CHAPTER 34

5.4K 600 105
                                    

A/N: chapter ini ada senggol tentang peta atau tata letak benua Eiser, dan tentu Author udah bikin ilustrasinya di bagian bawah sendiri biar pembaca gak bingung. Happy reading!ヾ(❀╹◡╹)ノ゙

❀•°•══ஓ๑♡๑ஓ══•°•❀

.

Haemal mengurut pangkal hidungnya selagi aku mengelus kepala Roux yang memejamkan matanya.

"Jadi, dari mana Anda mendapatkan budak-"

"Anjing," koreksiku.

"Ya, anjing."

"Kau mengataiku?"

Haemal menggeram frustasi. Tanith--- yang dibangunkan oleh Haemal tengah malam---memberinya segelas air, dan ia terima. Haemal menenggak airnya hingga tandas, mengembalikan gelas kosong itu sembari mengelap bibirnya dengan sapu tangan.

"Intinya, dari mana Anda mendapatkan anjing ini?" Haemal menunjuk Roux dengan tangan terbuka. Begitu sopan, pikirku. "Dan, sejak kapan?!"

"Hmhmhm!" aku tertawa senang dengan mulut tertutup. "Aku mendapatkannya di misi perdanaku," terangku menjawab kedua pertanyaan Haemal sekaligus.

"Ya? Itu cukup lama, Nona. Anda tidak mengatakan apapun soal anjing Anda ini."

"Aku hendak melaporkannya pada Yang mulia, namun tidak sempat karena aku jatuh pingsan saat memberi laporan soal misi. Ingat?" Aku mengedikkan bahu kemudian. "Bagaimana bisa aku membeberkan soal anjing baruku ini jika aku belum melaporkannya pada Yang mulia 'kan?"

Haemal tetap menelan jawabanku meskipun dia nampak tidak bisa menerimanya.

Tentu dia tidak bisa menyangkal, membawa apapun dari misi perlu izin dari Merikh, sebelum mendapat izin aku tidak bisa membawa masuk apapun. Oleh karena itu aku menyembunyikan dua jantung Ahmya yang lain dan Roux sekaligus, karena aku tidak memberitahu Merikh.

"Sejak kapan pula ia ikut dalam perjalanan ini? Apakah ini alasan Anda pergi ke Kekaisaran?"

"Tentu tidak, Haemal. Aku datang ke mari murni hanya ingin berbisnis. Dan lagi, sedari awal aku selalu membawanya ke mana saja," kataku enteng.

"Ya?"

Tanganku berhenti mengelus kepala Roux. Anjingku ini membuka matanya dan langsung mendongak, dia sama sekali tidak memedulikan keberadaan dua orang di depannya.

Aku menunjuk Roux. "Dia iblis."

"Ya?!" Tubuh Haemal merosot seketika, ia berjongkok selagi menutup wajahnya dengan frustasi.

Tanith ikut berjongkok, menepuk-nepuk pundak Haemal seakan memberi dukungan kekuatan. Haemal semakin mengeluarkan napas lelahnya. Baru kali ini aku melihat Haemal yang begitu lelah. Yah, ini tengah malam, dia pasti lelah.

"Mohon bersabar," ujar Tanith, terus menepuk pundak Haemal.

"Jangan mengasihani saya, Dame Tanith." Haemal membalas dengan penuh penolakan.

Aku tertawa melihatnya. Tanganku kembali mengelus kepala Roux.

"Kau ingat dengan cincin yang kubawa?"

"Ya, saya ingat betul." Haemal menjawab dengan posisi jongkoknya. Masih menutup wajahnya.

"Cincin itu tempat bersemayamnya. Yah, bisa dibilang dia ini hanya tinggal roh." Aku menjelaskannya selagi Roux mendusel pada tanganku yang mengelusnya. Bukankah dia bersikap seperti anjing sungguhan? Gemas sekali.

"Raganya sekarang hanyalah sekumpulan Mana padat. Ini dan itu terjadi di masa lampau, dia menjadi abadi. Dan ribuan tahun setelahnya, kami bertemu. Banyak hal terjadi, dan inilah akhirnya, aku memiliki anjing baru! Peliharaan baru," pungkasku, tak lupa dengan nada riang di tengah suramnya wajah Haemal.

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTERWhere stories live. Discover now