Mereka Yang Menanggung Kesalahan (Part I)

129 32 0
                                    

Author's Note: Di luar dugaan, author bisa publish cerita ini lebih cepat. Benernya karena author juga gak sabar nulis bagian ini sih. Bisa dibilang, ini bagian yang author paling suka. Author jamin, klimaks vol. 2 gak bakal ngecewain. Eheheh.

Prev Chap: Beberapa saat sebelum Satsu merasa tertusuk, penyerangan terjadi di kerajaan Magna. Seorang Shadow misterius, atau yang kini disebut Phantom, menyerang dari berbagai arah dan merusak kubah Lumeprodia hingga sampai ke ruang tahta. Tuan Meyr tertusuk di sana.

******

Lucu sekali rasanya. Orang-orang di sekeliling bercanda-tawa dan mengobrol santai. Kedua orangtua juga bersenda-gurau, menciptakan pemandangan yang jarang—atau bisa dibilang baru hari ini—dilihatnya. Mungkin saja Satsu sudah lupa.

Sementara itu, di balik bayang-bayang kerumunan orang, Satsu menahan napas dan mencengkeram dada sampai kaosnya berkerut. Punggungnya membungkuk. Pemuda itu masih menahan diri untuk tidak sepenuhnya terlihat kesakitan. Dengan mata menyipit, diperhatikannya sekeliling. Tidak ada orang mencurigakan yang menyerangnya maupun asap hitam keluar dari luka. Sebenarnya dia memang tidak terluka.

Pastilah sesuatu terjadi di Exolia, Satsu yakin. Dia berniat memisahkan diri dari kerumunan ketika Putri Ester menggenggam tangannya.

"Ada apa?" Mata Putri Ester seolah sedang menelisik gerak-gerik Satsu, menebak isi pikiran Satsu.

Pemuda itu tak ingin melihatnya lebih lama atau semua akan ketahuan. Dia menepis tangan Putri Ester dan tetap beranjak pergi.

Panggilan Putri Ester mengumpulkan atensi keluarga Satsu pada dirinya, kecuali Chie yang baru saja tiba sehabis membeli popcorn. Mustahil sang putri bisa mengomunikasikan apa yang terjadi. Dia mengernyit, bibirnya membentuk lengkungan yang sedikit bergetar secara tak alami. Di tengah kebingungan, Putri Ester menoleh ke belakang, memastikan kembali arah gerak Satsu. Sosok pemuda itu sudah tenggelam di balik kerumunan yang sibuk mencari tempat terbaik demi menonton parade malam tengah laut.

Putri Ester mendecak, kemudian membelah kumpulan orang satu per satu sambil memanggil nama itu kembali. "Aku akan benar-benar menghukummu kali ini, Satsu!" teriaknya kesal, memancing pengunjung sekitar untuk melihatnya dan bertanya-tanya. Putri Ester tentu mengabaikan mereka.

Satsu terhuyung-huyung mencari tempat yang lebih sepi untuk dia jadikan sandaran sekaligus ruangan meditasi. Dia harus memastikan apa yang sedang terjadi. Sekujur tubuhnya mulai sakit seperti tersayat-sayat. Kalau dia hanyalah manusia biasa, darah sudah pasti bercucuran dari segala sisi. Jangka waktu berbeda yang dimiliki Bumi dan Exolia memperparah keadaan. Pastilah Tuan Meyr sedang terkena serangan bertubi-tubi.

Di bawah bangunan penghubung antara alun-alun dengan tempat masuk, Satsu menghentikan langkah dan bersandar pada dinding, sebisa mungkin jauh dari penglihatan orang-orang. Usahanya mengatur kadar udara yang masuk dan keluar tubuh membuahkan nyeri pada dada, membuatnya sesak. Dia menempelkan belakang kepala pada tembok, kemudian memejamkan mata.

Diawali dari penglihatan, indra-indra Satsu yang lain mulai kehilangan fokus terhadap sekitar. Suara sopran sekumpulan gadis yang lewat perlahan menghilang. Angin kencang mulai terasa pelan, dinginnya tidak terlalu menusuk. Bau segar udara memudar dan berganti dengan kepengapan ruang tertutup, disertai amis yang mendominasi. Mata Satsu mendapati cahaya yang membentuk lantai keramik jingga dengan lingkaran cokelat berpola rumit di bagian tengahnya. Napas tersengal memasuki pendengaran Satsu. Tuan Meyr sedang berlutut dan menunduk.

"Kenapa kau memihak mereka?!"

Bentakan seorang wanita serta tarikan pada lengan Tuan Meyr, mengangkat kepala pria itu. Sambil dibantu berdiri, dia mengamati punggung makhluk bersayap hitam.

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Where stories live. Discover now