Kesalahan (Part I)

157 31 0
                                    

Author's Note: Eheheh. Akhirnya update juga nih. Btw, kali ini author langsung update 4 part sekaligus yak ^^

Prev Chap: Setelah berkonsultasi dengan Kanna, Satsu dan yang lain pulang ke Hachioji untuk menemui keluarga Satsu dulu sebelum kembali ke Exolia. Di tengah perjalanan, Satsu bertemu dengan orang yang tidak ingin ditemuinya.

******

Satsu benci rambutnya yang dicat kecokelatan. Satsu benci telinganya yang ditindik. Satsu benci matanya yang selalu terlihat merendahkan seolah Satsu cuma serangga. Satsu benci bau rokok dari mulutnya.

Dan yang paling Satsu benci adalah ketidakberdayaan Satsu sendiri untuk melawannya.

Akagi Shinohara.

Satsu tak percaya, dirinya spontan menunduk saat melihat wajah pemuda itu, makhluk biadab yang telah menyebabkan semua ini. Kedua tangan Satsu gemetaran di atas paha, sementara Shinohara—secara sengaja atau kebetulan—duduk tepat di seberang Satsu.

Degup jantung Satsu sudah secepat dan sekeras benturan roda pada rel kereta. Dadanya kembang-kempis, membayangkan Shinohara kini tengah mengamati dirinya. Entah karena penghangat dalam kereta atau bukan, Satsu berkeringat. Dia meraba leher, bermaksud menutupi setengah wajahnya dengan syal, tapi tak ada apa-apa di sana. Pandangannya tertuju ke Putri Ester yang tertidur menunduk dalam balutan syal itu. Satsu tak bisa mengambilnya. Dia tak bisa bersembunyi.

Teman pria di kanan Shinohara mendesah. "Guru itu ganggu lagi. Sudah sebulanan ini, semenjak anak sialan itu hilang."

"Ya," gumam Shinohara. "Siapa namanya?"

Kereta yang memelankan laju menjeda omongan mereka. Satsu lagi-lagi merasakan pandangan Shinohara menusuk tiap sudut tubuhnya. Dia tahu, dia tahu, dia tahu! Tapi kenapa Satsu harus takut? Dengan kemampuannya sekarang, dia bahkan bisa membunuh Shinohara di sini. Di tempat yang hanya memuat mereka berenam.

Satsu mengangkat wajah tepat ketika kereta berhenti dan pintu terbuka. Dia menatap Shinohara lekat-lekat. Pemuda itu pun mengembalikan tatapannya dengan mata dan mulut membuka lebih lebar dari yang seharusnya. Satsu mengepalkan tangan, sementara orang-orang lain mulai masuk. Kursi-kursi kosong di sebelah mereka mulai terisi, tapi tidak banyak. Satsu masih tak menurunkan pandangan meski mata Shinohara telah menyipit, menyorotkan kebencian.

"Belum sampai juga?" Putri Ester mengucek-ngucek mata, lalu menguap sambil menutupi mulut. Melihat si pemuda berambut cokelat di seberang, dia mengernyitkan alis. "Hei, apa cuma perasaanku atau dia melihat kemari?"

Tangan Putri Ester tak sengaja menyentuh tangan Satsu. Keringat dan gemetar Satsu langsung tersampaikan. Putri Ester menelusuri gerak-gerik Satsu; dimulai dari tenggorokannya yang bergerak saat menelan ludah, sampai kebencian yang tersorot dari matanya.

Putri Ester bergidik. Dia buru-buru menarik tangan ke depan dada.

Itu wajah dingin pria yang telah membunuh orang-orang Exolia. Membunuh ayahnya. Bukankah dia bisa kapan saja membunuh Putri Ester? Kenapa sang putri mau-mau saja mengikuti pria ini dengan harapan bisa selamat di tangannya?

Satu stasiun sebelum Hachioji, pintu kembali terbuka. Tanpa pikir panjang, Putri Ester mengambil kesempatan itu untuk kabur, keluar dan menjauh dari Satsu.

Satsu terlonjak kaget dan segera mengejar. Untungnya Putri Ester berhenti tak jauh dari pintu kereta, hanya berjarak kurang lebih satu meter.

Gadis itu mematung memandangi papan denah kereta api yang tulisannya tidak bisa dia mengerti. Angin dingin mengembuskan syal yang membalut lehernya dengan hangat. Putri Ester memeganginya, menggenggamnya erat-erat. Apa yang dia lakukan? Sudah berjam-jam dia mendengarkan cerita Satsu demi paham kejadian yang menimpanya dan bagaimana mengatasinya. Hanya Satsu yang bisa diandalkannya sekarang untuk pulang, bukan?

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang