54 - Pendengar TerBAIK ✨

1K 239 24
                                    

"Jadi intinya gimana ya? Aduh ribet kalau udah dapetin temen yang muka dua." Akhirnya Tika mengakhiri cerita yang amat panjang. "Oh ya, gue udah nelepon Tio sama Kinar. Mereka otw ke sini deh kayaknya."

Nayla menganggukkan kepala saja, tampak semakin sungkan untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya barusan.

"Oh ya, gue belom denger cerita lo pas pertama kali masuk ke Smantaraya. Gimana, lo dapat temen nggak di sana?" tanya Tika seraya menelungkupkan tubuh di sofa ruang tamu. "Gue pengin tau deh anak-anak di sana sikapnya kayak gimana."

Naylal pura-pura tertawa. "Lumayan gimana gitu deh," katanya sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

Tika kini mendekat ke arah Nayla. "Gimana? Ceritain dong."

Nayla menghela napas. "Hmm, agak bingung mulai dari mana."

"Oh ya btw, cowok-cowok di sana cakep-cakep nggak? Yah, lo tau lah ya sekolah gua kayak gimana. Selalunya, pasti kakak-kakak dari multimedia aja. Mentok-mentok yang paling cakep nggak ada obat ya Kak Baza."

"Ada. Lumayan, tapi ada banyak cerita yang harus lo tau nih." Nayla mulai memposisikan duduknya dengan nyaman. "Sekolah itu memang penuh sama cogan. Lumayan lah daripada kakak kelas kita dulu. Cuman, anak-anak sana kalau ada yang enggak sesuai standar—"

"NAYLA!" Seseorang menerobos masuk ke dalam rumah Tika begitu saja.

Seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan warna kulit yang putih kini berlari dan menghempas dirinya ke sofa sebelah Nayla. "Lama tak jumpa," ujarnya dengan nada melayu, "ape kabar ye? Lama sangat dah aku tak jumpe kau."

"Yah, kayak yang lo liat Yo." Nayla menaikturunkan alisnya.

"Kenapa logat melayu lu tiba-tiba keluar Yo? Rada geli gua dengernya," tegur Kinar yang kini duduk di atas meja ruang tamu Tika.

"Rusak lagi meja rumah ini, gue gasak lo Kin!" ancam Tika yang kini duduk bersila di atas sofa dan menarik bantalnya sebagai pelukan.

"Bodoamat," kata Kinar sebagai respons. Ia beralih menatap Nayla. "Woi Nayl! Kenapa lo kayak pendiam gitu? Aneh, nggak cocok. Lo habis diapain sama anak-anak Smantaraya sampai duduk aja kudu rapi begitu?" Kini Kinar memeluk lututnya dan tetap duduk di atas meja. Ampun.

"Kau ... makin cantek lah Nayl. Gimana, sudah ada tak lelaki yang suke kau?" tambah Tio, masih menggunakan bahasa melayunya.

Tika yang mendengar itu berdecak. "Elah, gay diam."

"HEH!" Tio menghela napas kasar. "Gue normal!" tegasnya disusul sebuah umpatan yang dibalas umpatan.

"Kalau normal, jangan letoi dong jadi cowok. Mainnya sama cowok juga, jangan sama cewek terus!" bantah Tika.

"ISH parah! Jadi selama ini gue bukan sahabat kalian, gitu? PARAH!"

"Dih najis, baperan."

Kalau sudah begini, sepertinya Nayla tidak akan cerita. Temannya terlalu sibuk berdebat.

"Nayl, ceritain dong pas PLS lo di Smantaraya gimana!" pinta Kinar bersemangat. "Kira-kira ada masa indah kayak gimana yang lo alamin selama di SMA? Kakak kelas cogan banyak nggak? Terus, lo sempat ada hubungan apa gitu nggak sama salah satu dari OSIS gitu, aheu-aheu."

"Untuk masa aneh PLS ada, tapi masa-masa cinta sama kakak kelas ya nggak ada," jawab Nayla. "Lo semua mau dengar cerita gue nggak?"

"MAU!" teriak Tika yang kini maju ke hadapan Nayla.

"Jadi begini ... hm, mulai dari mana ya?"

"Dahlah, cerita aja!"

* * * *

Heiyo Nayl! Where stories live. Discover now