45 - Ulasan Singkat ✨

1.1K 250 8
                                    

Rangga meletakkan segepok uang di atas meja ruang tamu Agung. "Saya udah nggak bisa ngelakuin yang mas minta."

Agung menaikkan sebelah alis. Ia memasang wajah heran, menatap remaja di depannya. "Kenapa?" tanyanya meremehkan.

"Saya memang nggak bisa dan saya nggak mau terlibat ini lebih jauh lagi. Jadi saya kembalikan semua uangnya biar semua selesai," ujar Rangga yakin dengan tatapan tajamnya, "anggap aja semua itu nggak pernah kejadian."

Agung terkekeh.

Rangga berdecak melihat pria yang sangat merendahkannya ini. Jikalau ia tidak mengingat posisi diri, mungkin Rangga sudah menerjangnya. "Intinya saya sudah kembaliin uang mas termasuk uang yang saya pakai berobat, beli kacamata, sekaligus HP saya, dan saya sudah sampaikan maksud tujuan saya. Saya pamit." Ia kemudian berdiri dan berjalan menuju pintu rumah.

"Ambil aja uangnya," titah Agung tepat selangkah lagi Rangga keluar rumah.

Rangga yang berhenti melangkah pun menoleh dan menggeleng. "Nggak usah. Saya bisa cari uang sendiri tanpa perlu ngejauhin Nayla untuk dapat uang. Saya ikhlas dan saya ngerti perasaan mas."

"Oh jadi kamu ngajak saya battle untuk dapetin Nayla?" Sekali lagi, pertanyaan Agung membuat Rangga berhenti melangkah. "Kalau saya bilang ... Nayla sebentar lagi bakal menikah sama saya, apa tanggapanmu?"

Rangga berbalik. "Itu bohong. Saya tau Mas Agung sudah ditolak Nayla."

Agung menghela napas. "Haha, bener. Tau dari mana? Nayla sendiri yang cerita? Kamu udah langgar janji nih sebenernya?"

"Nggak. Saya nggak pernah deketin Nayla sejak malam tu sampai sekarang. Lagian juga, kalau dia sudah terima, dia nggak mungkin masih mas biarkan nginap di rumah Sarah. Sekarang saya tanya, kalau mas nggak bisa bujuk Nayla pulang, kenapa mas nggak ngasih tahu ke orang tuanya posisi Nayla?" Rangga mengeraskan rahangnya. "Karena mas kesal ditolak, 'kan?"

Agung menganggukkan kepala dan tersenyum miring. "Iyalah. Keluarganya juga sudah saya bantu. Di sisi lain, saya juga nggak mau Pak Wartoni langsung bawa Nayla pulang ke rumah dengan cara kasar. Jadi, saya kasih beliau jeda untuk dapat tahu posisi Nayla di mana. Eh, keduluan sama ... siapa adek temanmu itu?"

Rangga menautkan alis. "Sa-Sarah?"

"Ya bener," balas Agung menjentikkan jari.

"Nayla sudah pulang jadinya?" tanya Rangga sekali lagi. "Kalau begitu saya pamit. Saya mau ke sekolah sekarang. Maafin saya mas sebelumnya."

"Yoi. Saya juga minta maaf," ujar Agung sebelum Rangga berbalik.

"Serius juga ya kamu jadi anak." Agung menyandarkan tubuhnya pada sofa, menatap kepergian Rangga. "Kirain cuma mau main-main doang." Ia pun mengambil segepok uang yang dikembalikan Rangga. Ada sekitar enam juta ia habiskan untuk menghabisi Rangga malam itu demi seorang gadis.

Bukankah itu tindakan bodoh? Agung mengakuinya.

* * * * *

Nayla terbangun dari tidur kelamnya. Matanya terasa sembab dan bengkak. Kepalanya juga terasa sakit akibat menangis semalaman. Ia merasa tidak enak badan. Perlahan, ia membangunkan diri untuk bercermin.

Nayla melihat bayangan dirinya. Lesu, lemah, dan pucat. Badannya juga terasa hangat. Sepertinya, ia tidak akan bisa mengikuti pelajaran hari ini karena keadaan tubuhnya tidak baik. Ia pun melangkahkan kaki ke pintu kamar sampai akhirnya sebuah gedoran pintu yang cukup kencang terdengar disusul suara Wartoni yang menggema ke seluruh ruangan.

Nayla membuka pintu dan menatap ayahnya yang semakin hari seakan tidak bisa mengerti keadaannya itu.

"Cepat siap-siap. Hari ini bapak yang antar kamu ke sekolah."

Heiyo Nayl! Where stories live. Discover now