20 - Opini Sarah ✨

1.7K 308 10
                                    

Djreek!

Djreek!

Djreek!

Ervin melangkah mundur dan mengeluarkan ekspresi linglung. "Eh, ada tamu yang nginep ya?"

Semuanya menahan tawa.

Raffael mengangguk. "Itu kamar tante gue, kampret, parah lo!"

Nayla di dalam kamarnya semakin tidak sabar untuk menendang wajah Raffael sekarang. Di saat tegang begini, bisa-bisanya ia sempat bercanda. Hampir saja Ervin berhasil membuka pintu kalau seadainya Nayla tidak menahannya di balik pintu tadi. Jantungnya masih berdegup kencang.

Rangga pun berpura-pura tertawa untuk mencairkan suasana, membuat yang lain juga ikut tertawa. Ada gunanya ia masuk teater, karena aktingnya berhasil membuat yang lain terpengaruh. "Ayo dah, kita main di halaman belakang aja."

Raffael menganggukkan kepala lagi, keputusan Rangga memang terbaik dan dapat memberikan Nayla kesempatan untuk merapikan ruang tamu yang dihambur atau membuatkan minum Gang Apollo. Dasar Raffael.

Maksud Rangga mengajaknya bermain di luar agar tidak membuat Nayla risih.

Semuanya pun berjalan ke arah pintu belakang dapur, membuat perbincangan mereka semakin ramai. Nayla yang di dalam kamarnya dapat menghela napas lega.

Arvin berhenti tepat di depan pintu kamar Sarah yang tertutup. "Adek lo ada Rapp?"

Raffael yang menjadi pimpinan menuju halaman belakang tidak merespons karena sibuk bercerita dengan salah satu teman dari Tormapollo.

Arga ikut berhenti di samping Arvin. "Coba buka," katanya sambil membuka pintu, menghadirkan Sarah yang sedang memainkan ponsel di atas kasur.

"HEEERRRRGH!" teriakan Sarah yang seperti Cheetah terjepit itu berhasil membuat Arga dan Arvin refleks menutup pintu lagi dan berlari menyusul yang lainnya dengan umpatan dominasi kebun binatang.

Nayla yang masih di kamarnya tertawa mendengar teriakan Sarah yang garang itu. Ia pun bertujuan untuk pindah diam-diam ke sana ketika Gang Apollo sudah sepenuhnya keluar, agar lebih aman.

Ketika keadaan sudah hening, Nayla perlahan membuka pintu kamarnya, mengintip. Merasa aman, Nayla pun mengendap-endap keluar sambil berlari kecil ke kamar Sarah. Ia mengetuknya enam kali membuatnya terdengar seperti ketukan Anna di pintu Elsa pada film Frozen.

"Masuk!" titah Sarah yang membuat Nayla beringsut masuk.

Kevin yang sedang mengambil jus di kulkas dapur bersih terkejut melihat 'hitam-hitam' masuk ke dalam kamar Sarah pelan-pelan. Sawan, ia berlari ke halaman belakang. Ditepuknya pundak Raffael yang sedang sibuk mengatur kamera untuk vlog bersama Gang Apollo.

"Rapp!"

Raffael mengabaikannya, sibuk membicarakan pentas tahunan teater sekolah yang dibatalkan minggu ini sembari memasang kamera.

"RAPP!" Kevin tidak berani menoleh ke dapur lagi.

"Ambil aja semau lo di kulkas tu. Udah gue pilah-pilah kemaren mana yang buat kalian kalau datang, sama mana yang buat gue sama Sarah," ujar Raffael tanpa menoleh.

Rangga pun merespons, "Kenapa Vin?"

Devin, Ervin, Arvin, dan Malvin ikutan menoleh. "Hah?"

"Kevin maksudnya." Rangga tertawa kecil. "Salah manggil, sorry-sorry." Keempat laki-laki yang menoleh tadi itu kembali sibuk memainkan monopoli di ujung halaman bersama Dhika.

"GUE LIHAT HITAM-HITAM TADI MASUK KE KAMAR SARAH!" ujar Kevin penuh ketakutan. Wajar saja, ia punya fobia pada mahluk halus. Pernah sekali ia melihat hantu kakek-kakek tertidur tepat di sebelahnya.

Heiyo Nayl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang