CHAPTER 24

7.7K 1K 33
                                    

"Tawaran yang menggiurkan," ujarku.

Roux berbinar-binar dan langsung sumringah, semburat merah pipinya kembali lagi dengan cepat hingga menyebar ke telinga. Warna pucat kulitnya dan semburat merah dengan mata ruby berbinarnya terlihat kontras. Kecantikan Roux mendobrak habis standar ketampanan pria yang selama ini kuketahui.

Wajahnya benar-benar membuat orang gila.

"Sebelum itu," kataku, lalu berjongkok menyamakan tinggiku dengan Roux yang bersimpuh. "Akan kutekankan bahwa kau adalah anjingku. Anjing manis penurut yang hanya menerima perintah dariku. Dikarenakan aku akan selalu membawa cincin ini ke mana-mana, kau harus terus berada di sisiku kecuali jika aku memberimu perintah khusus."

"Saya tidak masalah."

Melihat ekspresi Roux yang nampak begitu serius, aku pun bangkit.

Jika dipikirkan lagi, membawa Roux lebih menguntungkan daripada membiarkannya di sini. Aku yakin novel itu tidak akan berjalan sebagaimana mestinya karena kehadiranku, seperti memberi efek kupu-kupu. Mungkin invasi iblis tidak akan terjadi, mungkin perang besar yang dibuat oleh Rubinna tidak akan terjadi juga; Rubinna juga merencanakan perang itu dibantu oleh Roux.

Kakak otak udang yang hanya memikirkan kehidupan bak bangsawannya itu mana mungkin mampu merencanakan perang itu sendirian.

Kemampuan ilusi Roux yang disebut Bakat lebih berguna dari yang diperkirakan. Meskipun aku memiliki Haemal yang tentu mampu mencari informasi dengan mudah, dia tentu punya batasan, sedangkan Roux tidak memiliki batasan seperti Haemal.

Aku pun tidak perlu mencari informasi tentang elemen Kegelapan dan dunia iblis dengan susah payah. Membawa Roux adalah pilihan terbaik, namun efeknya terhadap masa depan bisa benar-benar kacau. Pengetahuan Roux penting untuk diriku, tapi menjaga pengetahuanku tentang masa depan pun penting.

Lebih baik membawanya, kehilangan informan sehebat Roux akan merugikan. Membiarkannya di sini hanya akan membuatnya dibawa oleh orang lain yang mungkin adalah musuhku. Meskipun hanya sekadar informasi, informasi selalu menjadi senjata terkuat selama ini.

"Untuk membawa cincin ini aku perlu memberi sesuatu, kan?" Tanyaku yang lebih seperti pernyataan daripada pertanyaan.

Aku tahu informasi itu dari narasi bagaimana Kakak manja itu mendapatkan bawahan rupawannya. Memberikan sesuatu sebagai bahan utama Kontrak Jiwa yang biasa digunakan para iblis, mengikat kedua pihak dengan begitu erat hingga pihak satu akan mati jika pihak lain mati sebelum kontrak selesai.

"Be-benar.. Anda tahu banyak hal, Nona," kekeh Roux yang masih bersimpuh.

"Bagaimana memberikannya?"

"Diberikan kepada saya." Roux menunjuk dirinya sendiri. "Sebaliknya, saya pun akan memberi sesuatu kepada Anda," lanjutnya.

"Sesuatu itu apa dan sebanyak apa?"

"Sesuai kesepakatan kedua pihak."

"Kalau begitu akan kuberi satu informasi penting dariku, sebagai gantinya kau akan melayaniku." Roux mengangguk.

Aku menaikkan alis heran. "Kau tidak menolak? Dilihat dari sisi manapun kesepakatannya tidak adil."

"Melayani Anda pun sebuah kehormatan terbesar yang akan saya ingat sampai mati!" Roux mengatakannya dengan semangat hingga semburat merah di wajahnya semakin jelas.

"Kalau begitu kita sepakat." Sring! Cahaya yang tidak begitu menyilaukan keluar dari manik ruby cincin ini. Sepertinya pembuatan Kontrak jiwa telah dimulai.

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTERحيث تعيش القصص. اكتشف الآن