14 - Rumah Sarah ✨

1.8K 368 11
                                    

Nayla memakai celana jeans, hoodie, dan sandal swallow berwarna hitam. Malam ini, ia memakai serba hitam. Ditambah dengan rambut yang dimasukkan ke dalam dan ditutup dengan tudung hoodie, ia akhirnya bisa melewati perjalanan mengerikan.

Ia dapat dengan mudah menemukan rumah Sarah yang tak jauh dari sekolah. Nayla beringsut masuk ke pekarangan rumah tersebut dengan memanjat pagar rumah dengan mudah.

Ya, manjat adalah salah satu kelebihan Nayla.

Ada beberapa trik yang Nayla lakukan saat dalam perjalanan ke tempat ini. Salah satunya adalah berpakaian serba hitam agar tidak kelihatan selama perjalanan, kebetulan kulit gelapnya mendukung. Ia juga memasukkan rambutnya ke hoodie dan berjalan menyerupai laki-laki. Tas ransel tetap dipunggung, sedangkan tas jinjing ia jadikan senjata apabila ada yang macam-macam dengannya.

Namun, kenyataannya semua aman terkendali di luar ekspetasi. Orang-orang tidak ada yang peduli.

Karena Nayla jelek, begitu katanya dalam hati.

Tok, tok, tok!

"Sarah!" Nayla membuka tudung hoodie-nya.

Sarah yang sedang menunggu Nayla di ruang keluarga langsung melompat kegirangan ketika mendengar suaranya. "Sebentar!"

Ia berlari, membuka pintu, dan menemukan Nayla. "Hore, lo dateng!" serunya heboh, "Kebetulan gue butuh banget temen cerita!"

Nayla terkikik menanggapi.

Sarah menatapi Nayla dari atas hingga ke bawah. "Wait ...."

Nayla menaikkan sebelah alisnya.

"Lo minggat? OMG!" Sarah membantu Nayla membawa tas jinjing ke dalam ruang tamu. "Lo lagi ada masalah sama keluarga ya? Nay, lo utang cerita sama gue!"

Sebelum menutup pintu, Sarah memperhatikan pagar rumahnya yang masih tertutup. Seketika, ia pun heran. "Eh Nay!"

Nayla yang sedang bersantai di sofa empuk Sarah hanya menaikkan sebelah alisnya lagi.

"Pagar rumah gue terkunci, loh. Dan itu jarang banget bisa dipanjat orang. Gue udah mulai berekpetasi lo habis manjat tapi gue juga nggak mau berpikir terlalu ngeri, sih, jadi gue berusaha mikir kalau lo sebenernya punya cara lain, kan?"

Nayla mendongak, menatap Sarah. "Hah? Lo ngomong apaan?"

Sarah berdecak. "Lo manjat pagar rumah gue?" tanyanya langsung ke inti.

Nayla mengangguk.

"Lo beringas banget, dah, Nay."

"Iya dong," jawab Nayla asal, masih mengatur napas.

"Malam ini, lo tidur di kamar tamu. Oke?" Sarah menggiring Nayla masuk ke kamar tepat di samping ruang tamu. "Jadi, ini sementara jadi kamar lo."

Nayla tersenyum manis. "Makasih Sarah, makin sayang, deh."

"Tapi lo entar ajarin gue ya Nay, ajarin gue materi-materi yang lo bisa." Sarah menunjuk Nayla. "Oh ya, satu lagi, pembantu rumah gue libur ...."

Seketika Nayla tahu tujuan Sarah memberitahukan hal tersebut. Sebagai tamu yang menginap gratis, Nayla pasti tahu diri. "Iya-iya entar gue beresin, kamar lo sekalian."

Sarah pun kembali heboh hingga memeluk Nayla. "Kalau begini, mah, gue ditinggalin ortu sebulan bakal mau aja asal ada lo. Nah, sekarang lo bisa tidur."

Ketika Sarah keluar, Nayla mengikutinya juga dan menerawang ke sekeliling rumah satu lantai yang sangat luas itu. Ada lima kamar. Kamar utama, kamar Sarah, kamar yang Nayla tempati, dan dua kamar lain yang tidak diketahuinya.

Heiyo Nayl! Where stories live. Discover now