CHAPTER 11

11.3K 1K 4
                                    

Selama sebulan aku berlatih, aku menjadi ahli dalam mengendalikan Mana dan juga mengalirkannya ke tubuh, aku pun dapat seimbang melawan Zagreus dalam duel berpedang.

12 kali duel, dan 11 kali seri, dan 1 kali menang.

"Ah, sial!" Zagreus mengumpat setelah kalah dariku. Dia terbaring dengan nafas tersengal di tanah.

"Tidak adil kalau aku kalah dari anak yang bahkan baru belajar sebulan-dua bulan! Dan lagi ... Apa-apaan bakat mengerikanmu itu?!" Zagreus mengeluarkan keluhannya dengan nafasnya yang masih terengah-engah.

Aku mendecih. "Berhentilah merengek, Kak. Aku baru menang satu kali." Aku menggenggam pedang di tangan kanan sambil meletakkannya di pundak.

"Kalau begitu setidaknya kalahlah sekali, Sialan!"

Aku menggeram. Dia selalu merengek seperti ini setiap kali aku seri melawannya, dan kali ini menjadi lebih buruk.

"Ugh, ayolah. Aku tidak ada waktu mendengar rengekanmu, Kak." Aku mengeluhkan perilaku Zagreus yang tidak lebih baik dari anak kecil.

Zagreus seketika duduk tegak, mendelik ke arahku. "Hei, harga diriku terluka sebagai pemimpin pasukan 1. Aku bertahun-tahun pergi ke medan perang dan sekarang aku kalah dari anak yang baru belajar sebulan-dua bulan?! Ini memalukan!"

Aku mendecih kesal. "Bisakah hentikan rengekanmu, Kak? Aku menang karena mengandalkan Mana. Sedangkan Kakak murni hanya berdasarkan kekuatan fisik, tentu saja aku lebih unggul."

Zagreus langsung sumringah. "Oh, benar juga!" Dia mengangguk-angguk. "Benar-benar. Hm-hm. Benar. Kau menang karena mengandalkan Mana."

Sifat narsisnya selalu menjengkelkan. Dia tidak akan terima jika diriku lebih unggul darinya, secara dia masih menganggap diriku lemah selayaknya bayi yang baru berjalan.

Ah, akhirnya dia kembali dengan wajah sumringahnya. Dia bangkit seketika, menyapu habis pasir yang menempel di pakaiannya.

Aku beralih menatap matahari yang hampir tenggelam, mengalihkan mata kemudian. Aku tidak pernah bisa melihat matahari dengan benar bahkan saat hendak tenggelam, mataku selalu terasa silau dan perih.

"Kenapa kau tidak segera membeli penutup mata yang kusarankan?" Zagreus bertanya, dia menghalangi sinar matahari yang mengenai mataku dengan tangan besarnya.

"Mahal."

Dia menahan tawa. Gila, aku ingin sekali memukul wajah congaknya itu.

"Sudahlah. Bagaimana perkembanganku?" Tanyaku setelah menyudahi pembicaraan tentang penutup mata itu.

Sekitar empat minggu lalu aku mencari tahu tentang penutup mata itu, dan hasil yang kutemukan hampir nihil. Informasi dari penutup mata itu minim sekali, bahkan aku hampir tidak menemukan seseorang pernah menjualnya.

Ada kabar bahwa penutup mata itu hanya diberikan kepada keluarga saja, terdapat sumpah darah antara leluhur dengan penerusnya yang membuat mereka tidak bisa menjualnya.

Satu-satunya cara mendapatkan penutup mata itu adalah menemukan atau membunuh keturunan Benua Timur dan mendapatkan penutup mata itu secara paksa. Sayangnya aku tidak bisa melakukan cara itu, selain karena aku tidak ingin membunuh seseorang hanya karena keinginan kecil, para Keturunan Benua Timur pun mempunyai semacam kemampuan turun-temurun yang membuat mereka sangat kuat.

Haemal dan Tanith pun akan kesulitan menghadapi mereka, apalagi rasa solidaritas tingkat tinggi yang dimiliki oleh Keturunan Benua Timur akan terjadi pembalasan dendam jika aku membunuh salah satu dari mereka. Melawan satu saja merepotkan, apalagi jika melawan seluruh keturunannya.

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTERМесто, где живут истории. Откройте их для себя