01 - Si Pemalas ✨

5.4K 644 47
                                    

4 Bulan Sebelumnya.

Nayla terpaksa berjalan kaki menuju sekolah yang cukup jauh karena tak ada lagi alasan untuk absen.

Nayla sudah alpa seminggu, beralasan sakit selama tiga hari, dan izin lima hari. Totalnya sudah tiga belas hari ia tidak masuk sekolah. Memang tidak berturut-turut, tapi tetap saja orang tuanya mendapat panggilan dari sekolah dan itu adalah bencana.

Sebelas hari lagi ia absen, maka keterangan tidak naik kelas akan tertera di rapot.

Merasa lelah dan pegal, Nayla duduk dulu di bangku panjang ujung jalan untuk mengambil minumnya di dalam tas. Sambil minum, ia membayangkan kehidupan aneh yang ia jalani saat ini semenjak ayahnya menikah lagi.

Ibu tiri, oh ibu tiri. Semua yang Nayla lakukan selalu serba salah di mata beliau. Hidupnya makin berantakan dan tak memiliki pembelaan saat nenek dan kakeknya tutup usia.

Nayla pun lanjut berjalan lagi dan dalam waktu lima menit, ia sampai di sekolahnya, SMA Nusantara Jaya.

Ya, sekolah favorit ketiga yang merupakan pelarian para siswa bila tidak diterima di SMA Bunga Nusantara dan SMA Harapan Bangsa.

"Hai mai skul, if you udah diperjuangin, don mek mi dissapoin plis!" gumam Nayla menggunakan bahasa Inggris yang pengucapannya cukup kasar sebelum melangkah masuk. Artinya, "Hai sekolahku, kalau kamu udah diperjuangin, mohon jangan buat aku kecewa."

Ia berencana ke kelasnya melewati koridor lantai pertama, gedung pertama atau gedung A. Tak lagi melewati bagian belakang.

Sayangnya di koridor itu sekelompok laki-laki sudah duduk di bangku depan kelas dengan perbincangan terlalu seru. Gang Apollo adalah nama geng mereka, geng yang harus Nayla hindari.

Geng yang terdiri dari siswa laki-laki kelas XI IPA 4 dan XI IPS 3.

Mereka adalah pencari, penambah masalah, dan beban. Sehingga beban hidup akan makin berat!

Kenapa geng itu dinamai Gang? Karena kelas mereka tepat di pertemuan gedung A dan B, tidak berhadapan tetapi berdekatan, dan hanya ada koridor kecil sebagai pemisah.

Kalau mereka sudah berkumpul di sana, maka semakin sempitlah kesempatan untuk lewat. Terasa melewati gang penuh api karena sangat panas dan pengap. Ditambah dengan lagu koplo yang selalu mereka nyanyikan itu akan membuat adik kelas mana pun geram dan berbalik.

Lebih aman melewati daerah belakang gedung walaupun jauh, itu prinsip semua orang. Jadi, Nayla terpaksa memutar balik langkahnya.

Namun, sebelum berbalik ada yang menyebut namanya, "EH ITU NAYLA!" Seseorang di antara mereka selalu ada yang berteriak di kala melihat Nayla. Sejauh apa pun gadis itu, pasti ia terlihat.

Parahnya, ia menunjuk Nayla terang-terangan sambil berjinjit dan menyengir lebar.

Nayla langsung memasang raut kesal dan berbalik untuk melewati rute lain ke kelasnya. Seharusnya ia tidak menaruh minat untuk lewat di sana, karena itu adalah sebuah bencana.

"Eh lutung kasarung!" Laki-laki yang Nayla kenal sejak baru pertama kali menginjakkan kaki di sekolah ini memanggilnya. "Oh salah, typo mulut, eh kunticungkring!"

Serempak seluruh siswa di koridor tersebut tertawa. "Ahaha, nengok sini dong!"

"Nang ning, ning nang eu!" Semuanya pun lagi-lagi serempak menyebutkan kalimat sama dengan nada.

Salah seorang dari mereka sibuk menepuk kursi sebagai pengiring mereka, menganggapnya seperti gendang. Ada juga yang mulai menari mengikuti gerakan tari Jaipong, walaupun wiraganya tak meyakinkan.

Heiyo Nayl! Where stories live. Discover now