40 - Jangan Menangis ✨

1.3K 268 6
                                    

Sarah membuka pintu kamar dengan cepat dan berlari menuju pintu utama rumah ketika mendengar bunyi mobil yang baru saja sampai. Ia menepuk tangan begitu melihat Nayla yang selamat saja, alias tidak dengan wajah stres sehabis diganggu Raffael.

"Gimana promnya?" tanyanya menghampiri Nayla.

"Biasa aja, asli," jawab Nayla mengikuti tuntunan langkah Sarah untuk masuk. "Cuman yah, ada Kak Baza ternyata. Ganteng parah."

Sarah terkekeh. "Wus, lo sempat poto kagak?"

"Ya kagak dong. Terlalu cakep mana sempat." Nayla berjalan masuk ke dalam kamarnya untuk segera mengganti pakaian. "Gue ganti dulu ya Rah," katanya sambil menutup pintu.

Raffael kini masuk ke dalam rumah. "WUSSS Rah!"

"APA?" Sarah sudah memiliki pikiran negatif terhadap kakaknya itu. "Lo mau bahas apa lagi?"

"Tadi seru loh, banyak temen SMP. Lo kenapa nggak mau ikut?" Raffael mendekat. "Padahal, 'kan, lo di tahun 2016 jadi adek kelas gue." Ia merangkul Sarah. "Ada banyak cowok ganteng loh. Lo di rumah ngapain aja?"

Nayla yang hendak mengganti gaunnya di dalam kamar itu terdiam seketika. Hasrat untuk mendengarkan pembicaraan Raffael dengan Sarah semakin besar. Ia pun beringsut mundur dan berdiri di depan pintu untuk mendengarkan.

"Gue nonton Youtube, sih. Udah," jawab Sarah seadaanya.

"Nggak obrak-abrik barang-barang gue, 'kan?" Raffael kini berjalan ke kemarnya dan bersiap untuk memeriksa. "Kali ini, kamar gue nggak gue kunci."

"Lo ngomong kayak begitu seolah niat banget jebak gua." Sarah mendengus. "Gue udah nggak lagi ye bongkar-bongkar privasi lo."

Nayla yang terdiam di balik pintu itu akhirnya melihat ke sekeliling ruangan kamarnya. Masih rapi dan semua barang masih pada tempatnya. Namun, entah mengapa, kini kakinya sudah melangkah ke meja belajar untuk meraih paper bag yang ia jadikan sebagai tempat make up.

Susunannya berubah. Ia sangat ingat susunan make up-nya setelah berbenah-benah hendak pergi bersama Raffael tadi.

Nayla tersenyum singkat. Sepertinya Sarah sempat membuka make up-nya. Ia hanya menggelengkan kepalanya begitu mengingat adanya make up ini juga karena Sarah. Mungkin, gadis tadi itu mencobanya. Nayla memaklumi saja. Jikalau Sarah ingin meminta make up atau memakainya, semua tidak masalah.

* * * * *

Bunyi hasil tebasan sesuatu di udara terdengar hingga ke kamar Nayla.

Gadis yang kali ini overthinking dan tidak bisa tidur itu akhirnya merasa terganggu. Ia perlahan beranjak dari tempat tidur dan melangkah dengan pelan keluar kamarnya sendiri.

Satu-satunya objek yang mengunci pandangannya di detik itu juga adalah pintu kamar Raffael yang terbuka.

Bunyi tebasan di udara itu semakin nyaring dan sangat menganggu, berhasil membuat Nayla mau tidak mau mendekat ke kamar laki-laki yang memang selalu membuat masalah itu.

Begitu sampai, Nayla bersembunyi di balik dinding untuk mengintip apa yang dilakukan Raffael.

Bruk!

Tak!

Nayla sedikit terkejut melihat Raffael yang langsung membanting dirinya sendiri ke lantai dan membuang ke sembarang arah raket bulutangkisnya.

Laki-laki yang tengah mengenakan kaus oblong penuh peluh itu mengatur napasnya yang memburu. Kepalanya mendongak, menatap langit-langit kamar. Ringisan frustrasi sesekali terdengar dari bibirnya. Ia pun mengusap wajah, merapikan rambutnya ke belakang, dan menghela napas berat.

Heiyo Nayl! Onde histórias criam vida. Descubra agora