PEMBERITAHUAN

199 22 7
                                    

Maaf, karena minggu kemarin tidak ada update dulu.

Saat ini author sedang fokus di kerjaan kantor dan mengabdikan seluruh waktu mulai dari perjalanan di kereta yang awalnya author pakai untuk menulis, sampai malam-malam pulang, sambil makan pun, itu semua untuk riset kerjaan kantor. Seminggu penuh kemarin itu seperti itu. Sabtu author istirahat sejenak sambil nulis Trace chapter berikutnya, tapi harus balik lagi ke side job di hari Minggu karena gak sempet kepegang di hari biasa.

Mungkin kesannya ini cuma alasan, tapi author rencananya akan numpuk chapter dulu sambil fokus ke tanggung jawab utama. Karena itu, sayangnya, Trace terpaksa dihiatuskan untuk sementara. Sebenarnya, memang kejar tayang itu gak enak dan mungkin memang author kelewat buru-buru untuk nge-share karya yang belum matang, jadi kayak gini d. Tbh, author sendiri bingung karena banyaknya tanggung jawab yang susah banget dilepas (bukan gak mau, tapi gak bisa), sementara yang bener-bener author suka malah jadi terbengkalai.

Trace adalah karya paling berarti buat author, jadi pasti ditamatkan. Hanya saja, meskipun berat hati, apa boleh buat. Di saat ngetik ini pun, author dah musti balik ke tanggung jawab. Tbh, kadang ngiri sama yang bisa nulis terus, tapi mungkin mereka juga jauh lebih berusaha daripada author. Saat ini, author pun cuma bisa sabar dan terus berusaha. Mudah-mudahan bisa nulis di ojek. Lol. Setelah kerjaan sampingan selesai, mungkin author akan balik nulis Trace lagi, tapi gak bakal di-publish dulu untuk sementara waktu.

Mohon maaf sebesar-besarnya m(_ _)m

Sedikit teaser saja:

"Segini saja kekuatan kesatria Lumia terkuat Exolia?"

Leonore mengeritkan gigi menanggapi ledekan Colesha, tapi dia sebenarnya tak punya waktu untuk kesal. Tangannya gemetaran menahan serangan gadis itu dari atas dengan pedangnya. Semenjak tadi dia berusaha mendorong tubuh Colesha menjauh, tapi begitu Leonore berhasil mengayun pedang, itu bukan karena kekuatannya menang. Colesha yang melompat menjauh.

Gadis itu mengulum senyum sesaat, padahal biasanya dia dingin dan tak berekspresi. Jelas sekali kalau Colesha bangga.

Leonore berdecak, lalu menegapkan tubuh sambil mengembalikan ketenangan. "Kautahu? Aku cenderung mengurangi tenaga ketika melawan wanita." Pemuda itu menekuk leher ke kiri-kanan untuk melemaskan otot, sebelum tersenyum. "Takut melukai tubuh ... ehm, rapuh mereka."

Hawa di sekitar Colesha menegang seketika. Dia langsung merendahkan tubuh dan memelesat menuju Leonore, lalu menyabetkan pedangnya ke atas.

Dentingan berdengung di telinga mereka. Garis putih di kedua sisi pedang hitam mereka bersinar, layaknya sedang mengaktifkan kekuatan. Kehangatan mengalir pada tangan-tangan yang mencengkeram.

Leonore menyeringai, lalu memperlemah pertahanan, membiarkan tangannya terdorong dan sabetan Colesha melaju mengenai udara kosong tepat di depan wajahnya. Pemuda itu menghindar. Menggunakan momen saat Colesha masih harus mengembalikan posisi, Leonore menendang perut gadis itu hingga terpental beberapa meter.

Setelah berguling dua kali, Colesha menghentikan dirinya dengan pedang, menggores tanah beberapa senti. Setelah berhenti, dia mencabut pedang itu dengan sedikit entakan.

"Kupikir kau tidak ingin melukai wanita."

"Aku lebih tidak ingin lagi melukai hati wanita yang tentunya terluka jika dianggap lemah." Leonore membungkuk dengan tangan di depan dada. "Itu tadi serangan serius untuk menghargai Anda, Nona Colesha. Setelah melihat Anda marah, aku tahu kalau Anda lebih suka dianggap wanita yang kuat."

Colesha mendengus. "Kautahu kalau tendangan biasa tidak akan bisa melukai Droxa, bukan? Yang seperti itu tidak akan mempan."

"Kupikir kerajaan Magna yang lebih canggih dari kami pasti punya sesuatu untuk membuat hal itu berhasil? Baju baja atau semacamnya, misalnya."

Colesha terdiam sejenak, kemudian mengembuskan napas pelan sambil menyarungkan pedang. "Tentu saja ada."

Onogoro (Trace of A Shadow #2) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang