11 - Rappael Ganteng ✨

2K 366 15
                                    

Rangga berhenti tertawa begitu Nayla menjambaknya, sementara Gang Apollo makin menjadi tawanya. Ia berdiri dan kembali ke kelas tadi untuk mengambil rapot Nayla yang tak sengaja ia tinggal.

Rangga sempat membuka rapot Nayla sebelum keluar dari kelas itu. Ia membaca dan mengamati perubahan Nayla dari semester satu hingga sekarang. Ia senang dengan perubahannya. Perjuangan Nayla membaca buku di perpustakaan tidak sia-sia.

"Nilai lo bagus juga ya," ujar Rangga saat berhadapan dengan Nayla, lalu membaca pesan dan kesan yang ditulis wali kelas Nayla, "pertahankan peringkat ke limamu, ini sudah baik."

Nayla merebutnya secara kasar dan pergi begitu saja.

"Sarah, ayo pulang!" teriak Nayla pada Sarah yang masih sibuk berdebat dengan Raffael.

"Pinjem uang dong!" Raffael memeluk kaki Sarah.

"OGAH!" Sarah menarik kakinya.

Nayla berdecak. "Rumah sakit jiwa terdekat di mana?"

Raffael menatap Nayla dengan ekspresi datar. Berakting seolah mereka tidak saling kenal. "Maaf, anda siapa, ya?"

Itulah kesempatan Sarah untuk menarik kakinya dan kabur bersama Nayla. "Lari!"

Raffael tertawa puas melihat kepergian lucu mereka.

Semua Gang Apollo pun tertawa lagi karena tawa Raffael yang menular.

Ini tidak akan selesai jika mereka terus saling menatap dan saling melempar wajah bercanda.

* * * * *

Nayla melangkah ke teras rumah dengan seperempat tenaga yang tersisa. Ia terlihat pasrah setelah melewati terik matahari sepanjang perjalanan.

Kali ini ia pulang berjalan kaki lagi, karena ibunya tidak akan menjemput di jam segini. Percuma jika menunggu.

Sebelum membuka pintu, Nayla baru mengingat bahwa ia tidak memiliki kunci rumah sendiri. Ayah, Ibu, dan adik tirinya yang memilikinya, karena Nayla tak pernah pulang cepat sebelum hari ini.

Nayla berdecak sebal. Ia sudah kehausan sekali dan mengantuk. Jangan lupakan itu. Minum dan tidur adalah hal yang sangat dirindukan Nayla ketika menginjakkan kaki di rumah.

Dengan sebal Nayla duduk di teras rumah, lalu menyandarkan kepalanya di dinding. Ia menutup matanya hingga suara-suara dan bayangan keluar muncul di kepalanya. Nayla mulai masuk ke dalam mimpinya dan tenggelam.

"Heiyo Nayl!"

Tidak di dunia nyata atau di dunia mimpi, mengapa suara itu terus terputar di kepala Nayla?

"Nayl?"

Suara si berisik Raffael itu membuat Nayla mengernyit, tidak sadar. Nayla memutar badan dan arah sandaran kepalanya. Ia meraba-raba lantai untuk meraih rapot yang ia letakkan asal tadi dan dipakai untuk menutup kepalanya.

"Heiyo Nayl?"

Nayla mengigau, "Rappael goblok itu nggak mungkin di sini." Masih dengan mata tertutup.

"Rappael goblok? Astaghfirullah."

Di dalam mimpi Nayla telah bertemu Raffael, jadi ia pun refleks mengangguk, membuat lawan bicaranya yang nyata menahan tawa.

"Sebarapa goblok Rappael, tu?"

Nayla memutar posisi badannya lagi. "Hm."

"Rappael itu siapa?"

"Hmmm!" Nayla memutar balik posisinya lagi.

"Kok nggak jelas, sih, lo Nayl." Ia pun menarik rapot dari tangan Nayla yang cengkeramannya berkurang. "Ayo kita lihat di sini! Semoga nilai lo lumayan bagus."

Heiyo Nayl! Where stories live. Discover now