34 - Kiriman Instagram ✨

1.5K 291 29
                                    

"Nayla bawa yang gue pesan?" tanya Vivi ketika Nayla baru saja menginjakkan kaki di kelas bersama Sarah.

Nayla meletakkan tasnya di sebelah kursi Clara. Masih pagi sudah ada saja yang menanyainya. "Lo pesan liptint, 'kan, kemarin?"

Vivi mengangguk antusias selagi Nayla membuka tasnya.

Seketika seluruh perempuan yang ada di kelas mengerubungi Nayla. "Nay, lo bawa jam tangan couple yang gua pesen, 'kan? Barang lo selalu ready, 'kan?"

"Kaos yang gue pesen lima, lo bawa, 'kan?"

"Switer rajut gue apa kabar Nay?"

Nayla yang mengeluarkan barang jualannya dari sekantung plastik merah terkejut begitu para perempuan di kelasnya mengerubungi. Baru tiga hari Nayla memantapkan diri menjadi reseller untuk online shop Mba Ici, sudah banyak teman-teman yang membeli jualannya.

Perempuan di kelasnya memang tidak tanggung-tanggung jikalau sudah menyangkut dengan gaya. Apalagi murah.

Setelah memberikan barang yang dipesan dan menerima uang. Akhirnya meja kembali sepi dan hanya Clara yang kini memerhatikan bagaimana Nayla menyusun uang.

"Tas selempang gue mana Nay?" tanya Clara.

Nayla tertawa kecil. "Utuk tas selempang lo, mending gue anter ke rumah lo aja deh Clar nanti. Nggak yakin mau bawa tadi."

"Oke, nanti ya."

"Iya," balas Nayla. "Parah, sih, kalian maksa gue bawa barang ini ke sekolah. Ketahuan OSIS bisa tekor gue," sambungnya mengeluh.

Riko tiba-tiba datang mengebrak meja Nayla.

"RIKO IH!" pekik Clara yang terkejut.

Nayla menatap Riko dengan tatapan memohon. "Jangan gitulah Rik. Gue tau lo OSIS. Tapi, yah, balik ke statement kalau gue ini orang susah. Jadi tolong dimaklumi dong."

Riko tersenyum menanggapi ucapan Nayla. "Lo nggak ada jualan barang buat cowok gitu? Apa kek. Biar gue nggak ngelapor."

"Coba aja. Sampe lo berani laporin Nayla, gue maju paling depan!" tegur Vivi yang memang selalu memiliki dendam kesumat dengan Riko.

Nayla dan Clara tertawa kecil melihat Riko yang kini berlari ke belakang kelas akibat emosi yang dirasakan Vivi.

Sebenarnya, siswa yang ketahuan berjualan dan membawa barang yang tidak ada kaitannya dengan sekolah bisa mendapat masalah. Namun, namanya saja Nayla, sudah kebal dengan aturan sekolah dan ruang BK. Ia tetap nekat membawa barang jualannya ke sekolah sesuai kemauan dan paksaan teman-teman yang memesan.

Hidupnya cukup memiliki tujuan kali ini.

* * * * *

"Rah, Rah, lo udah pernah baca buku ini belum?" tanya Nayla pada Sarah yang sudah duduk di meja tengah perpustakaan. "Judulnya, 'Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat' karya Mark Manson. Kayaknya kalau dipelajarin ini bakal keren banget." Nayla duduk tepat di sebelah Sarah.

Sarah tersenyum dan mengendikkan bahu. "Aha, gue lebih doyan sama novel. Biasa, doyan ngehalu."

"Gue juga suka novel. Baru-baru ini gue baca novel yang judulnya Lovable Neighbour di rak ujung sana," ujar Nayla sambil menunjuk rak paling ujung. "Ngakak-ngakak ngeringis sih. Gue juga udah baca buku-buku filosofi. Yang paling menarik menurut gue itu buku 'Filosofi Teras'."

Sarah mengernyitkan dahi tidak mengerti. "Haduh, soal itu gue nggak ngerti atuh Nay." Ia berdiri dari kursi.

"Loh, mau ke mana?"

Heiyo Nayl! Onde histórias criam vida. Descubra agora