CHAPTER 26

8.9K 1.1K 46
                                    

"Selamat datang, Nona." Haemal menyambut begitu aku membuka pintu kamar.

Aku melihat sekitar yang lenggang tanpa kehadiran seseorang yang seharusnya di sini. "Di mana Tanith?"

"Dame Tanith sedang berlatih, Nona." Aku bergumam singkat merespon perkataannya.

Diriku melepas jubah dari Luell, meregangkan leher yang terasa pegal, meletakkan kantong jantung Ahmya yang tersisa, menghela napas kemudian. Seluruh badanku terasa pegal sekaligus kesemutan, kepalaku pening dan membuatku ingin cepat-cepat tertidur, lalu tubuhku kekurangan gizi. Jika tahu akibatnya akan se-melelahkan ini, aku tidak akan menjalani misi selama seminggu.

"Akan saya siapkan air mandi, Nona."

"Mmn." Gumamku singkat sambil mengeluarkan cincin Roux dari saku.

Diriku melepas segala hal dari tubuhku kecuali pakaian, meletakkan kedua belati dan pedangku di samping sofa, menghela nafas berat sekali lagi. Aku memijat bagian tubuh yang terasa pegal, meregangkan otot-otot yang kaku, dan juga mengecek bagian yang terluka.

Sejauh ini hanya goresan kecil dan bekas cekikan Roux sebelumnya yang tertutup oleh penutup mata sedari tadi; pengaliran Mana terus-menerus membuatku cepat beregenerasi sehingga tidak ada luka yang berarti. Berguna memang, tapi karena tubuhku terus-menerus melakukannya, lama-kelamaan tubuhku kelelahan karena Mana tidak memulihkan kondisi 'lelah'.

"Gila, rasanya lelah sekali seperti mau mati." Keluhku seusai berbaring di atas sofa panjang.

Aku bisa kehilangan akal terlebih dahulu sebelum menuju rencana utama. Sebelum melakukan rencana yang besar, aku harus menemukan alternatif yang efektif dan efisien untuk memulihkan; entah luka ataupun stamina.

Mengalirkan Mana memang memiliki banyak manfaat, namun itu membuat tubuh tidak beristirahat dengan benar, dan aku tidak bisa terus bergantung dengan Mana. Pasti akan ada saat di mana diriku tidak bisa menggunakan Mana, apalagi area anti-sihir dan anti-Mana eksis di dunia ini.

Lalu soal 'perang Kaltain' yang di mana keturunan Kaltain akan berperang dengan sekumpulan monster yang mengamuk di ujung benua setiap lima tahun, di situlah awal mula segalanya. Libitina yang merupakan keturunan Kaltain pasti terseret ke perang itu, lebih tepatnya aku yang terseret.

Kematian sahabat seperjuangan Merikh---Marquess Saycena---yang mati di medan perang perbatasan Kekaisaran, alasan mengapa Pemeran utama novel, Erletta, diadopsi oleh Merikh.

Karena kematian Marquess Saycena bertepatan dengan 'perang Kaltain', Merikh tidak bisa membantu dan menyelamatkan sahabatnya itu sebab peranannya yang harus mengikuti perang itu, memimpin pasukan Kaltain.

Menghentikan kedatangan Erletta ke keluarga ini dengan menyelamatkan ayahnya mungkin efektif, namun aku tidak bisa melakukannya. Selain karena aku tidak mempunyai cukup kekuatan, aku tidak bisa mengurangi kekuatanku dengan melindungi seseorang yang tidak kukenal. Di perang Kaltain aku harus memiliki kontribusi besar bagaimanapun caranya demi keberlangsungan rencana hidupku ke depannya.

Lalu entah kenapa, aku merasa memang seharusnya aku tidak menyelamatkan ayah Erletta. Seolah-olah ada sesuatu yang menghalangiku. Sesuatu yang membuatku begitu yakin bahwa aku tidak boleh menginterupsi bagian ini.

Selama ini aku terus menginterupsi bagian-bagian yang memicu masa depan, masa depan dalam novel yang kuketahui, kunci dari efek kupu-kupu.

Lalu saat ini, diriku merasakan tekanan samar datang dari belakangku, menekanku untuk tidak menginterupsi bagian ini apapun alasannya. Entitas yang menjadi penyebab segalanya terjadi padaku dengan maksud tertentu. Entitas yang tidak kupercayai. Dewa.

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTERWhere stories live. Discover now