku membuka peti mati itu, batunya yang retak membuatku sedikit waswas; takut akan terpecah belah.

Dengan peti mati yang masih bertahan sampai ribuan tahun, lumut telah menjadikan peti mati ini sebagai rumah dan terdapat retakan parah di bagian luar, bagian dalam peti ini masih apik bagai baru dibeli.

Terlihat satu buah cincin emas yang tak begitu mewah, hanya terdapat setitik permata ruby di tengahnya. Tanpa ragu diriku mengambil cincin itu.

Terlalu besar. Batinku melihat ukuran cincin yang takkan bisa kupakai karena terlalu besar.

"NO-NONA!" Seseorang memeluk kakiku. Roux.

Aku langsung menghempaskan tangannya dari kakiku, berjalan mundur beberapa langkah.

Roux dalam keadaan menyedihkan, efek dari sihirku masih ada padanya, tentu saja. Meskipun bukan raga asli, Mana padat akan bereaksi lebih jika terkena sihir, terutama sihir pengganggu aliran Mana seperti petir. Efek melumpuhkan petir bertahan lama dalam raga Mana padat Roux.

Sekarang dirinya menyeret tubuhnya dengan susah payah. Menyedihkan.

"No ... Na! Saya mohon ... Saya mohon-"

"Aku tidak berniat membunuhmu." Aku menatap Roux yang berantakan. "Cincin ini pasti memiliki banyak Mana, kan? Aku ingin memeriksanya."

Roux menatapku dengan penuh peluh dan nafas tersengal-sengal, rambutnya menempel pada wajahnya yang basah. Meskipun terlihat menyedihkan, kecantikannya tidak berkurang sama sekali. Menatapku dengan ketakutan. Mata sendunya semakin merosot, manik ruby yang terpatri di matanya berkaca-kaca, dia terlihat seperti akan menangis.

Diriku memalingkan wajah. Aku bisa gila karena kecantikannya.

"Ti-tidak. Bukan itu yang saya harapkan..! Saya mohon ... Saya mohon bawa ... saya pergi bersama Anda, Nona-"

"Tidak mau." Potongku langsung.

Membawa bawahan abadi milik Rubinna akan merepotkan. Keberadaanku saja mungkin akan merubah alur cerita, jika aku membawa Roux, aku yakin alur ceritanya akan semakin berubah. Kehilangan pengetahuan akan masa depan itu jauh lebih merepotkan.

"Ke-kenapa?! Kenapa Anda tidak ingin membawa saya? Maafkan...! Maafkan saya atas perbuatan saya sebelumnya ... Nona, saya mohon ... Saya mohon bawa saya ... " Air mata terjun bebas di pipi mulusnya, dengan menahan sesenggukan, matanya memerah dan berkaca-kaca, menatapku dengan sendu nan menaruh asa.

Roux menangis dengan penampilan berantakan, rambut masih menempel pada wajah yang basah karena peluh, semakin basah karena air mata. Wajah indahnya benar-benar berbahaya, terutama matanya. Oh, sial!

"Tidak ada alasan. Kau terlalu merepotkan untuk dibawa." Aku berusaha menjawabnya dengan ketus tanpa menatap wajah bak bidadari yang memohon padaku itu.

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang