CHAPTER 32

6.8K 775 104
                                    

TW: Pedhofilia! (Mungkin rape masuk kayaknya) DISTURBING NARASI!! Peringatan buat pembaca, banyak narasi disturbing di sini!! Sebelum membaca harap siapkan mental. Author udah ingatin ya!(⁠ʘ⁠言⁠ʘ⁠╬⁠)

❀•°•═══ஓ๑♡๑ஓ═══•°•❀

.



.

Aku mengernyit tidak suka mendongak melihat wajahnya yang penuh kebanggaan itu. Diriku benar-benar tidak berminat melihatnya melakukan ini, dan lagi, dia berat. Dengan tubuh sebesar ini ia dengan tidak tahu malu naik ke pangkuanku.

"Ribuan tahun kau hidup, menguap ke mana rasa malumu?" diriku tersenyum dengan remeh.

Roux memandangku dengan wajah cemberutnya seakan kecewa terhadap sesuatu yang tidak ingin kuketahui. Dengan begitu dalam dia menatapku seakan menatap kekasihnya.

Roux memainkan tali penutup mataku, memilinnya dan menariknya pelan, membuatnya sedikit mengendur. Tanganku langsung menghentikannya.

"Saya ingin melihat manik indah Anda, Nona." Ujarnya mendayu-dayu, matanya mengerling dengan penuh damba.

Diriku berdecak. Makhluk kuno ini kenapa bersikap seperti penggoda? Aku mendorongnya, membuat wajahnya menjauh dari wajahku.
"Aku memang menyukai parasmu. Tapi tidak ada gunanya bersikap seperti pelacur di hadapanku, Roux. Ingatlah diriku ini masih dua belas tahun."

Roux menyerah dan akhirnya turun dengan mimik kecewanya. "Anda tidak pernah bersikap seperti anak usia dua belas tahun, Nona." Dia menggerutu.

"Tidak ada satupun anak di keluargaku yang begitu," balasku tidak berminat.

"Anda memerintahkan saya untuk duduk. Namun di mana saya duduk, Nona?" tanyanya sembari menatap sekitarku yang memang hanya tersedia satu kursi dan meja kecil---tempat tidur tak berada di jarak pandangannya.

"Lantai. Di mana lagi?"

Roux terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja kukatakan. Apa yang bisa dilakukan seorang iblis yang hidup sebagai bangsawan jika ia harus duduk di lantai? Entahlah, pun aku menanti reaksinya. Aku tersenyum cerah melihatnya yang sedang menimang ingin mendahulukan kesetiaan atau harga dirinya.

"Apakah saya akan mendapatkan pujian jika saya duduk di lantai?" tanya Roux melirikku mengharapkan sesuatu.

Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan menggelitik dari diriku. "Memangnya kau ini anak kecil?"

Roux berganti memilin rambutnya sendiri. "Ini adalah perintah pertama yang saya terima dari Anda, bukankah ini sesuatu yang berharga?"

"Sayangnya tidak, Roux. Berhentilah merengek. Aku benci anjing yang berisik."

Setelah perkataan itu terucap, Roux menunduk dalam dengan tangan yang saling bertaut, bahunya bergetar samar, ia bergerak-gerak gelisah. Aku menilik setiap senti pergerakannya. Pergerakan yang kutahu. Gerak-gerik yang menunjukkan kegundahan.

"Roux." Panggilku sembari mengernyit.

Roux mendongak sedikit hanya untuk melirikku dengan manik berkaca-kacanya lalu menunduk kembali. Aku yang melihat hal menggelikan itu semakin memperdalam kerutan dahiku.

Sejujurnya aku tidak ingin berprasangka, tapi petunjuknya terlalu jelas. Aku tidak mengerti soal perasaan semacam itu, hanya saja diriku tidak sebodoh itu sampai tidak mengetahuinya.

Ah, sialan. Bagaimana bisa iblis ini ... ?

"Kau adalah anjingku," ujarku. "Aku mengatakannya tepat sebelum diriku memutuskan untuk membawamu." Aku menunjuknya dengan jari telunjuk.

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTERWhere stories live. Discover now