25 - Janji Terlekat ✨

1.4K 284 5
                                    

Agung datang dengan ekspresi tercengangnya menemukan Nayla.

"Nayla." Agung menghentikan motornya dan berjalan menghampiri gadis dengan pakaian serba hitam itu.

Sang pemilik nama melangkah mundur secara perlahan. Tidak bisa melakukan gerakan tiba-tiba karena dari postur tubuh yang kekar, Agung dapat meraih tangannya dan menariknya hingga tak berkutik. Nayla meneguk saliva, kasar.

"Jangan takut, oke? Jangan lari lagi." Agung mendekat.

Nayla memeluk dirinya sendiri, seolah memang tidak ingin disentuh dan berharap pria di depannya menyerah atau setidaknya membiarkan dirinya lolos untuk kali ini.

"Nayl?" panggil Agung halus.

Nayla berbalik dan mengatur napasnya. Jantungnya juga benar-benar tidak dapat diajak kompromi saat ini. Tubuhnya saja sudah menggigil seperti melihat mahluk halus. Nayla benar-benar takut.

"Na--"

Nayla berlari selaju mungkin ketika Agung nyaris memanggil namanya. Ia berlari tanpa tujuan, intinya berlari saja, tidak tahu ke mana arahnya. Ia berharap Agung tidak mengejarnya.

Langkahnya yang amat cepat itu kini sampai ke sebuah tempat sepi. Di sekitarnya tanah kosong, ada beberapa rumah yang letaknya jarang, berjarak sekian meter.

Dengan napas memburu, Nayla membungkuk karena tak kuat berlari. Ia mengatur napasnya. Kepalanya terus menoleh ke kanan dan kiri, waspada jika Agung muncul tiba-tiba. Yang benar saja, Nayla merasa seperti sudah menjadi narapidana atau merasa nyawanya terancam dan hendak dibunuh oleh seseorang.

Nyatanya ini hanyalah Agung.

Hanya Agung!

Apa yang perlu ditakutkan?

Tidak. Biarpun ini Agung, tetap saja berbahaya. Nayla tidak ingin masa depannya berakhir sesingkat ini. Ia belum sempat merasakan yang namanya bebas, dihargai banyak orang, dan memiliki banyak uang dengan hasil jerih payahnya sendiri, alias menjadi orang sukses.

Bunyi mesin motor terdengar, membuat Nayla semakin kalut. Ia melanjutkan larinya, semakin jauh masuk ke daerah sepi tersebut. Ia belum mau tertangkap malam ini. Jangan. Jangan sampai.

Sebuah sinar terlihat dari kejauhan, memberikan cahaya untuk Nayla berlari. Agung berada tepat di belakangnya. Jantung Nayla sudah ingin copot rasanya. Kakinya pun merasakan hal yang sama.

Tubuhnya benar-benar lelah setelah berlari sejauh ini. Sekitar dua kilometer sudah ia tempuh untuk menghindar namun Agung tetap dapat menemukannya.

Nayla harap sebuah pertolongan datang. Rangga datang di saat yang tepat, atau setidaknya satu orang, terserah siapa, bahkan jika itu Raffael yang memberikan pertolongan, maka Nayla akan tetap menerimanya dengan rasa syukur yang besar.

Tanpa sadar air matanya sudah turun. Bingung harus melakukan apa.

"NAYLA!"

Nayla berbelok ke gang sepi dan bersembunyi di balik tiang listrik, motor Agung pun melewatinya begitu saja. Gadis itu keluar dari persembunyiannya setelah semenit, kembali berlari ke daerah sepi tadi sebelum Agung lebih dulu menemukannya.

Ia pikir dirinya telah bebas.

"NAYLA!"

Demi Tuhan, Agung sudah lebih dulu menunggunya di sana. Mungkin ada gang lain yang mengantarkan Agung balik ke tempat sebelumnya. Maaf saja, Nayla benar-benar buta pengetahuan dengan dearah ini. Berbanding terbalik dengan Agung yang nyatanya sudah hafal mati seluruh bagian kota.

Nayla berbalik, hendak belari lagi ke gang tadi. Emosinya sudah tak tertahankan, ia nyaris menangis sambil berlari. Namun lawannya kali ini juga tak mau kalah. Bahkan, tiba-tiba saja motor Agung sudah berjalan tepat di samping Nayla.

Heiyo Nayl! Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin