26 - Dibuat Tercengang ✨

1.6K 303 17
                                    

Penegasan itu membuat Nayla semakin bimbang. Di sisi lain, bujukan Agung bisa jadi adalah penolong hidupnya suatu hari nanti.

Mungkinkah ini pertolongan Tuhan agar dirinya tidak lagi menderita?

Nayla sangat bimbang, seolah ada sepuluh pedang yang siap untuk menghunusnya sekarang. Sahut-sahutan perkataan orang mulai terputar ulang di pikirannya.

Bagaimana jika keputusan yang ia keluarkan ini adalah kesalahan besar dalam hidup?

Bagaimana justru keputusan inilah yang malah menambah malapetaka dalam hidupnya?

Bagaimana jika sikap Agung kali ini hanya kedok saja?

Atau bagaimana permintaan ini benar-benar tulus keluar dari mulut Agung?

Nayla melihat ketulusan Agung saat ini.

Memang jika diingat ulang, sejak dulu Agung tak menyerah untuk mendapatkan dirinya. Seberapapun Nayla mengacuhkan atau menolak, Agung selalu mencari celah. Nayla bukan orang kaya, bukan pula orang yang bisa dijadikan aset perusahaan Agung. Jadi apa yang Agung inginkan selain cinta?

Nayla semakin bingung hingga ia kembali menangis.

"Nayla?" Agung memanggilnya dengan panggilan lebih lembut.

Napas Nayla memburu. Gue bingung banget, asli, batinnya.

"Gue nggak mau lo bimbang," tegas Agung seolah membuat batu membentur kepala Nayla tiba-tiba.

Gue harus apa? Nayla memegangi kepalanya yang pening.

"Nayl?"

"Enggak. Gue tetep nggak bisa. Maaf," jawab Nayla setelah menarik napas dalam.


Sadar setelah kalimat itu keluar, Nayla terjongkok dan menangis sesunggukan lagi, masih belum yakin dengan keputusannya. Ia takut dan hilang arah. Di sisi lain ia merasa bahwa dirinya tidak boleh labil dalam mengambil keputusan.

Kalimat, 'Gimana kalau' selalu muncul di pikirannya. Bagaimana jika keputusan ini salah? Atau sebaliknya, jika ia menjawab 'Ya' juga keputusan yang salah?

Agung yang melihat gadis remaja di depannya dengan iba. Ia pun ikut berjongkok dan mengelus kepala Nayla. "Udah nggak papa, jangan nangis. Gue terima kok penolakan lo." Ketika Nayla kembali menatapnya, ia mengulas senyum manis. "Udah jangan nangis, nggak tega gue."

Nayla malah semakin menangis.

"Udah-udah nggak papa, santai aja, lo nggak salah. Apapun keputusan lo, berarti itu udah yang terbaik buat lo Nayl," ujar Agung.

Nayla pun mencoba berhenti menangis dan menghapus air matanya. "Makasih Gung."

Agung tersenyum lagi dan berdiri. "Ayo, gue anter lo pulang ke rumah temen lo."

Nayla terdiam.

"Nggak papa. Gue rahasiain ke Pak Wartoni sampai lo sendiri yang mau balik ke rumah. Gue nggak akan bocorin, tapi gue bakal cari solusi biar beliau tenang." Agung menyodorkan tangannya untuk membantu Nayla berdiri. "Mulai sekarang, anggap gue sebagai temen atau keluarga lo aja. Nggak usah segan atau cringe juga. Santai. Jangan merasa bersalah."

Heiyo Nayl! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang