08 - Fakta Baru ✨

2.3K 416 17
                                    

Rangga menghentikan kegiatan memetik gitarnya untuk mencari nada. Ia menghela napas kasar karena sudah satu jam menunggu kehadiran Pak Zikri yang katanya akan melatihnya selama persiapan lomba musikalisasi puisi.

Rapat guru berlangsung sangat lama, membuat lima orang siswa dan siswi yang menunggu tanpa kepastian itu jenuh di perpustakaan.

"Tuh, kan, gue bilang apa?" Dhika bersuara. "Ini sia-sia!" keluhnya sambil memukul cajon, asal.

"Kan, kita udah latihan sendiri barusan. Apa itu sia-sia?" balas Rangga yang menyadari penolakan Dhika kesekian kali dalam seharian ini.

"Gue butuh kepastian!" seru Ardi lalu mulai memainkan biolanya.

"Nah, tu!" Dhika mengiakan, "Kita butuh kepastian. Gue mau pulang ke rumah."

"Rumah lo deket aja, tuh," celetuk Rindy yang akan menjadi vokalis nanti.

Pintu perpustakaan terbuka, menghadirkan seorang gadis dengan rambut yang dikucir kuda tetapi masih terlihat kusut. Hanya dengan caranya melangkah, Rangga langsung mengenali bahwa gadis itu adalah Nayla.

"Sebentar!" titah Rangga, lalu meletakkan gitar dan beranjak dari meja yang ia duduki.

"Ya elah, jangan disamperin dulu kali." Dhika mencegah Rangga untuk menghampiri Nayla. "Lo nyadar nggak, sih, kalau lo datang itu malah ngebuat dia nggak fokus? Tunggu dulu."

Rangga menghela napas pasrah.

* * * *

Setelah melihat insiden kedekatan Sarah dengan Raffael di kantin, akhirnya Nayla memilih untuk mencatat materi di perpustakaan lagi agar melupakan kejadian tersebut.

Biasanya ketika guru rapat, akan ada banyak siswa yang menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membaca buku atau hanya untuk saling bergosip ria.

Kebetulan sekali, kali ini perpustakaan sepi. Hanya ada sekelompok siswa dengan alat musik yang sibuk berdiskusi di ujung ruangan, sedangkan ibu penjaga perpustakaan sibuk memainkan ponselnya.

Nayla kembali duduk di meja seperti biasa dan lanjut menulis.

Dalam waktu sepuluh menit, Nayla akhirnya selesai mencatat materinya.

"Akhirnya selesai juga," gumamnya sambil berdiri dan mengembalikan buku yang ia pinjam ke rak asalnya.

Seketika, muncul rasa ketertarikan untuk tidak pulang dulu ke rumah agar tidak disuruh-suruh oleh Mariska. Ia pun mengambil sebuah novel untuk dibaca dan duduk tenang di meja tadi.

Namun, suara siswa yang berdiskusi itu mulai menganggu.

Nayla melirik mereka yang sibuk berdiskusi hal yang tidak ia mengerti. Ia melihat Rangga dan Dhika di sana, menjadi bagian dari mereka.

"Coba kita ulangi lagi dari awal ya!" titah Rangga kepada semua temannya.

Musik pun mengalun. Ada Rangga yang memainkan gitar, laki-laki dengan biola, lalu ada Dhika yang bermain alat musik cajon, dan satu vokalis perempuan.

"Stop! Stop! Ancur. Istirahat aja dulu, dah. Kita tunggu Pak Zikri selesai rapat baru disambung lagi," sela Rangga pada keempat temannya, "puyeng gue."

Dhika terkekeh. "Udahan gih, capek."

Rindy menambahkan, "Iya, habis suara gue entar."

Rangga mengangguk, menyetujui, kepalanya juga sudah terasa panas.

Selang beberapa menit, terbesit di hati Rangga untuk menghampiri Nayla di tengah ruangan. Ia menepuk meja Nayla, lalu duduk di sebelahnya. "Heiyo Nayl!"

Heiyo Nayl! Where stories live. Discover now