sembilan

5.3K 237 0
                                    

.
.
.
Di kantin

"Ade...aaaaa"ujar Ano menyuapi Jay bakso dan di terima baik oleh sang empu.

Yaa mereka sekarang berada di kantin tadi saat Jay sudah berhenti menangis dan memakan ice cream nya di berengi dengan suara bel pertanda istirahat tiba mereka memutuskan untuk pergi ke kantin mengisi cacing cacing dalam perut mereka.

"Eh Ade...? Bara merasa aneh "Ade pake diapert yaa?" Bara merasa aneh karna saat memangku Jay kenapa merasa empuk saat Jay duduk di pahanya. Itu membuat Samuel Maykel dan keano menoleh pada mereka.

Jay langsung tertunduk malu sambil memainkan jari-jari mungilnya. El langsung mengikut keras tangan bara.tak lama Jay langsung di pindahkan ke pangkuan Samuel karna ya tentu El yang merebut Jay karna takut Jay akan mengamuk lagi nanti bisa bisa semua atensi penghuni kantin tertuju pada mereka Samuel tidak suka menjadi pusat perhatian btw.

"Baby" Samuel mendongak kan kepala El dengan satu jarinya menatap ke arahnya dan bisa ia lihat mata Jay sudah berkaca kaca dengan pipi bersemu merah. Itu membuat Samuel gemas dan langsung menyembunyikan jawah El ke dada bidangnya. Jay menangis diam.

"Shttttt... Jangan menangis tidak apa bang bara kan hanya bertanya dan lagi Jay kan masih kecil jadi itu tidak aneh"Yahh Samuel sudah tau tapi dia tidak menanyakannya pada Jay karna takut anak itu akan mengamuk.
El hanya diam sesenggukan.

"Benar Ade jangan nangis lagi bang bara hanya bertanya sungguh lagian tidak ada yang mendengar selain kita berempat benarkan"lirik bara pada yang lain dan di balas anggukan oleh mereka.

"Hiks...j-jay pake Abang di pakein sama bang Jo" isaknya.

"Bang Jo? Sapa tuh...?"tanya May

"Jovan benar"ujar Samuel itu membuat ketiga pemuda yang lain bingung karena bukankah Abang sulung dari Jay juga tidak memperdulikan Jay di tambah bukan kah dia berada di luar negri dari yang mereka tau Jovan benar benar tertutup dan jarang pulang ke tanah air.

"Loh kenapa bisa"Ano

"Ughh iyaa Abang Jo berubah Abang dia baik sama Jay tadi malem ajh tidur bareng sama Abang Jo terus tadi di anterin sekolah" Jay berbalik badan menghadap ketiga sahabatnya dan memberitahu dengan antusias dan binarnya. Itu membuat senyum kecil terbit dari keempat sahabatnya.

"Waahhh benarkah tapi kenapa bisa Ade.?" May bertanya sungguh dia benar benar kepo bagaimana bisa orang yang kejam sepertinya bisa berubah pikirnya. Kenapa may bisa berfikir bahwa Jovan kejam tentu karna cerita dari ayahnya.

"Hmmm Jay tidak tau tapi Abang Jo baik jadi Jay yah senang senang sajah..."ujar Jay tersenyum imut.

"Bagaiman dengan keluargamu yang lain" tanya Ano sambil memakan sisa baksonya.

"Entah lah mereka masih sama sama saja Jay sudah tidak perduli toh Jay sudah punya Abang Abang jadi Jay tidak perlu Mereka" ujarnya antusias

"Abang Abang...?"bara nyerengit heran

"Iyahh lah Abang El,Abang Jo,Abang bara,Abang Ano, dan Abang may bodoh ehh dan dan Abang Tedy juga hihi"Cengir Jay tanpa dosa.

"Ehhh apa apaan nih hehh cil gue nih pinter ya enak aja di katain bodoh juara olimpiade nih" ujar may sombong.

"Helehhhh sombongnyaaaa emang Lo doang apa yang sering menang baru sekali doang sombongnya minta ampun tuh liat di Ade udah berapa olimpiade yang dia ikutin ngga sombong tuh dia" cibir Ano

"Dih yaa bodo lagian beda serper kali iri bilang" May lagi.

"Ckkk berisik"El berdecak sungguh dia tidak bisa menikmati makanannya sama sekali Karan keributan dua cecunguk itu.

Jayden Novandra Lexam (Transmigrasi) EndWhere stories live. Discover now