Awal Pertempuran Baru

150 27 7
                                    

Langit-langit cokelat tua memenuhi pandangannya.

Namun, yang menarik perhatian Satsu lebih dari itu adalah aroma. Wangi bunga segar, atau setidaknya dia menganggapnya begitu. Ada aroma daun bercampur harum yang manis. Tidak seperti parfum yang terlalu menyengat, juga tidak seperti bau rumah sakit. Satsu menghirup napas dalam-dalam untuk lebih menikmati aroma itu hingga ke sekujur tubuh.

Satsu kembali berkedip, kemudian mencoba memutar leher untuk memastikan tempatnya berada.

Tiang ranjang yang terbuat dari kayu berukiran rumit sempat menarik perhatian, tapi kemudian, pergerakan di tangan kanan membuat Satsu tertegun.

Chie tertidur di atas tangan Satsu. Kepalanya sedikit bergerak-gerak seolah ingin mencari posisi enak. Air liur mengalir dari mulut ke tangan Satsu.

Sementara matanya menyipit datar, pemuda itu menghela napas. Dengan kasur empuk di bawah punggung dan matahari yang redup menyinari tempat itu, Satsu menyimpulkan bahwa setidaknya mereka sedang berada di tempat aman.

Akan tetapi, seaman apa?

Satsu berusaha bangun sepelan mungkin supaya tidak mengusik ketenangan tidur Chie.

Di tengah ruangan, terdapat meja bundar kecil dan dua kursi. Satsu menebak bahwa poci hitam yang mengeluarkan asap di atas meja itu adalah sumber aroma tadi. Selaini itu, ada kain hitam tersangkut di punggung salah satu kursi, dia duga sebagai syalnya. Satsu mengamati penampilannya sendiri. Rupanya dia sudah memakai tunik baru berwarna putih.

Seorang pria membuka pintu keras-keras dan memanggil Chie dengan suara lantang. "Kakakmu sudah bangun?!"

Satsu ingin sekali menggeram, tapi tanpa suara, dia cuma bisa mengernyitkan alis kesal. Gara-gara orang yang baru masuk itu, adiknya jadi bangun.

Tanpa sungkan-sungkan, pemuda bersuara keras tadi berlari mendekati ranjang hingga ke sebelah Satsu. Rambut cokelatnya sedikit ikal dengan panjang mencapai tengkuk. Pakaiannya pun bernuansa kecokelatan dengan tunik lusuh berwarna cokelat kemerahan dan rompi serta celana yang kehitaman. Dibanding itu semua, yang paling mencolok pertama kali sebenarnya adalah telinganya, karena pemuda itu memiliki kuping berbulu dengan bentuk bulat yang mencuat keluar di atas kepala. Seperti ... telinga beruang? pikir Satsu.

Pemuda cokelat itu melebarkan senyum yang menurut Satsu bodoh. Kemudian, dengan mata berkaca-kaca, dia lompat dan memeluk Satsu. "Akhirnyaaaa! Aku selalu takut, Satsu!"

Satsu berkedip dua kali, lalu melirik penampilan si pemuda sekali lagi. Rasanya dia tidak pernah bertemu dengannya, meski entah kenapa ada perasaan familier melihat sikapnya.

Seorang pria yang terlihat lebih tua menarik rompi si pemuda cokelat agar menjauhi Satsu. "Dia bingung. Terangkan satu-satu." Suaranya rendah selayaknya pria dewasa.

"Ah ya, mungkin dia juga tidak mengenaliku sekarang."

Satsu mengerutkan dahi, masih memikirkan pemuda dengan senyum asimetris itu. Rambut ikal cokelat seperti pernah dilihatnya, tapi dia tak bisa ingat.

"Lagian, mungkin ada baiknya dia tidak tahu—Aww!" si pemuda cokelat mengaduh saat kepala belakangnya dipukul temannya.

"Lakukan. Kau sendiri yang bilang tidak ingin kabur lagi."

Si pemuda cokelat butuh jeda beberapa saat sebelum dia menghirup napas panjang dan membuangnya sampai dada kempis. "Aku sudah meninggalkanmu, Satsu. Waktu kau dulu ditindas karena kasus dengan Shinohara dan cewek India itu ... aku ... menjauhimu."

Sebuah sosok berkelebat di benak Satsu dengan cepat. Tentu saja Satsu tak bisa ingat, karena dulu pemuda di depannya sekarang tidak bertubuh tegap maupun kekar. Dia seharusnya lebih gendut dari kebanyakan orang, lebih pendek, dan memakai kacamata. Mereka sama-sama culun dan penggemar anime.

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu