The Game ($pecial Chapter)

9.2K 609 6
                                    

   A/N: Halo sebelum baca, dengerin bacot saya dulu yah, disini nanti tentang kisah permainan memperebutin Arven.

Happy Reading....

*************

Arven duduk di taman istana dengan santai, dengan tangan kanannya yang memegang sebuah buku yang cukup tebal. Walaupun begitu, pikirannya masih belum bisa melupakan penghianatan Seron yang sangat mengejutkan itu.

"Yang Mulia, apakah anda menginginkan sesuatu?! Saya akan mengambilkannya!" tawar Markus yang selalu setia berada di samping Arven selama ini.

"Tidak usah. Aku hanya sedang ingin istirahat saja!" tolak Arven. Dia masib betah dengan lamunannya.

Markus kembali diam. Membiarkan Arven larut dengan lamunannya.

Tiba tiba pada saat arven mengalihkan matanya pada buku yang sedang di pegangnya, seseorang berteriak mengejutkannya.

"Halo Arven!" ucal Deo. Arven hanya tersenyum kaku.

"Yang Mulia!" ucap Nicholas. Arven menatap Nicholas dengan pandangan bertanya.

"Begini. 1 minggu lagi. Dan anda harus sudah memilih pendamping anda." jelasnya. Arven menghela nafas. Dia sangat lelah, pikirannya menjadi bercabang cabang.

"Hmm, dari pada membuat Putri Arven bingung, lebih baik kita membuat sebuah permainan!" usul Xeyno. Arven memijit keningnya.

'Itu malah hanya akan membuat ku semakin repot!' batin Arven.

"Permainan?!" tanya Savier tertarik. Yang lainnya juga ikut tertarik mendengar usul Xeyno.

"Yap, permainan memperebutkan Putri Arven. Kalau dia menang dia akan menjadi pendamping Arven!" ucap Xeyno. Yang lain mengangguk mengerti.

Arven cengo. Bagaimana bisa mereka memutuskannya tanpa pendapatku. Hey, ini bukanlah permainan biasa, ini permainan untuk masa depan Arven.

"Yang Mulia, kami menunggu keputusanmu!" ucap Christian. Yang lain menatap Arven dengan pandangan memohon.

Arven ragu dan bimbang. Pandangan para pemuda di depannya ini membuat Arven tidak tega menolak. Di sisi lain, dia tidak mau hal ini menjadi masalah ke depannya.

"Hmn, bagaimana yah?!" ucap Arven. Semuanya melayangkan pandangan berharap.

"Baiklah. Karena aku juga tidak tau mau memilih siapa yang akan menjadi pendampingku. Siapapun yang akan menang nanti, aku akan menerimanya. Walaupun banyak resiko untuk ke depannya!" putus Arven. Lagi pula, ini tidak terlalu merugikannya.

Semuanya langsung tersenyum senang. Dengan begini, mereka tidak perlu lagi berharap, karena mereka akan berjuang dengan sendiri.

Arven duduk di tempat yang sudah di siapkan oleh Markus.

"Mereka melakukan hal yang konyol bukan!" ucap Markus. Baru kali ini dia berbicara informal pada Arven. Arven tersenyum.

"Setidaknya mereka berjuang dengan usaha sendiri. Bukan menunggu pada keputusanku!" balas Arven. Markus menatap Arven dengan senyum.

"Lama tidak berjumpa Arvenna. Sudah lama aku ingin mengatakannya. Maaf kalo aku mengatakannya sekarang. Padahal aku harusnya mengatakannya 1 bulan yang lalu!" ucap Markus. Arven tersenyum. Inilah yang di tunggunya. Markus tidak lagi terlalu sopan padanya.

"Bagiku, kata kata itu tidak pernah terlambat!" ucap Arven.

"Siapa yang akan menang menurutmu?!" tanya Markus.

"Entahlah, siapa yang akan tau!" jawab Arven. Mereka menatap kerumunan itu dengan santai.

"Baiklah permainan yang pertama, yaitu melewati taman labirin istana dalam waktu 20 menit dan mereka harus mengambil sebuah bendera dari pusat labirin sebagai bukti. Lewat dari waktu yang di tentukan, di nyatakan gagal!" ucap Deo sebagai protokol. Dia tidak tertarik dengan permainan ini.

Veryclon Academy (✓)Where stories live. Discover now