Janji Di Antara Mereka (Part II)

176 33 7
                                    

"Leon?!"

Jantung Leonore memukul keras dadanya dari dalam, kemudian berpacu lebih cepat dari biasa. Untuk beberapa saat, dia tak bisa berkata apa-apa selain mengulang panggilan sang putri lagi dan lagi dalam benaknya, mengenalinya sebagai suara Putri Ester. Terakhir kali Leonore melihatnya, Putri Ester ketakutan dengan darah mengalir dari bahu. Gadis itu menangis, ayahnya membeku tak bernyawa di depan mata. Di tengah kejadian itu, Leonore terbaring tak berdaya.

"Leon?! Tadi aku mendengar suaramu, Leon! Benarkah kau Leonore?"

Leonore mulai memegangi tengkuk secara tak nyaman. Dia menelan ludah sebelum menjawab, "Apa Anda baik-baik saja, Tuan Putri? Maksudku—"

"Leon ... syukurlah!" Suara Putri Ester bergetar. "Aku sudah sangat ketakutan akan kehilanganmu juga. Bagaimana keadaan yang lain? Tuan Meyr dan Hilde masih selamat, aku tahu itu. Bagaimana dengan kesatria-kesatria lain? Para ... bangsawan lain?"

Sekali lagi, Leonore terpaksa bungkam. Jawaban apa yang harus dia berikan untuk pertanyaan terakhir?

"Apa mereka sudah—"

"Aku belum menemukan mereka, tapi aku yakin, mereka baik-baik saja, Tuan Putri. Kami adalah para kesatria pilihan Exolia, bukan?"

Kali ini, Putri Ester yang kehilangan jawaban, sehingga Leonore harus menanyainya lagi.

"Tuan Putri?"

"Leon, jangan terlalu memaksakan diri."

Tangan Leonore turun dari tengkuknya. "Maksud Tuan Putri?"

"Sudah lama aku mengenalmu, Leon. Kau selalu memaksakan dan menyalahkan diri di saat-saat tergenting, termasuk ketika kau mengejarku ke hutan waktu itu. Seharusnya kau marah lebih banyak, menuntut lebih banyak. Karena seharusnya aku jadi putri yang layak."

"Tuan Putri Ester adalah putri yang—"

"Tak perlu menghiburku, Leon. Aku sudah gagal menjadi putri bagi kalian, bahkan tak sanggup lagi mengucapkan kata-kata sepertimu, meminta kepercayaan kalian dengan dada membusung sebagai putri tunggal kerajaan Exolia. Aku ... aku telah membuangnya!"

Ingatan Leonore mengalir dengan sendirinya, kembali ke saat Putri Ester menyatakan diri akan membuang status itu dan memilih Leonore. Hal itulah yang disalahkan Pangeran Alvaron sebagai pemicu pembantaian keluarga bangsawan Exolia.

Namun, mana mungkin beban seberat itu diberikan hanya kepada Putri Ester?

Leonore menarik napas dalam-dalam seolah mempersiapkan seluruh keteguhan hatinya. Dia adalah pria yang waktu itu sempat membuat seorang putri ragu dan memutuskan hal yang tidak pantas, maka dia juga harus mampu menanggung beban itu bersamanya. "Tuan Putri, aku berjanji. Ketika kau kembali ke sini, aku tidak akan gagal lagi untuk menjadikan Anda penerus tahta kerajaan, yang memimpin bangsa menuju kemakmuran. Di sana jugalah, aku akan dengan bangga menyebut diriku Kesatria Pengawal Tuan Putri."

Di ujung telepon, Putri Ester menyunggingkan senyum lega, seiring matanya mendapati Satsu dan Chie keluar dari ruang keluarga. Keduanya baru saja berbicara dengan orangtua mereka, sementara Putri Ester duduk di anak tangga gara-gara telepon masuk.

"Aku juga akan berusaha di sini, Leon. Aku berjanji, ketika aku kembali ke sana, aku tidak akan gagal lagi untuk menjadi seorang putri raja di hadapanmu dan orang-orang yang telah memercayaiku. Di sana jugalah, aku akan dengan bangga menyebut diriku Ratu Kerajaan Exolia."

Mendengar hal itu juga melegakan hati Leonore. Bahkan Tuan Meyr tersenyum—antara sinis sekaligus lega. Leonore bisa mendengar suara gadis lain dari ujung telepon, tapi dengan bahasa yang tidak dimengerti.

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Where stories live. Discover now