CHAPTER 25

8.6K 1K 29
                                    

"Masuk." Diriku masuk ke dalam ruangan begitu Merikh mengizinkan diriku.

Aku kembali tepat sebelum jam makan siang. Dengan kecepatan penuh diriku harus sampai di istana Kaltain sebelum sore menjelang karena alasan bayaran. Jam setelah makan siang adalah jam di mana misi baru diberikan dan misi yang tidak terselesaikan sebelumya akan dianggap hangus dan bayaran tidak akan diberikan, bisa mati kesal aku jika tidak mendapatkan bayaran.

Diriku membawa kembali tiga kantung jantung Ahmya dan cincin Roux yang tersimpan di saku celana.

Bocah kecil berambut pirang menarik perhatianku, berdiri terpaku di samping Merletta, dia menatap kedatanganku; warna matanya merah sekali.

Anak kecil?

"Kau terlambat satu minggu, Libitina." Ujarnya tajam sambil memandangku dingin. Merikh duduk bersandar di kursi kebesarannya.

"Apa yang Anda harapkan dari saya yang melawan Ahmya tingkat tinggi di antara rasnya, serta saya yang pertama kali menjalani misi? Jika Anda menggunakan otak Anda dengan benar, pasti Anda akan mengetahui dengan benar bahwa menyelesaikan misi ini kurang dari seminggu adalah hal mustahil." Meskipun aku mengalahkan satu Ahmya hanya dalam beberapa jam. Tentu aku tidak akan mengatakan itu.

"Di mana sopan santunmu di hadapan Kepala keluarga, Libitina?!" Seseorang membentak lantang di pinggir ruangan, Merletta.

Aku menoleh ke arahnya yang terlihat murka namun matanya menatap dengan merendahkan diriku; dia bukan marah dengan sikapku, melainkan hanya ingin memarahiku saja. Sepertinya sudah waktunya untuk memberi laporan soal urusan internal istana, itulah mengapa dia berada di sini, pun nampaknya dia tidak senang aku berada di sini.

Aku tersenyum tipis, kembali menoleh ke Merikh. "Maafkan saya, Yang mulia. Sepertinya misi ini membuat saya sangat sensitif." Diriku membungkuk, lalu tegak kembali.

Terlihat kepalan tangan kuat di atas meja, urat-urat menonjol yang menggambarkan kekesalannya. Mataku menyipit melihatnya. Dia marah karena aku memanggilnya 'Yang mulia' atau karena sikapku? Haha!

Merikh menyadari tatapanku yang tertuju pada kepalan tangannya, dia memijit pangkal hidungnya setelah menguraikan kepalan tangan itu. "Sudahlah. Apakah kau membawa barangnya?"

Tanpa bicara diriku menyerahkan salah satu kantung berisi jantung Ahmya yang berkualitas biasa saja, meskipun ada jantung yang terpecah berkeping-keping, sayang sekali untuk memberikan yang satu itu.

Merikh memeriksa jantung itu dengan seksama, kemudian menyerahkannya pada pria tua di belakangnya, Kepala pelayan.

"Misimu terselesaikan dengan baik meskipun ada sedikit keterlambatan, karena ini belum menjelang sore, bayaranmu akan diberikan sebagaimana mestinya. Lalu—" BRAK!

"Libitina!" Zagreus mendobrak masuk sambil berteriak.

"Ya?"

Zagreus mencengkram kuat kedua bahuku, mendekatkan wajahnya hingga membuatku menjauhkan wajahku. "Kau—! Kemana saja kau selama ini?!" Tanyanya dengan keras.

Alis kutautkan, tidak mengerti pertanyaan Zagreus yang retoris alias tidak perlu jawaban itu. "..? Aku pergi menjalankan misi."

"Selama seminggu?"

"Iya. Lagipula sulit bagiku untuk membunuh Ahmya yang ternyata merupakan tingkat tinggi di rasnya. Kakak 'kan tidak bodoh, seharusnya tahu itu 'kan?" Aku tersenyum.

"Menjengkelkan sekali mulutmu itu, ya? Apakah sesuatu mengenai kepalamu?" Tanya Zagreus geram.

"Tidak. Aku sehat sejahtera."

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTEROpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz