CHAPTER 40

3.1K 490 102
                                    

TW!! Mohon readers membaca dengan bijak. Mungkin siapkan mental dulu, Author udah ingatkan(。=`ω'=)

❀•°•══ஓ๑♡๑ஓ══•°•❀
.

BLAM! Aku sungguh dikurung di dalam ruangan yang entah apa. Zagreus dulu bilang ini Ruangan penghukuman. Ruangan ini selalu terkunci di pojok istana yang jarang dilewati orang. Aku beberapa kali melewatinya, dan tidak pernah tahu mengapa ruangan ini disebut Ruangan penghukuman di saat tidak pernah ada yang masuk ke sini.

"Karena Kaltain tidak mungkin mengusir apalagi mencoret Kandidat dari daftar keluarga, jadi ketika ada yang membuat kesalahan fatal, akan dikurung di dalam sana, Adik bungsu." Zagreus berkata sembari melirik pojok koridor istana. "Tempat itu sangat menyeramkan, itulah kenapa kau tidak pernah melihat ada yang dikurung di sana. Karena tidak ada yang berani."

Aku mengernyit, tidak mengerti mengapa. Memangnya apa yang ada di dalam ruangan itu sampai-sampai tidak ada yang berani berbuat masalah.

"Kenapa?"

"Entahlah, aku sendiri tidak tahu. Ruangan itu seperti puncak hukuman bagi Kandidat. Jadi kau jangan sampai masuk ke sana, ya?" Tidak menjawab pertanyaanku, Zagreus malah tersenyum seperti orang bodoh di hadapanku.

Dan aku pun tidak pernah menghiraukan ruangan ini lagi semenjak hari itu. Ruangan ini hanya berisi kegelapan, bukan yang benar-benar gelap sampai diriku tidak bisa melihat apa-apa, tapi gelap yang remang. Lantai yang kupijak hanyalah batuan dingin yang kotor, aroma yang kuhirup hanyalah bau batu dingin, tidak terdengar suara apapun, dan apa yang terlihat sejauh mata memandang hanyalah kegelapan tidak berujung.

Aku melirik sekitar, memindai sekaligus memastikan tidak ada apapun di ruangan ini. Ruangan ini benar-benar kosong. Bulu kudukku meremang begitu sekelibat ingatan mengganggu pikiranku, trauma masa lalu. Tempat ini mengingatkanku pada sesuatu yang tidak mengenakkan.

DUG! DUG! DUG! Aku menggerak pintu kayu tebal berkali-kali. Dari beberapa gebrakan itu, aku bisa menyimpulkan bahwa pintu ini sangat keras dan tebal sehingga mustahil untuk didobrak, aku pun tidak merasakan pergerakan apapun selama menggebraknya. Bisa dibilang pintu ini sangat kokoh.

"Dikurung lagi?"

Jantungku langsung merosot begitu suara pria terdengar. Aku tidak berani berbalik. Aku tidak berani. Aku takut. Tolong aku takut. Deru napasku bergetar, mataku tidak memandang dengan lurus, bibirku bergetar hebat, dan degup jantungku berdetak sangat keras sampai bisa terdengar oleh telingaku.

"Anda seharusnya menuruti orangtua Anda, Nona. Bukankah Anda sangat nakal sampai dikurung lagi?"

Tidak tidak tidak tidak tidak tidak. Aku tidak tahu bagaimana bisa dia di sini. Aku tidak tahu bagaimana bisa dia di sini. Aku tidak tahu bagaimana bisa dia di sini. Aku takut. Aku takut. Aku takut.

"Tolong..!" kata itu menyalip keluar sebelum ada napas yang kutarik.

Suara tapak sepatu menyapa pendengaranku. Kulitku meremang seketika, rasa mual naik begitu pesat membuatku sulit bernapas, keringat dingin mengucur. Aku takut. Aku takut. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa berada di sini. Dia seharusnya tidak ada di sini. Tolong. Tolong. Tolong.

Tarikan napas tajam kulakukan. Kepalaku menoleh ke belakang dengan takut-takut. Sesosok pria jangkung berjalan pelan ke arahku, khas dengan pakaian formalnya, ia tersenyum ke arahku dengan nakal, menatapku dengan penuh nafsu. Matanya menyelidik setiap jengkal tubuhku, membuat mualku semakin menjadi-jadi.

Bodyguard itu ada di sini.

"Anda terlihat takut, Nona. Apakah kegelapan ini menakuti Anda? Mau saya temani?"

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTERWhere stories live. Discover now