Gozu dan Mezu (Part I)

149 30 7
                                    

Author's Note: Wah, akhirnya keluar juga :'D Udah lama author ngerencanain bagian ini, tapi karena ceritanya gonta-ganti mulu antara Satsu dan Leon, jadi lebih lama dari perkiraan. Hehe. Silakan menikmati~

Prev Chap: Ketika Satsu pulang, yang dihadapinya malah orangtua yang mengomeli dan menyalahkan. Begitu ingin melukai mereka, Putri Ester mencegah hal itu. Di tengah kekacauan hati, Satsu tiba-tiba saja masuk menembus dunia bawah dan bertemu dengan para siluman yang haus akan jiwa manusia. Satsu berada dalam masalah!

******

Sambil menahan napas sekaligus rasa sakit, Satsu menggerakkan jari-jari sedikit demi sedikit, tapi dia tak berhasil mengepal. Api Nebi menggerogoti perlahan, menyisakan kulit kurus hitam membalut tulang sepanjang lima senti dari pergelangan tangan. Pergerakan musuh lebih pelan dari yang diperkirakan. Sakitnya berlipat ganda, tapi itu juga kesempatan Satsu untuk melawan balik.

Dia harus keluar dari sini!

"Kapan aku mengajarimu untuk kalah terus, Satsu?!"

Bukan hanya Putri Ester, kali ini Tuan Meyr pun ikut-ikutan meneriaki benaknya. Aku belum kalah! balas Satsu dalam hati. Tonton saja dan diam, aku akan keluar dari sini.

Tuan Meyr masih membalas dengan geraman, tapi setidaknya, tanpa ocehan panjang-lebar, Satsu bisa lebih berkonsentrasi.

Dari luka yang masih terbuka di dada, asap hitam menjalar ke atas dan bercabang hingga mencapai kedua lengan Satsu. Rasanya seperti ada angin sejuk yang menelusuri tubuh, efisien untuk melawan panas tempat itu.

Tepat ketika api Nebi menjalar mencapai siku, Satsu melingkari lengan dengan asap hitam, lalu menarik napas kuat-kuat sebelum menajamkan lingkaran itu ke dalam dagingnya sendiri. Dalam sekejap, kedua tangan Satsu putus tanpa pergerakan besar, terpotong bersih menyisakan dua puluh senti lengan atas.

Nebi jatuh bersama tangan-tangan itu untuk sesaat, sebelum si api biru menghentikan diri di tengah udara. "Bocah sinting! Bagaimana mungkin ada yang berani membuang tangannya sendiri?! Keduanya pula!"

"Setuju! Kau sudah gila!" teriak Tuan Meyr. Rintihannya seolah mewakili si pemuda.

Satsu mengatupkan rahang. Seolah ada gravitasi yang menarik sekujur tubuh untuk jatuh, kelopak mata untuk menutup, tapi semua itu ditahannya. Persetan! Kau yang menyuruhku menang. Aku akan menang, ucapnya dalam hati.

Satsu kemudian membuka mata lebar-lebar, mengamati musuh di bawah seperti kucing yang mempersiapkan diri menyerang. Bagi Nebi, tatapan itu seperti dewa-dewa langit yang menganggapnya remeh.

Nebi berteriak, membuang kedua potongan tangan Satsu, lalu memelesat.

Secepat angin bertiup, asap hitam keluar dari lengan Satsu yang tersisa, memanjang seperti tangan baru dengan bentuk tak jelas. Sisi-sisinya lebih kasar bagaikan sisik tajam tak beraturan, begitu pula jari-jarinya. Satsu menyeringai seperti hewan buas, kemudian menerjang ke arah Nebi.

"Bodoh! Sudah kubilang kau tak akan bisa melukaiku!"

Tanpa peduli, Satsu memukul Nebi. Pukulannya seolah menembus udara kosong. Api biru menyebar lebih cepat dari sebelumnya.

"Entah apa yang kaulakukan, tapi akan kumakan juga tanganmu yang ba—"

Ucapan Nebi terhenti ketika tangan hitam yang diselimutinya malah melengkung, berubah wujud menjadi bola, lalu mengurungnya.

"A, apa-apaan ini?" Suara Nebi menggema di dalam bola asap. "Kau mau mengurungku dengan cara seperti ini?! Bihihihi! Jangan bercanda! Akan sekalian kulahap!"

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Where stories live. Discover now