Persiapan Sebelum Pergi (Part II)

194 31 8
                                    

Sementara itu di kamar Satsu, Chie menerima dua set pakaian: satu set pakaian lelaki serba gelap yang pastinya milik Satsu, dan gaun mewah berwarna merah yang biasanya cuma dia lihat di acara *cosplay. Jadi kakaknya benar-benar pergi ke dunia kerajaan seperti itu? Chie mengangkat gaun sambil menyipitkan mata dan menjauhkan wajah.

"Aku tidak akan pakai yang seperti ini kalau ikut ke sana," gumamnya.

"Hei!" Putri Ester menegur. "Apa yang kaulakukan dengan gaunku?" Dia menekuk tangan di depan dada dan menatap garang.

Seandainya sang putri berdiri, Chie pasti sudah kabur saking takutnya, mengingat apa yang dilakukannya tadi terhadap Satsu. Akan tetapi, Chie hanya menaruh kembali gaun itu dan menggeser pakaian mereka ke pojokan. "Kak, apa yang dia katakan?" Chie menghalangi mulut dengan tangan seolah ingin berbisik, tapi karena jaraknya dengan Satsu cukup jauh, bisikan itu tetap terdengar.

Satsu—yang sudah memulihkan diri dari serangan Putri Ester dan duduk rapi di atas futon—menggeleng sambil menunjuk ke arah gaun.

"Tidak boleh sentuh barang-barangnya?" Chie memastikan.

Satsu mengangguk. Sebagai tambahan, dia memeragakan gerakan leher digorok.

Putri Ester menepak lengan Satsu dengan wajah tersipu. "Apa yang kaukatakan?! Aku tidak segalak itu!"

Satsu terbelalak. Bukan hanya karena tindakan sang putri dan omongannya yang bertolak belakang, tapi ternyata dia juga bisa mengerti gestur Satsu dengan baik. Oke, sudah dipastikan kalau memang tingkat kepintaran Ally jauh di bawah rata-rata, kalau begitu.

"Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Putri Ester.

Satsu hanya menggeleng. Tepat saat dia telah mengembalikan fokus pada apa yang harus dilakukan berikutnya, pintu kembali bergeser terbuka.

Seorang pria berpakaian seperti pengurus penginapan berlutut di depan pintu dengan kedua tangan tertekuk di depan tubuh. Keriput-keriputnya berlipat di sekitar dahi, membuat ekspresinya bahkan lebih garang dari Putri Ester. Refleks, Satsu menelan ludah.

"Umm ...." Chie berusaha memanggil, tapi dia juga tak kenal orang ini.

"Panggil aku Katagiri, Otomu-san." Pria itu melirik Chie. "Yang kautemui di depan tadi adalah putraku."

"Oh, maaf sudah merepotkan, Katagiri-san." Chie menunduk.

"Tidak apa-apa, Otomu-san." Katagiri menusukkan sorotan matanya kembali ke Satsu dan Putri Ester, lalu mendesah keras. "Aku membawakan makanan untuk kalian."

Melihat nasi dan sup mengepulkan asap di atas nampan berkaki pendek yang dibawa Katagiri, Chie tersenyum lebar. "Saya akan membayar semua ini setelahnya."

"Tidak perlu repot-repot." Katagiri menggeser nampan ke pojok kiri, lalu memasukkan nampan yang lain. "Kami tidak bisa meminta bayaran kepada orang-orang yang menghadapi masalah seperti kalian. Untunglah, luka Nona di sana juga baik-baik saja."

"Luka?" Chie menoleh ke arah Putri Ester.

Satsu ingat, waktu itu Pangeran Alvaron memang menusuk bahu Putri Ester. Tergesa-gesa, dia mendekat.

Sang putri yang kaget hendak melawan, tapi Satsu menangkap pergelangan tangan kanannya. Gadis itu menjerit dan memejamkan mata. Namun, ketika tak merasakan sakit apa pun, dia membukanya kembali. Ternyata Satsu hanya memastikan luka di bahunya, tapi sang putri tak punya waktu untuk tenang karena wajah Satsu begitu dekat. Dia segera mendorong dengan wajah tersipu, lalu membetulkan pakaian.

"Aku baik-baik saja!"

Satsu menunduk dengan ekspresi khawatir. Pasalnya, dia ingin membawa Putri Ester ke rumah sakit secepatnya, tapi untuk menyampaikan hal itu, dia harus mengetik, tak mungkin menggunakan gestur.

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora