21 - Penuh Perdebatan ✨

1.6K 321 5
                                    

Keributan telah berakhir setelah Gang Apollo memutuskan pulang ke rumah masing-masing termasuk Rangga.

Sebelum pergi Rangga menitipkan sebuah pesan kepada Raffael agar jangan memerlakukan Nayla seperti babu di rumahnya. Sebab, Nayla hanyalah perempuan yang melarikan diri dan memerlukan dukungan.

Masih mending Nayla menjadikan rumah Raffael yang terbilang bagus sebagai pelarian. Bagaimana jika rumah orang lain dan yang lebih mengerikan terjadi?

Nayla keluar dari kamar Sarah begitu bunyi motor perlahan menghilang dari rumah Raffael. Kini, ia melanjutkan bagian membersihkan rumah yang sempat tertinggal dan yang dihambur lagi oleh Gang Apollo.

Raffael kini berdiri di teras dan melamunkan sesuatu yang tidak jelas. Nayla hanya mengendikkan bahu lalu kembali mencari sapu.

"Rap, sapu di mana?" tanya Nayla.

Raffael bergeming, sesekali matanya melirik ke arah Nayla yang sibuk membersihkan ruang tamu.

"Ah iya, tadi dibawa Rangga. Di dapur kayaknya," jawab Nayla pada diri sendiri. Gadis itu bolak-balik ke sekeliling ruangan, ke halaman belakang, dan ke dapur tanpa disuruh.

Sebenarnya perkataan Rangga yang menjadikan Nayla babu juga tidak sepenuhnya benar. Bagi Raffael, Nayla memang gadis rajin yang lebih suka bergerak. Tanpa diperintah pun Nayla selalu memiliki inisiatif dan tahu diri.

Raffael mengamatinya dengan baik kali ini. Tentunya masih di tempat serupa, dengan pandangan yang sama. Seolah ia adalah bos besar yang memerhatikan pekerjanya. Nayla sempat merasa canggung dikala Raffael mulai menatapnya dengan tatapan tak biasa.

Wajar saja, jarang sekali Raffael menatap dengan serius. Nayla akhirnya melontarkan tatapan yang sama untuk mencegah ekspetasi terburuknya terjadi. Sejujurnya, Raffael lebih baik bercanda terus daripada serius.

"Apa lo?!" bentak Nayla.

Raffael refleks mengendikkan bahu dan mengerutkan wajah. "Muehehe, jiwa ngebabu lo kayak udah melekat gitu Nayl. Suka gue jadinya, nggak perlu disuruh," jawabnya dengan nada bercanda.

Nayla menatap sapu di tangannya dan wajah Raffael bergantian. Sepertinya sangat cocok jika sapu itu dihentakkan ke kepala Raffael yang membuat siapapun kesal.

Bagaimana pun sepertinya Raffael tak cocok jadi orang serius atau bercanda. Serius terlalu serius, bercanda suka terlalu kelewatan.

Raffael langsung berlari masuk ke kamarnya takut mendapat pukulan dari Nayla yang baru saja melakukan gerakan intro untuk menyerang.

* * * * *

Nayla kini memerhatikan cermin yang terdapat di lemari. Ia berdiri tepat di depannya dengan wajah tanpa ekspresi. Ia penasaran bagaimana dirinya dalam pandangan orang.

Ia melihat wajahnya dan sesekali merubah ekpresi. Nayla sempat menyegir, memeletkan lidah, tersenyum semringah hingga mata menyipit, menyubit pipi, mengerucutkan bibir, hingga akhirnya jijik sendiri.

Ia mundur dua langkah dari cermin lalu tertawa setelah menyadari dengan apa yang dilakukannya barusan. Nayla langsung pesimis dengan penampilannya, tanpa sadar ia menghela napas kasar.

Tiba-tiba lampu padam disusul dengan teriakan Sarah yang menggema ke seluruh ruangan keluarga. Nayla tergesa keluar dari kamarnya dan menemukan Sarah sedang menutup wajah dengan kedua tangan, terduduk di sofa, dan ponselnya yang menyala kini tergeletak di lantai begitu saja.

Nayla meraihnya, menyalakan lampu senter pada ponsel, lalu menyorotnya ke arah Sarah. "Lo takut gelap Rah?"

Sarah yang baru membuka kedua tangan itu langsung berlari memeluk dan bersembunyi di belakang Nayla seperti perisai. "Ho'oh."

Heiyo Nayl! Where stories live. Discover now