Kesalahan (Part II)

135 30 0
                                    

Satsu mengangkat wajah, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia berdiri dan menghadap sang putri dengan ekspresi kecewa. Tak ada tanda-tanda sang putri akan mundur.

"Cuma orang yang memiliki kesalahan yang takut menghadapi orang lain. Kalau tak punya kesalahan, seharusnya tak ada masalah untuk menghadapi mereka."

Napas Satsu makin menggebu-gebu dan matanya makin membulat. Ini tidak segampang itu!

Bagai mengerti pikiran Satsu, Putri Ester kembali melanjutkan, "Aku tahu tidak segampang itu. Menghadapiku juga tidak segampang itu, bukan? Jangan bilang kalau kau tak punya kesalahan sama sekali terhadapku sementara kau lebih takut menghadapi mereka padahal kesalahanmu lebih besar terhadapku dibanding mereka! Atau mungkin, memang begitu? Kau melakukan kesalahan lebih besar terhadap mereka daripada terhadapku?"

Satsu menoleh, kembali mengacak-acak rambut. Kenapa perempuan begitu rumit?! Di satu sisi, dia kesal karena Putri Ester mungkin benar. Dia masih takut. Di sisi lain, dia juga tak ingin masalahnya sampai mencelakai Putri Ester seperti tadi, sekaligus tak ingin sampai membunuh Shinohara dan kawan-kawannya seperti apa yang dilakukannya terhadap orang-orang Exolia.

Itu adalah kesalahannya terhadap Putri Ester. Mencelakai Shinohara bukanlah jalan keluar yang boleh dilakukannya di depan sang putri.

Belum selesai Satsu berpikir, Putri Ester sudah melangkah mendekati tangga. Satsu segera menariknya.

Putri Ester memelotot. "Kalau kau tak bisa menghadapinya, lebih baik kau di belakangku saja! Aku yang akan menghadapinya!"

Sehabis tangannya ditepis, kesabaran Satsu benar-benar habis. Dia menarik Putri Ester dan menunjuk tempat sang putri, lalu menunjuk dadanya sendiri, kemudian atas. Tandanya, biarkan Satsu yang ke sana dulu, sementara Putri Ester menunggu.

Gadis itu mendengkus. "Aku akan lihat usahamu, kalau begitu." Dia melipat tangan di depan dada.

Karena pertengkaran dengan kedua temannya juga, Shinohara masih berada di anak tangga kedua dari atas. Mendapati Satsu kembali menuju dirinya, pemuda itu menyeringai. "Apa yang harus kita lakukan pada si Otomu ini, hah?"

"Kita tidak bisa berbuat lebih banyak di tempat umum, Shinohara-san." Salah satu temannya tengok kanan-kiri. "Reputasimu bisa gawat kalau ada bukti."

Satsu meneguk ludah. Sebenarnya, dia memang bisa memanfaatkan hal itu, tapi ini sama saja dengan waktu festival kebudayaan. Dia tidak bisa mengandalkan keramaian untuk lagi-lagi kabur. Kakinya sempat terhenti untuk memikirkan cara keluar dari situasi. Ketika menoleh ke belakang dan mendapati Putri Ester memperhatikan, Satsu lagi-lagi disadarkan. Tentu dia juga tak bisa meminta bantuan Putri Ester. Dia justru harus menyelamatkan sang putri dari situasi. Hanya satu hal yang terpikirkan, yang belum pernah Satsu coba menghadapi Shinohara.

Komunikasi.

Ironisnya, setelah kehilangan suara, barulah dia sadar betapa pentingnya hal itu. Namun, Satsu tidak menyerah pada kondisi. Dia mengeluarkan HP. Semakin dekat, semakin cepat pula dia mengetik kalimat-kalimatnya. Sempat dia melirik Shinohara. Tak ada pergerakan. Teman-temannya membisikkan peringatan untuk waspada, kalau-kalau Satsu hendak melaporkan mereka atau bahkan merekam kejadian.

Satsu menarik napas panjang-panjang, kemudian menyelesaikan kalimatnya dan naik hingga ke posisi sejajar dengan Shinohara. Dia menunjukkan ponsel.

"Aku tidak ingin mencari masalah lagi denganmu, Shinohara-san. Kalau ada kesalahan, aku minta maaf. Bisakah kau melupakanku saja? Aku juga tidak akan mengusikmu lagi dan belum tentu kita akan bertemu lagi."

Kedua teman Shinohara saling pandang. Salah satunya bertanya, "Jadi benar, kau Satsu Otomu?"

Tidak ada rasa permusuhan terpancar dari keduanya, hanya penasaran. Satsu mengangguk. Ketegangannya mulai berkurang.

"Kenapa kau menggunakan HP? Jangan-jangan ...."

Satsu kembali mengetik. "Ada kecelakaan. Aku tidak bisa bicara."

Tepat di saat dia memperlihatkannya dengan penuh harap, rasa nyeri menyerang dadanya. Satsu langsung sadar. Ketiga orang di depannya sama-sama menyengir. Itu bukan pertanda baik.

"Kenapa kau tidak bilang dari tadi?"

Shinohara melingkarkan lengan pada pundak Satsu, lalu meninju keras-keras perutnya. Satsu hanya mengeritkan gigi. Dibanding dulu, ini tak ada apa-apanya. Meski Shinohara memukulnya lagi dua kali, Satsu hanya berusaha mengatur napas dan menahan. Setelah selesai, giliran Satsu melengkungkan senyum. Dia mengetik kembali, menunjukkannya kepada ketiga orang yang bengong.

"Sudah puas? Aku harus segera pergi."

Tanpa menunggu tanggapan, Satsu menuruni tangga. Dilihatnya Putri Ester masih mengamati. Dia yakin, gadis itu menarik bibirnya ke atas.

Satsu sudah ... benar?

Di saat itulah, lengan Shinohara kembali melingkari pundak Satsu. Dia menggiringnya menuruni tangga, mengabaikan Putri Ester, membawanya ke dalam toilet, lalu mengempasnya jauh-jauh.

Satsu hanya terdorong beberapa senti. Dia lalu berbalik dan menghela napas, antara sudah siap, sudah menduga, dan ingin buru-buru menyelesaikan semua.

Sebelum melanjutkan, kedua teman Shinohara memastikan ketiadaan orang di dalam. Salah satu dari mereka menjaga di luar. Begitu pintu ditutup, Shinohara melempar tasnya sembarangan ke lantai toilet, lalu bersiap. Setelah ancang-ancang, dia meninju wajah Satsu.

Satsu lagi-lagi bergeming. Asap hitam aneh menguap dari mulutnya, tapi tatapan Satsu tetap tajam saat dia mengelap mulut, sama sekali tak terpengaruh pukulan Shinohara.

Bingung bercampur kesal, Shinohara mengalihkan serangan. Dia menendang perut. Yang diserang sama sekali tak melawan. Ini kesempatannya. Dia terus memukuli dan menendangi Satsu. Anehnya, Shinohara yang terengah-engah, sementara Satsu berdiri. Tak sekali pun Satsu jatuh.

Bahkan, Satsu berani-beraninya menatap Shinohara lagi, menantangnya.

Dia benar-benar tidak tampak seperti Satsu yang dulu.

Satsu yang dulu? Shinohara menyeringai. Oh, dia masih punya satu senjata lagi yang baru saja diketahuinya setelah Satsu menghilang.

"Mika Suzuki."

Satsu terperanjat mendengar nama itu. Kekuatan ekspresinya langsung berubah.

"Masih ingat dengan perempuan yang kaubuat bunuh diri itu, Otomu?"

******

Author's Note: Ahahah. Mungkin ada yang berpikir, "Kok baru sekarang si Mika munculnya?" Nah. Author emang lagi mau revisi vol. 1, dan lagi diatur ulang plotnya. Ini salah satu hal yang mau author tambahin nanti di vol. 1. Wkwkwk. Untuk sementara, kalian harus tahan dulu dengan info dadakan di sini. Nanti ini akan direvisi. Ini cuma sebagai tambahan info aja nih, buat kalian-kalian yang tidak tahu :'D

Eniwei, jangan lupa vote dan komennya yah, terutama kalau kalian suka atau ingin mendukung karya ini. Terima kasih sebelumnya udah baca terus, padahal update-nya lambat :')

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Where stories live. Discover now