44 - Masa Kelam ✨

1.3K 253 11
                                    

Rangga memarkirkan motor tepat di halaman rumah yang amat asing baginya. Sesekali matanya melirik ke arah bengkel di sebelah. Cukup ramai. Ia pun kembali duduk di motornya dan mencoba mengalihkan pikiran kosong dengan memainkan ponsel.

Mengingat masalah dengan Agung membuat Rangga resah. Sering kali ia terbayang kejadian malam itu. Gelap, rabun, dan luka. Rangga merinding ketika pikiran tak sengaja membawanya ke sana.

Rangga bergidik ngeri. Tetapi, mau tidak mau ia harus membawa pikirannya kembali ke sana sebelum menghadapi Agung kali ini.

* * * * *

"Nayl!" panggil Rangga sebelum Nayla  memasuki toko kue. "Tenang aja, InsyaAllah nanti gue jemput sehabis gue pulang teater jam sepuluh, kayak biasa."

Senyum lebar terukir di bibir Nayla. Gadis itu mengangguk kemudian masuk ke dalam toko dengan semangat.

Rangga yang sedari tadi menahan senyum akhirnya meluapkan semuanya. Ia menggelengkan kepala begitu menyadari aksinya. Ini sudah kedua kalinya ia pergi bersama Nayla. Semuanya berjalan sesuai harapan dan rencana walau sempat terhalangi oleh tingkah aneh Raffael.

Tak sengaja matanya menatap sebuah pohon besar di depan toko tersebut. Rangga buru-buru menaikkan kacamatanya yang sedikit menurun. Seorang pria bertubuh kekar kini terlihat, duduk di atas motor dengan jaket biru malam yang membuatnya nyaris tak terlihat dari jarak Rangga.

Seketika Rangga merasa gugup begitu melihat Agung menyalakan dan menarik gas motornya seolah memberikan kode. Tatapannya tajam dan amat memberikan tanda bahwa Rangga tak akan selamat bila terus di tempat ini. Pelan-pelan, Rangga menyalakan mesin motornya juga dan pergi dari sana secepatnya.

Di tiga puluh detik pertama, Rangga aman. Agung tak mengejarnya. Namun, untuk berjaga-jaga, Rangga mengambil rute jalan lain ke sekolah.

Rangga kini berada di persimpangan jalan. Ia memilih untuk berbelok ke kiri, melalui jalan menuju rumah Dhika. Di depannya kini ada sebuah perempatan, yang dilakukannya hanya melajukan motor hingga menemukan sebuah gang menuju sekolah.

Namun, sorot cahaya muncul tepat di daerah jalan yang akan Rangga lewati. Agung datang dengan kecepatan motor yang tidak stabil. Tatapannya itu tertuju pada Rangga. Siapa yang tidak panik melihat hal itu? Merasa terancam, Rangga memutar balik motornya dan menarik gas selaju mungkin untuk kabur dari pria menyeramkan itu.

Entah Rangga sudah melewati beberapa gang dan jalan raya kali ini, mungkin sudah berputar puluhan kali, tetapi Agung selalu berhasil menemukan dan menghadangnya tepat di depan. Beberapa kali Rangga memutar balik, pria itu selalu menemukannya. Rangga sudah tidak bisa ke sekolah sekarang. Ia dijebak oleh Agung.

Jantungnya berdegup kencang. Sambil menyetir, Rangga membuka ponselnya, ingin mencari bantuan ke siapapun dari Gang Apollo atau mungkin mengakali sesuatu. Tetapi, tiba-tiba saja Agung sudah menarik lengan hoodie Rangga dengan keras hingga oleng dan terjatuh dari motornya tepat di depan sebuah lapangan sepi.

Kacamata Rangga terlepas. Pandangannya kabur seketika.

Agung sengaja memancingnya ke sini.

Buru-buru Rangga bangun ketika pria itu menghampirinya yang terjatuh. Dengan langkah tergopoh-gopoh Rangga menjauh. Namun, Agung tiba-tiba berlari ke arahnya, menarik kerah, dan meninjunya.

Duagh!

Rangga tersungkur dengan mudah.

"LO APAIN OTAK NAYLA?"

Rangga yang tersungkur mendongak. "Apain ... gi-gimana mas?"

Agung menarik paksa Rangga untuk berdiri. "LO UDAH MANIPULASI PIKIRAN NAYLA, 'KAN, untuk kabur dari rumah?" tanyanya cepat dengan nada yang perlahan mengecil di ujung saat melihat pandangan Rangga yang tertuju ke belakangnya. "HEH, DENGAR NGGAK?!" Agung sontak mendorong Rangga hingga terjatuh lalu meninjunya bertubi-tubi. 

Heiyo Nayl! Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu