Persiapan Sebelum Pergi (Part I)

226 28 2
                                    

Author's Note: Hee :'D Akhirnya balik lagi nulis Trace setelah hiatus 3 (?) minggu. Chapter berikutnya juga sudah selesai benernya (maksudnya bukan part 2-nya, tapi lanjutan habis part 2 chapter ini), tapi ditunda dulu publish-nya biar kagak hiatus mulu. Haha. Nantikan chapter Hilde dan ancang-ancang sebelum pertempuran ya~

Prev Chap: Kembali ke Leonore dan Putri Hilderose, setelah kembali ke penjara, Putri Hilderose yang kesulitan menghubungi Chie, menceritakan tentang Shadow, ayahnya, dan Satsu kepada Leonore, memancing kemarahan si pemuda. Namun, setelah mendengar pentingnya alat komunikasi yang dipegang Hilde, Leonore memutuskan untuk mencari jalan keluar dengan menyetujui kerja sama dengan Alvaron.

******

Dentang pedang beradu memenuhi halaman latihan istana, bersamaan dengan riuh sorakan para kesatria yang menonton. Di tengah mereka, Leonore dan Colesha melompat berlawanan arah, saling menjaga jarak.

Meski begitu, dengan cekatan Colesha menyabetkan pedang secara vertikal membelah angin. Segaris cahaya kurus berdesing, memelesat menuju Leonore.

Pemuda itu terbelalak untuk sesaat, sebelum dia menahan serangan dan terdorong sekitar satu meter. Dengung menggema di telinganya. Getaran sinar begitu kuat seolah tak sabar hendak menembus pertahanan dan mencabiknya, tapi sambil mengerang, Leonore mendorong balik. Satu ayunan pedang berhasil menggeser sinar ke samping. Para kesatria yang membentuk lingkaran mundur serentak, membuka jalan untuk cahaya itu melaju tanpa sasaran, tapi serangan pecah sebelum sampai.

"Kautahu kalau aku bisa saja menyerangmu ketika kau menahan tadi?" Colesha mengayun pedangnya santai. "Lagi pula, meskipun jarang, Droxa level atas dapat menembus pertahanan senjata Lumia ini. Kau tak akan bisa bertahan terus-menerus. Kau harus menghindar lebih cepat."

Tepat di kata terakhir, Colesha kembali menunduk, lalu meluncur.

Leonore mempererat genggaman pada pedang hitam. Ingatannya sekilas kembali pada masa-masa Nona Orphea melatih dirinya. Meski banyak yang mengejek Leonore karena ditendangi wanita dan sekarang pun orang-orang menertawai, dia tak peduli. Dia harus lebih kuat. Serangan demi serangan Leonore tahan, gerakan demi gerakan dia amati.

"Banyak yang bilang, menyerang adalah pertahanan terbaik, tapi kau tidak akan bisa menang kalau menyerang membabi-buta terutama pada lawan yang lebih kuat dan bisa berpikir sepertimu." Itulah yang dikatakan Nona Orphea dulu. "Tahan, lari, dan amati pola gerakan mereka, serang ketika ada celah."

Colesha memanfaatkan kecepatan untuk memindah arah sabetan, bahkan beberapa kali menusuk, tapi karena tenaganya lemah, hanya serangan yang diawali dengan loncatan yang berat. Setelahnya, dia akan menjauh dan meluncurkan serangan Lumia jarak jauh yang kini sudah bisa Leonore hindari.

Saatnya Leonore mengambil kesempatan. Dia menarik napas sebelum mengucap mantra yang sama dengan Colesha dan mengayun pedang. Cahaya serupa meluncur vertikal ke arah musuh. Colesha menggeser posisi, tapi Leonore tak membiarkan serangan berakhir.

Dia berlari menyerang, Colesha bersiap menahan.

"Effi-Lumia, Lumegladio!" teriak Leonore, sambil mengarahkan tangan ke Colesha.

Sepuluh pedang cahaya terbentuk, lalu memelesat. Gadis itu mengelak dengan gerakan efektif, bergeser sedikit demi sedikit sambil terus mengamati Leonore.

Pemuda itu berdecak. Bagaimana mungkin celah sulit sekali didapat?! Namun Leonore tidak berhenti. Dia terus melaju, lalu menghantamkan pedang dari atas. Colesha menahan.

"Segini saja kekuatan kesatria terkuat Exolia?" Colesha tersenyum tenang.

Leonore mengalihkan sedikit tenaga untuk menahan luapan amarah, lalu menyeringai. "Aku cenderung mengurangi tenaga ketika melawan wanita. Kautahu? Karena takut melukai tubuh rapuh mereka."

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang