CHAPTER 22

8.9K 1.1K 53
                                    

Genggaman tangan pada pedangku terlepas begitu saja, tubuhku terpaku di atas tanah, nafasku tertahan di ujung. Aku diam. Menatap lurus ke arah bayangan hitam yang lebih mirip seperti sekumpulan kabut.

Bayangan itu mencoba meraihku dengan tangannya yang bahkan aku sendiri tidak mengetahui yang mana. Tangannya begitu banyak. Sekejap muncul sekejap raib. Matanya menyala di antara kegelapan.

"Apa yang membuatmu waspada, Nona kecil? Apakah engkau takut? Takutkah engkau?" Suara itu menggema di segala sisi.

Dengan bayangan hitam asing yang lebih seperti hantu. Menyuarakan sesuatu yang membuatku hampir gila, perasaan tertekan setiap kali dia bersuara. Aku tahu dia, makhluk kuno sialan yang terkutuk, ras vampir yang hampir punah, Roux!

Makhluk gila yang terobsesi dengan Rubinna hingga membuatku muak. Berada di atasku dengan wujud bayangannya, pun termasuk dari kekuatannya, ilusi.

Dengan bantuan penutup mata ini, entah berapa lama aku akan bertahan.

Vampir yang dikutuk oleh rasnya sendiri dengan alasan yang tidak kuketahui; pun tidak disebutkan di dalam novel. Makhluk yang disebut terkuat di antara rasnya, dan entah bagaimana caranya, dia dikutuk untuk menjadi abadi dan selamanya terkurung dalam sebuah cincin.

Makhluk yang tak hanya terobsesi pada Rubinna, melainkan juga pada kematian. Hidup ribuan tahun di dalam cincin dan bertahan sampai saat ini karena melahap Mana, membuat Roux frustasi dengan kehidupannya.

"Pergi ke mana engkau? Kenapa engkau tak berada di sini? Ke mana pikiran engkau pergi, Nona kecil?" Suara menggema bak suara Dewa itu membuatku merinding sejadi-jadinya.

Bayangan hitam itu mendekat, aku semakin mengernyit. Belaian angin menyentuh kulit meremangku seketika membuatku bergidik, tekanan yang semakin berat ketika dia semakin dekat, aku menahan nafas.

Lalu, seperti 'splash', bayangan itu menghilang, dia berubah menjadi sesosok pria tampan berambut putih yang menawan. Benar-benar menawan hingga membuatku menahan nafas.

Kulit putih pucat bagai mayat, permukaan kulit halus seperti porselen dengan bentuk mata runcing ber-iris merah darah, rahang tumpul yang membuatnya seperti perempuan, dia digadang-gadang memiliki kecantikan yang setara dengan bidadari. Deskripsi berlebihan yang sesuai dengan aslinya. Dia benar-benar cantik.

"Terpesonakah engkau?... Nona kecil yang tersesat, mengapa engkau di sini? Malang sekali." Dia meraih rahangku dengan kedua tangan rampingnya, mengangkatnya untuk melihat wajahku lebih jelas.

Tatapan matanya sendu, menatap ke wajahku, menilai. Mata bagai gemerlap permata Ruby, merah yang menawan nan menggoda.

Dia tersenyum tipis yang bahkan hampir tidak terlihat, menatapku dengan sendu, berkedip dengan perlahan, menelisik setiap detail wajahku, membelai rahangku dengan ibu jarinya. Wajahnya begitu dekat. Seinci lebih dekat, kami akan berciuman. Setiap hembusan nafasnya mengusap wajahku dengan lembut. Keindahan tiada tara untuk seorang pria.

Matanya berkilau elok di tengah kegelapan, bagai permata di bebatuan sampah. Dia menatapku dengan erotis. Dia berusaha menggodaku.

Godaannya benar-benar memancing nafsu. Dengan wajah seindah ini dia tentu mampu menggoda siapapun dengan sekejap, dan inilah cara dia memikat banyak korban.

Membutakan seseorang yang tergoda dengan keindahannya, kemudian menghisap habis energi kehidupan mangsanya. Menggoda, membutakan, lalu membunuh adalah cara kerja kekuatannya. Ilusi.

Untuk diriku yang mengetahui sihir ilusinya, itu tidak akan mempan terhadap diriku, terutama dengan penutup mata yang kebal ilusi ini.

Dengan tekanan sebesar ini, dia berharap godaannya akan berhasil. Sialan...!

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTEROù les histoires vivent. Découvrez maintenant