CHAPTER 19

10.9K 982 28
                                    

"Ini misi yang harus kau lakukan, Libitina." Merikh menyodorkan berkas ke arahku.

Aku mengambil berkas itu dan membacanya. Data monster, lokasi, dan misi yang harus ku capai; adalah isi dari berkas ini. Diriku membolak-balik halaman berkas itu untuk memastikan sambil mengerutkan kening.

Misi ini tingkat tinggi.

Seseorang merangkul pundakku. "Misi perdana apa yang kau dapat, Adik bungsu?"

Dalam ruangan ini tak hanya ada diriku, melainkan semua anggota keluarga, kecuali Duncan. Kebiasaan sedari lama, Kandidat yang memiliki tingkat 4 dan di atasnya akan mendapatkan misi. Pemberian misi dilakukan setiap pekan, dan tentu saja dibayar.

"Tunggu-tunggu! Ayah! Ini terlalu tinggi untuk Libitina." Tolak Zagreus setelah membaca misiku.

Merikh hanya menatap Zagreus apatis. Keahliannya mengabaikan seseorang benar-benar menyulut emosi Zagreus.

"Ayah!"

Merikh menghela nafas pelan. "Misi disesuaikan berdasarkan tingkatan yang kalian miliki. Libitina merupakan tingkat 6 dan 7. Dia cukup mampu melakukan misi ini."

"Tapi ini pertama kalinya dia menjalankan misi, Ayah. Meskipun Libitina berada di tingkat tinggi, bukan berarti dia mampu menjalani misi ini."

"Hei!" Protesku tidak terima.

"Diam saja kau, Bocah." Zagreus membungkamku. "Setidaknya beri keringanan, Yah. Libitina tidak memiliki pengalaman apapun saat ini."

"Ada hukum yang berlaku di sini, Zagreus. Kepala keluarga tidak bisa memberi keringanan, itu sama saja dengan dia memihak kepada Libitina." Merletta menyela.

Zagreus menahan diri untuk tidak tertawa. "Baru sekarang Anda bicara soal hukum yang berlaku. Saya diam saja ketika Anda memihak anak-anak Anda, Nyonya." Dia menekan akhir perkataannya.

Merletta mengerutkan kening marah, dia menutupi wajah marahnya dengan kipas lipat. Kebiasaannya benar-benar menurun ke Rubinna.

"Hentikan, Zagreus," sahut Luell dari pojok ruangan.

"Kenapa selalu aku?!" Zagreus melotot tak terima.

"Memang ada hukum yang mengatakan pemimpin keluarga dilarang memihak Kandidat. Akan tetapi ada pula hukum yang mengatakan Kandidat dapat menolak misi yang diberikan jika dianggap berlebihan. Jadi keputusan berada di tangan Libitina." Luell tidak mengindahkan Zagreus dan beralih menatapku.

Semua pasang mata menatap ke arahku, menunggu jawaban. Keheningan tercipta.

Aku berpikir sejenak, lalu menghembuskan nafas.
"Saya akan menerima misi ini," putusku.

"Libitina!"

"Aku mampu menjalani misi ini, Kak. Kakak tidak punya hak untuk menentukan apakah saya mampu atau tidak."

Zagreus melotot tak percaya. "Bagaimana bisa kau- wow! Kau benar-benar bajingan."

"Terkadang Kakak perlu berkaca."

"Apa?!" Dia menoleh ke arah Luell, meminta dukungan.

"Dia benar, Zagreus."

"Ha?! Setelah apa yang kita lalui, bagaimana bisa Kakak menunjukkan punggungmu padaku dan memihak Libitina? Kakak memilih Libitina dibandingkan diriku?!" Dia mulai lagi.

Memberikan reaksi berlebihan selayaknya aktor handal.

"Hentikan." Bungkam sudah Zagreus setelah Merikh berkata.

"Libitina, mulai misimu." Aku mengangguk. Merikh beralih ke Zagreus. "Dan Zagreus, kerjakan semua misimu yang tertunda selagi Libitina menjalani misinya."

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTERWhere stories live. Discover now