Kembali (Part I)

501 43 16
                                    

Author's Note: Update kali ini langsung kasih prolog dan chapter 1 yang dibagi dalam 2 part kayak dulu yah :) Lumayan padet narasi, soalnya Satsu gak bisa ngomong. Haha. Semoga tetep bisa menikmati :'D Btw, karena lom ada gambar lagi, jadi pake lagu dulu. Mumpung lumayan misterius yang part ini. Haha.

Prev Chap: Menceritakan tentang masa lalu Leonore kecil dengan Putri Hilderose, juga kematian ayahnya.

***

Satsu tidak merasa aneh ketika memasuki dunia serba putih itu; malah dia paham. Om-om yang dulu menyambutnya ketika berpindah dunia adalah Shadow juga. Dunia gelap dulu itu pastinya seputih ini di hadapan seorang Shadow. Sekujur tubuh Satsu masih mengeluarkan asap hitam ketika dia memastikan kondisi luka-lukanya. Dia menyipitkan mata. Ini pertanda buruk.

Satsu menutup mata sesaat ketika kejutan listrik menyengat. Kepalanya berdenyut. Ini benar-benar buruk!

Satsu mengembalikan fokus ke sekitar dan mengedarkan pandangan ke kanan-kiri. Benar-benar putih.

Satu langkahnya menimbulkan bunyi tapak biasa. Tidak bergema, tapi karena itu satu-satunya bunyi yang ada di sana, terdengar keras di telinga Satsu.

Pijakan Satsu kokoh. Tempat itu seakan memiliki batasan dimensi tersendiri yang tak terlihat ujung, dasar, dan langitnya. Satsu melangkah pelan sambil mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan meraba langit—lebih tepatnya udara kosong. Dia memperhatikan bagian atas tempat itu. Sejujurnya Satsu cukup penasaran. Apakah ketika melompat dia akan bisa menyentuh langit-langit?

Satsu menggeleng cepat. Untuk apa memikirkan hal bodoh? Dia harus mencari target misinya kali ini.

"Shadow?"

Satsu berbalik cepat ke arah suara pria di belakangnya.

Asap hitam berkumpul di sana, semakin lama semakin membesar hingga membentuk manusia dewasa. Meski begitu, seluruh tubuh hingga wajahnya hitam. Sosok itu persis seperti Shadow yang menggunakan Imovola, sihir yang menyebabkan asap hitam tebal menyelimuti seorang Shadow. Dia menaruh tangan kanannya pada pinggang.

Satsu reflek melompat mundur. Dia menajamkan seluruh panca indera, siaga untuk bertarung.

"*You don't have to be scared," ucap si sosok.

Satsu masih tak mengubah postur, tetapi matanya sempat berkedip mendengar bahasa yang dipakai sosok itu. Pikirannya beradaptasi untuk membentuk kalimat dalam bahasa yang sama.

"Are you from Earth?"

Jawaban yang diberikan sosok itu hanya gerakan tangan ke dagunya.

Satsu kembali bertanya, "*Bisakah kau mendengarku?"

"Ya, ya. Tak perlu keras-keras. Aku bisa mendengarmu. Aku cuma belum terbiasa dengan tugas ini karena tidak ada yang pernah ke sini selain kalian."

"Kalian?"

"Kau dan gadis berambut pirang itu."

"Putri raja itu? Di mana dia?"

"Bukan di sini. Ada yang ingin bertemu dengannya, tapi kurasa setelah urusan mereka selesai, dia juga akan dikirim ke Bumi."

Tempat itu sebenarnya tidak panas, tapi mungkin karena ketiadaan angin dan jaket Satsu, pemuda itu berkeringat. Dia menelan ludah seiring setetes peluh menuruni pelipis hingga ke pipi.

"Kau tidak mengenalku?"

Seolah butuh waktu untuk paham, sosok itu hening beberapa detik. Dia menekuk kedua tangan di depan dada.

"Ah, kalau yang kaumaksud adalah orang yang menyambutmu dan mengubahmu menjadi Shadow, dia bukan aku, meskipun aku tahu dia."

"Kalian sebenarnya apa? Dan kenapa bisa ada di sini?"

"Kupikir dia sudah menjelaskannya dulu? Shadow. Itu sebutan orang-orang kita terhadap kekuatan ini." Sosok itu merentangkan tangan yang mengeluarkan asap jauh lebih banyak dari Shadow biasa. Asap itu membubung tinggi dan lenyap beberapa senti di atas kepalanya. Mungkin hanya perasaan saja, tapi Satsu yakin, sosok itu menyeringai.

"Orang-orang dunia itu lebih suka menyebut kita Droxa. Aku sih, yang mana saja terserah."

Satsu terbelalak. Bukan berarti dia tak pernah memikirkannya, terutama setelah tinggal di kediaman keluarga Meyr yang sangat dekat dengan dinding perbatasan. Namun ...

"Droxa berbeda dengan Shadow! Kami tidak membunuh membabi-buta seperti itu!"

"Kata orang yang baru saja membunuh membabi-buta."

Satsu tersentak. "Kau ... tahu?"

"Yah, sebagai Shadow bawahannya, kemampuan kami bertambah jadi bisa mendengar suara hati dan mengamati memori manusia. Meskipun kurasa ini info yang tidak terlalu penting untukmu."

Benar juga! pikir Satsu. Dia ingat bagaimana dulu suara asing yang membawanya ke Exolia juga tahu mengenai kehidupannya. Setelah bertemu dengan Ally dan Tuan Meyr yang menguasai beragam ilmu Shadow, serta Droxa dalam berbagai level dan wujud, rasanya wajar kalau ada kekuatan baru seperti itu.

Satsu menggigiti kuku jari. Dia menatap ruang kosong tanpa berkedip, pikirannya mengawang ke berbagai pertanyaan menumpuk. Shadow dan Droxa itu sebenarnya apa? Siapa yang mengubah orang-orang menjadi Shadow dan bagaimana bisa?

Kalau Droxa adalah Shadow, maka ada yang terikat Kontrak dengan Droxa?

"Ah, waktunya sudah habis. Aku harus segera mengirimmu ke Bumi." Sosok itu mengarahkan telapak tangan pada Satsu.

Tanpa peringatan, angin kuat menarik tubuh Satsu hingga kakinya terseret. Sambil mengeritkan gigi, pemuda itu menapakkan tangan pada lantai, berusaha menahan diri agar tak bergerak lebih jauh.

"Apa yang kaulakukan?!"

"Mengambil kekuatanmu kembali. Itu adalah syarat untuk berpindah dunia agar semua ini seimbang ... katanya." Sosok itu berdecak. "Tapi kenapa sulit sekali? Apa ini karena aku belum terbias—"

Sesuatu merasuki pikiran si sosok, membuatnya terbengong sesaat.

"Tidak bisa?"

Sosok itu menarik tangannya, lalu mengepal dengan napas terengah. Angin yang menyeret Satsu lenyap dalam sekejap. Untuk beberapa saat, mereka hanya saling menatap dalam diam.

"Kau ...," si sosok kembali bicara, "masih terikat Kontrak dengan seseorang di Exolia."

Satsu perlahan bangkit, lalu menunduk menghindari tatapan si sosok.

"Aku tidak bisa menghilangkan kemampuan Shadow-mu dan masalahnya, jalan ini cuma satu arah. Aku tidak pernah menemukan kasus sepertimu, meskipun ini juga memang pekerjaan pertamaku."

"Siapa yang ... mempekerjakanmu?" tanya Satsu. Kepalanya berdenyut setelah listrik lemah menyengatnya lagi. Dia benar-benar harus segera menemukan Putri Ester.

"Itu bukan urusanmu." Si sosok menjentikkan jari.

Dalam sekejap, ruangan putih membulat dan mengecil hingga tak bersisa, tergantikan pemandangan luar yang gelap.

***

Footnote:

*You don't have to be scared= Kau tak perlu takut.

*Bisakah kau mendengarku= Dalam dialog ini, Satsu sebenarnya menggunakan bahasa Inggris, dan selama berbicara dengan si sosok asing, Satsu terus menggunakan bahasa Inggris.

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Where stories live. Discover now