TIGA TUJUH

524 12 0
                                    

Faiq membuka mata. Kepalanya terasa berat dan pandangannya masih sedikit kabur. Silau sinar matahari dari sela-sela gorden, adalah hal pertama yang ditangkap retina. Hangatnya menyelinap masuk. Menerpa tubuh Faiq yang mendadak menggigil.

Faiq mencoba mengumpulkan tenaganya. Dia bangun dan mendapati tubuhnya yang tidak berselimut sejak semalam. Dengan suhu AC yang lumayan dingin. Pantas saja ia merasa sedikit meriang.

Lalu pandangannya menyapu sekeliling. Ruangan bernuansa putih dengan kasur king size yang ia tiduri semalaman. Sebuah TV, nakas, dan jendela kaca berukuran besar yang masih tertutup gorden. Ada dua buah pintu disitu. Satu pintu kaca yang Faiq duga adalah kamar mandi. Dan satu lagi sepertinya menghubungkan ke ruangan lain. Entah, Faiq tidak tahu. Ia masih terlalu pusing untuk berdiri mengecek.

Faiq mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya. Dan hal pertama yang ia pastikan adalah, melihat tubuhnya sendiri. Ia dapati tubuhnya masih utuh dengan pakaian lengkap. Bahkan kerudungnya juga masih bertengger di kepalanya. Faiq sedikit bernapas lega.

Sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama.

Hey, are you okay?”

Detik kemudian seorang lelaki paruh baya masuk. Menyapanya dengan senyum misterius. Otaknya segera menyadari dengan cepat, apa yang sedang terjadi padanya.

⚫⚫⚫

“Gimana, semua barangnya sudah siap?” tanya Bu Nyai Faizah.

Ruang tengah ndalem hari ini terasa hangat. Karena tidak biasanya semua bisa berkumpul selepas isya begini. Ditemani semangkuk angsle dan pisang goreng. Menghangatkan tubuh di kala di luar sedang turun hujan.

Bukan tanpa alasan mereka berkumpul. Karena besok Gus Irham dan Faiq akan berangkat ke Turki untuk menghadiri wisuda Gus Irham. Setelah wisuda mereka akan jalan-jalan di Turki, sekalian honeymoon yang kedua. Sambil menyelam, minum air. Dan ditutup dengan umroh ke rumah Allah.

Sedangkan Kyai Hasan dan Bu Nyai Faizah tidak ikut menyaksikan wisuda Gus Irham. Karena sudah diwakilkan Faiq. Lagi pula ini wisuda S2. Mereka sudah pernah melihat Gus Irham diwisuda waktu di Maroko. Ditambah jadwal mereka yang cukup sibuk juga.

“Sudah Mi,” jawab Faiq sembari mencomot pisang goreng.

“Udah dicek betul-betul? Paspor, visa, kartu identitas?”

Sampun Umi. Tenang aja, udah dicek tujuh kali sama Faiq,” giliran Gus Irham yang menyahut.

Ning Tsabitah mencolek Faiq. Berbisik-bisik soal minta oleh-oleh Turki yang banyak. Karena waktu masnya pulang kemarin, oleh-olehnya terlalu sedikit. Gus Irham yang mendengar itu membela diri.

“Kan Mas buru-buru pengen ketemu mbakmu ini. Jadi nggak sempat beli oleh-oleh yang macem-macem.”

Faiq tersenyum simpul. Mulai terbiasa dengan sikap Gus Irham yang suka sok romantis ini. Sedangkan di depan Gus Irham, Gus Thoriq sedang sibuk dengan ponselnya. Alisnya berkerut saking fokusnya. Sampai-sampai hampir bertemu.

“Riq, kamu nggak minta oleh-oleh juga?”

Gus Thoriq tidak menyahut. Masih sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Sampai Bu Nyai Faizah menepuk pelan paha anaknya itu. Barulah Gus Thoriq tersadar.

Nggih Umi, kenapa?”

“Ituloh, ditanya masmu.”

Gus Thoriq menoleh ke arah masnya. Dan mendapati Gus Irham hanya geleng-geleng kepala saja.

Semenjak Ustaz Ibrahim tidak lagi di Al-Hikam hampir semua urusan pesantren diambil alih Gus Thoriq. Pokoknya kalau ada yang tanya siapa manusia paling sibuk di Al-Hikam ya jawabannya adalah Gus Thoriq. Itu juga karena dia masih menjadi asisten Kyai Hasan. Jadi double job.

Bahkan kemarin Bu Nyai Faizah sempat membicarakan tentang perjodohan. Tapi Gus Thoriq langsung menolaknya mentah-mentah. Karena ia masih ingin fokus mengurus Al-Hikam.

“Eh maaf, maaf. Ini loh ada yang mau minta tanda tangan Mas Irham, hehehe.”

Secara kepengurusan pesantren, sebenarnya sekarang sudah menjadi tanggung jawab Gus Irham. Dalam struktural, Kyai Hasan hanya menjadi penasihat. Tapi soal kepungurusan administrasi, pengelolaan pesantren, semuanya sudah Kyai Hasan serahkan sepenuhnya kepada Gus Irham. Kyai Hasan bilang, beliau sudah ingin istirahat dan hanya mau mengajar atau mengisi ceramah. Kendati begitu, sebelum mengambil keputusan apapun Gus Irham selalu bertanya dulu kepada abahnya.

“Ini kan juga gara-gara Mas Irham mau pergi. Orang mau pekan bahasa, malah ditinggal honeymoon. Kan jadi Thoriq lagi Thoriq lagi, yang sibuk,” gerutu Gus Thoriq sambil mengangkat mangkuk angsle dan menyuapnya perlahan karena masih panas.

Meskipun kepengurusan Al-Hikam sekarang di bawah kendali Gus Irham, sebetulnya yang nggak kalah ikut andil adalah Gus Thoriq. Karena memang sebenarnya dibandingkan Gus Irham, adiknya jauh lebih paham soal Al-Hikam. Bagaimana pun juga, Gus Thoriq tidak pernah meninggalkan Al-Hikam sepertinya.

Sejujurnya Gus Irham juga lebih sreg kalau kelak Al-Hikam dipegang oleh Gus Thoriq. Makanya dari sekarang Gus Irham banyak melibatkan adiknya dalam kepengurusan pesantren. Gus Irham juga sudah mendiskusikan keinginan ini dengan Kyai Hasan dan adiknya. Toh ia sendiri berencana melanjutkan pendidikannya sampai S3. Abahnya mengizinkan dengan syarat setelah Gus Thoriq wisuda. Jadilah selagi menunggu Gus Thoriq merampungkan skripsinya, sementara ini Gus Irham yang memimpin.

“Makanya nikah Le. Biar ada yang bantuin,” ujar Bu Nyai Faizah menggoda.

“Iya Riq. Masa nanti pas kamu udah jadi pimpinan Al-Hikam belum ada ningnya sih,” timpal Faiq manas-manasin.

Gus Thoriq tersenyum masam. Bukannya dia tidak ingin nikah. Tapi untuk saat ini, perioritasnya adalah menyelesaikan skripsi dan mengurus pesantren. Ditambah ia masih belum menemukan asisten pengganti yang cocok untuk abahnya. Tidak ada waktu untuk memanjakan orang lain.

Toh dia sendiri juga belum menemukan tambatan hati yang pas. Ia tidak ingin seperti masnya. Ia ingin pernikahan yang normal-normal saja. Dimulai dari ketertarikan pada umumnya.

“Oh ya, yang masalah itu, kalian jangan khawatir. Inn syaa Allah sudah beres. Fokus saja dengan rencana kalian.”

Perkataan Kyai Hasan membuat suasana jadi sedikit tegang. Tiba-tiba semua orang mendadak diam. Teringat kejadian-kejadian beberapa waktu belakangan ini. Berbulan-bulan yang penuh dengan ujian. Hari-hari berat yang harus mereka semua lalui.

⚫⚫⚫

Halooo Genggss 🤗
Maaf nih baru update lagi. Sebenernya aku udah pengen berhenti di chapter 36 aja. Soalnya ada rencana mau dipublish di penerbit X 🤭🤭
Tapi gapapa deh, aku hp dulu sampai chapter yang ditentukan, wkwkwk

Anyways komen dong kalau kalian makin penasaran sama cerita Faiq Irham. Btw aku spill yak. Di chapter ke depan bakal ada part-nya Shanum Ibrahim juga lohhh. So jangan lupa vote, komen dan share sebanyak² yakk. Oh ya sama buat yang belum follow, follow dulu yuks biar makin akrab 😘😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NIRMALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang