17 - Kebijakan Semata ✨

1.8K 346 9
                                    

Bel pulang sekolah berdering membuat semuanya bergegas mengemasi peralatan dan berdoa. Ketika guru pergi, murid-murid pun berhambur keluar kelas menuju parkiran.

Tetapi tidak untuk Gang Apollo di kelas sebelas IPA Empat. Mereka selalu menjadi yang terakhir ketika pulang sekolah. Lima belas laki-laki itu selalu duduk di dalam kelas selama lima menit, lalu beranjak untuk duduk di depan kelas sembari menunggu enam belas laki-laki kelas sebelah, sebelas IPS Tiga.

"Heh yo! Morzapollo! Tormapollo!" teriak Geraz begitu keluar dari kelas IPS Tiga.

"Heh yo, Dorvapollo!" balas Raffael sambil menepuk bahu Geraz, lalu lanjut menyapa Fardio, "Sortapollo!"

Satu-dua siswa yang lewat mendengarkan itu dan mereka hanya dapat menggaruk kepala. Morzapollo, Dorvapollo, Sortapollo, dan Tormapollo apa maksudnya?

Rangga yang lelah melihat sapaan ini setiap hari hanya menghela napas kasar. Begitu duduk di bangku depan kelas, Dhika yang berasal dari kelas IPA Empat, langsung menghampirinya untuk membahas sesuatu.

"Ngga, Ngga, parah sih gue denger ada berita untuk pentas lo," ujar Dhika begitu duduk namun tidak diindahkan oleh Gang Apollo yang lain.

Sebenarnya Gang Apollo terbagi menjadi empat kelompok yaitu: Morzapollo, Dorvapollo, Sortapollo, dan Tormapollo. Sengaja dikelompokkan berdasarkan teman-teman seperkumpulan agar kalau ingin ke kantin atau ke manapun tidak selalu bersama-sama--bertiga puluh satu orang--karena akan dikira seperti anak brutal yang mau tawuran atau dikenal dengan istilah daerah, berserangan.

Morzapollo adalah nama untuk kelompok Raffael dan teman-teman, berjumlah delapan orang ditambah Dhika yang merupakan anak baru. Sortapollo dan Tormapollo berjumlah delapan orang pas. Sedangkan Dorvapollo hanya enam orang.

Semua anggota Gang Apollo hanya akan berkumpul ketika baru datang ke sekolah, sepulang sekolah, dan kalau ada event sekolah saja. Sedangkan ketika istirahat atau ke kantin, kadang mereka berpisah.

Berkumpulnya mereka di depan kelas selalu membuat keributan dan kepengapan sehingga disebut 'Gang' bukan 'Geng'. Kalau mau menyebut geng tetap harus ada 'Gang'-nya, menjadi Geng Gang Apollo. Disarankan, lebih baik disebut sebagai Gang Apollo. Jangan pernah sebut Geng Apollo, mereka akan marah karena panggilan itu terlalu biasa.

"Guys ada cecan di arah jam sebelas," tegur Arga pada yang lain.

"Siap ya siap." Raffael memimpin. "Satu, dua...."

"CEWEK!" Serempak Gang Apollo memanggil perempuan cantik yang baru lewat dan ia menoleh. "EAAAK!" Sudah menjadi tradisi, Gang Apollo memang hobi memanggil orang-orang yang berani lewat di depan kelas mereka dengan nada menggoda.

"Guys ada Nayla dari tangga noh!" teriak Dito dari Tormapollo, membuat Raffael menoleh dengan semangat.

"Semuanya teriak apa?!"

"HEIYO NAYL!"

Nayla menoleh ke mereka semua dan menghela napas kasar. Ia berbalik, memilih rute perjalanan melewati halaman belakang gedung A daripada melewati gang mereka yang sudah pasti akan membuatnya berhenti dan diajak bercanda lagi. Untungnya, Sarah tetap setia berada di sebelahnya.

Dua puluh menit berlalu Raffael yang mengingat keseruan akan terjadi di rumahnya akhirnya berpamitan duluan ke seluruh teman-temannya dengan alasan ingin mengantar adiknya ke suatu tempat. Semunya pun mengiyakan saja karena sudah mengetahui bahwa Raffael adalah supir kedua untuk Sarah.

Namun, ada satu orang yang tidak mengiyakan dan merasa heran dengan Raffael.

Rangga Morzapollo.

* * * * *

Heiyo Nayl! Where stories live. Discover now